Wednesday, 12 August 2020

Mengenal Sejarah Sebagai Bukti Cinta Tanah Air

Bangsa besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. Begitulah slogan yang kuingat dari pemimpin besar Indonesia, Soekarno. Seorang presiden yang juga mempopulerkan ungkapan jas merah. Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah.

Term yang bikin aku teringat betapa mengenal sejarah itu sangat penting agar kita lebih menghargai jasa para pahlawan. Jasa pahlawan yang hasilnya kita nikmati hari ini. Nikmat kemerdekaan yang membebaskan bangsa kita dari belenggu penjajahan.

Arti Sejarah bagi Generasi Muda

Dalam konsep teori, sejarah adalah serangkaian kisah/peristiwa yang terjadi di masa lalu. Peristiwa yang tak bisa kita ubah, tapi bisa dipelajari dan diambil hikmahnya. Hal yang dapat menjadikan generasi muda lebih bijak dan arif menghadapi tantangan masa lalu dan masa depan.

Kearifan yang mungkin harus dikuatkan kembali oleh generasi milenia yang lebih cenderung fokus pada masa kini dan masa depan. Menganggap sejarah itu baiknya ditinggalkan. Seakan meninggalkan sejarah adalah jawaban dari permasalahan bangsa. 

Aku teringat dengan kisah As-Sajjad, keturunan Nabi yang harus mengalami penderitaan besar karena kehilangan keluarganya akibat keserakahan manusia yang terjajah oleh hawa nafsu. Kesedihan yang dirasakan oleh As-Sajjad ini berlangsung lebih dari dua puluh tahun. Rasa yang muncul sebagai bukti cinta tanah air.

Kenapa kubilang begitu? 

Dalam buku "Shahifah Sajjadiyyah"  karya Ali Zainal Abidin yang diterjemahkan oleh Jalaludin Rahmat, dikatakan bahwa tindakan kekerasan pada siapa pun tidak dibenarkan. As-Sajjad diajarkan oleh kakeknya, Ali bin Abi Thalib untuk belajar tabah dalam menegakkan keadilan, serta membersihkan hati dari dendam kesumat dan kebencian. 

"Jauhilah olehmu berbuat zalim kepada yang tidak punya penolong kecuali Allah."

Ucapan yang terekam dalam sejarah inilah yang kupikir dapat memotivasi generasi muda untuk melepaskan diri dari perbuatan tercela. Apa pun bentuknya. Apalagi jika perbuatan itu dapat merusak esensi dari mengisi kemerdekaan bangsa. Kemerdekaan yang diperoleh dari tumpahan darah para pejuang tanah air.

Pembalasan atas perbuatan kejam yang terjadi padanya tak dilakukan oleh As-Sajjad tidak dilakukannya karena rasa cinta pada umat. Tanah air. Sebab, jika saja As-Sajjad menuntut balas atas perlakuan kaum yang jahat tersebut maka akan tumpahlah darah umat yang  tak berdosa, dan hancurlah tatanan yang sudah ada. As-Sajjad melakukan pengorbanan terbesar sepanjang sejarah. Bentuk cintanya pada tanah air. Sebagaimana kisah kepahlawanan Pangeran Diponegoro yang rela melepaskan kemewahan dan ikut berjuang demi tanah air. Berkorban dan bersabar dalam penderitaan agar bangsa terbebas dari kungkungan penjajah. Begitu pun Soekarno yang rela mengorbankan diri demi cinta pada tanah air.

Jiwa kepahlawanan yang mendarah daging dalam tubuh Pangetan Diponegoro tak luntur, meski tubuhnya lemah karena sakit. Semangat membara yang ada pada Panglima Diponegoro kiranya wajib diteladani oleh generasi milenia. Generasi masa depan yang di dada mereka tertanam harapan para pahlawan. 

Sederhananya sih, sebagai generasi milenia kita diharapkan dapat mengenal sejarah sebagai bukti cinta tanah air. Caranya dengan membaca buku-buku sejarah dan mengambil hikmah di baliknya. Lalu, berpartisipasi untuk ikut bela negara di bidang kita masing-masing

Nah, untuk itulah bagiku yang awam tentang sejarah ini bahwa moment 17 Agustus yang dirayakan sebagai hari Kemerdekaan Indonesia adalah moment yang tepat untuk memupuk  jiwa pahlawan. Jiwa tulus yang dasarnya telah ada dalam tiap diri kita. 

Beberapa prilaku sederhana bela negara demi memupuk rasa cinta tanah air
  1. Bagi seorang pelajar adalah dengan belajar dan menuntut ilmu dengan bersungguh-sungguh serta mematuhi peraturan sekolah yang berlaku.
  2. Bagi seorang guru/ibu/bapak/orang tua adalah dengan melakukan tugas dan peran masing-masing sesuai ketentuan yang berlaku dengan penuh kesadaran serta berperan aktif dalam program pemerintah demi kemajuan dan perkembangan masyarakat, bangsa dan negara.
  3. Bagi anggota masyarakat adalah dengan melakukan tugas dan kewajiban sebagai warga negara, serta berperan aktif dalam membantu pemerintah dalam usaha menegakkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Contoh prilaku bela negara yang dapat dilakukan adalah
  1. Bagi seorang pelajar adalah patuh pada guru, orang tua, dan pembimbing di sekolah dan di rumah, seperti: belajar tekun, mengikuti upacara, tidak membuang sampah sembarangan, aktif di kegiatan bermanfaat bagi pengembangan bakat dan lain-lain.
  2. Bagi seorang guru/bapak/ibu/orang tua adalah membimbing anak/siswa dengan cinta kasih, mendorong  anak didik agar dapat mengembangkan potensi dirinya dengan baik, memberi contoh dan jadi model terbaik bagi anak didik dan lain-lain.
  3. Bagi anggota masyarakat adalah dengan ikut pemilu, pilkada, atau kegiatan yang mendorong terjadinya perubahan di masyarakat, ikut aktif menggerakkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya sanitasi dan lain - lain.
Bisa dikatakan bahwa semua aktivitas positif yang kita lakukan dalam mengisi kemerdekaan ini adalah bukti rasa cinta pada tanah air. Refleksi dari apresiasi kita akan sejarah. Bagaimana kita menghargai bahwa perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan begitu berat. Jadi, kita harus mengisinya dengan kegiatan produktif yang dapat memberi nilai manfaat pada sekitar kita.

Bandarlampung, 12 Agustus 2020

Review Buku Paul Bunyan dan Babe, the Blue Ox

 



Sebelum radio, TV, dan internet menjadi King of entertainment, orang-orang masih mengandalkan storytelling sebagai media hiburan yang menyenangkan. Salah satu cerita yang cukup dikenal adalah Paul Bunyan. Dongeng 'tinggi' yang terbesar sepanjang sejarah, hingga 200 patung Paul Bunyan dapat dijumpai di sepanjang jalan di Amerika  Serikat. Menakjubkan, ya!

Kisah Paul Bunyan ini dikenal sebagai kisah bayi yang sangat besar hingga  tinggi tubuhnya bisa melebihi pucuk pohon dan lebar bahunya bisa melebihi rumah.

Legenda Paul Bunyan yang mulai beredar di hutan utara ini telah ada sejak seribu tahun. Legenda ini bahkan setinggi Bunyan, hingga terkenal di penjuru dunia. 

Cerita Paul Bunyan dimulai dengan kehadiran bayi yang sangat besar. Butuh 6 ekor bangau untuk membawa bayi Bunyan ke rumah orang tuanya di Maine. 

Saat bayi Bunyan tiba, sang ibu menangis bahagia. Ia begitu cinta dengan bayi cantiknya yang besar dan kuat ini. Tapi, saat ibu Bunyan ingin menggendong tubuh bayi Bunyan, ia terperosok ke dalam tanah hingga sepinggang. Itu terjadi karena bobot bayi Bunyan yang luar biasa.

Bayi Bunyan selalu lapar. Ia juga membiarkan semua orang mengetahui perasaan laparnya. Tangisannya yang keras itu memekakkan telinga. Suaranya bahkan dapat memecahkan kaca mata seseorang yang jaraknya sejauh 5 mil. 

Saat burung bangau membawa bayi Bunyan, ia mengenakan popok dari karung kentang. Dalam sebulan tubuh bayi Bunyan telah melebihi ayahnya. Bayi Bunyan mengenakan baju yang dijahit ibu dari selimut, dan celana dari bahan tenda.

Pertumbuhan Bunyan yang pesat menjadikan rumah Bunyan terlalu kecil bagi Bunyan. Lalu, ayah Bunyan membangun tempat tidur khusus buat Bunyan di ruang barn yang sangat besar. 

Selanjutnya, Bunyan kecil terjaga saat tidur dan bermain ke laut. Kecipak tangan Bunyan menyebabkan ombak laut yang tak biasa. Bunyan kecil yang menepi ke pantai pun menyebabkan air laut meluap. Perkampungan pun kebanjiran dan penduduk marah. Mereka meminta keluarga Bunyan untuk membesarkan Bunyan di tempat lain saja.

Keluarga Bunyan pun berusaha menjual rumah dan mencari lokasi baru untuk tinggal. Bunyan yang mengetahui kebingungan orang tuanya berkata, "Bagaimana jika rumah ini kita pindahkan? Daripada membangun rumah baru." Melihat keraguan ayahnya, Bunyan tersenyum dan mengangkat rumah mereka di lokasi dekat danau yang jauh dari pemukiman warga.

Meskipun kondisi Bunyan yang berbeda dari anak kebanyakan, keluarga Bunyan begitu mencintainya. Ia tumbuh jadi anak yang besar dan kuat. Melebihi orang dewasa.

Bunyan kecil yang selalu penasaran dengan lingkungannya itu tertarik dengan bunyi dentuman yang berasal dari danau yang membeku. Ia melihat warna kebiruan dari danau, dan berusaha mencari tahu tentang hal itu. Ia menggali dan menggali. Hingga bertemulah ia dengan kerbau besar yang berwarna biru. Mereka pun bersahabat. Bunyan menamainya Babe, the blue ox. Di sinilah kisah persahabatan dan petualangan Bunyan dan Babe dimulai.

Saat usia Bunyan 17 tahun, ia dan Babe melakukan perjalanan untuk memulai hidup mandiri. Bunyan bersama Babe membuka usaha penebangan kayu di hutan. Ia merekrut penebang kayu dengan kualitas- kualitas tertentu, seperti: bertubuh besar dan kuat. Mereka bekerja keras setiap hari, dan mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar. Hal yang mengakibatkan koki harus masak besar sepanjang hari. Ini juga yang menumbuhkan resep enak ala penebang kayu. 

Kelebihan buku

Buku bergsmbar setebal 32 halaman ini cocok dibaca untuk segala umur. Illustrasi gambarnya pun eye-catching hingga bikin aku senang membacanya. Selain pesan moral yang dalam yaitu bahwa cinta orang tua pada anak itu tak berbatas. Tak peduli seperti apa pun keadaan anaknya.

Kita juga jadi menyadari bahwa kerja keras itu dapat meningkatkan potensi sukses kita. Tak ada yang tidak mungkin. Sebagaimana usaha itu tak akan pernah bohong.

Bandarlampung, 12 Agustus 2020

Sunday, 26 July 2020

Renungan Guru di Masa Pandemi

Masalah pendidikan di tengah pandemi ini memaksa para pelaku dunia pendidikan dan semua yang terlibat di dalamnya untuk lebih peka dengan persoalan peserta didik. Apalagi ditambah beban hidup yang makin kompleks akibat pandemi yang memaksa peserta didik untuk belajar di rumah. Solusi yang membutuhkan solusi lain.

Bagaimana tidak?

Solusi belajar di rumah ini menimbulkan masalah baru bagi orang tua peserta didik, baik dari segi finansial maupun mental. Aspek signifikan yang perlu diperhatikan oleh semua pihak terkait. Termasuk guru.

Mengapa kubilang demikian?

Ilustrasinya sih sederhana. Anggap saja kita adalah wali murid dari tiga orang anak yang bersekolah. Ketiganya perlu fasilitas belajar untuk mengerjakan tugas online dari guru-guru di sekolah, seperti: laptop/ hp dan kuota internet. Belum lagi wali murid yang masih harus membayar administrasi sekolah, meski anak-anak tidak belajar di sekolah. Alhasil, wali murid memiliki beban sebagai guru bagi anak -anak yang harus belajar di rumah. Hal yang tak mudah karena harus membagi waktu dengan mencari penghasilan tambahan karana beban ekstra tersebut.

Sayangnya, hanya sebagian guru yang menyadari dan peka atas masalah ini. Hingga mereka begitu kaku dalam pemberian tugas bagi peserta didik. Hal yang dapat memberatkan peserta didik.

Jujur, aku sebagai guru merasa malu dengan catatan Renungan KBM Selama Pandemi yang tersebar di grup Wa. Catatan yang membuatku berpikir tentang kinerjaku sebagai guru yang belum maksimal. Belum bisa memberikan KBM yang terbaik pada peserta didikku. Memberikan hak mereka. Padahal aku telah mendapatkan hakku sebagai tenaga pengajar. 

RENUNGAN KBM DALAM SITUASI PANDEMI COVID-19

Tadi aku ke warnet, mau cetak sticker. Ada anak laki2 usia 12 thn, (usia anak SMP) bawa beberapa lembar kertas buku tulis yg disobek. Isinya tulisan2 seperti draft tugas sekolah.

Dia tanya sama operator warnet, kalau ngetik draft ini dan ngeprint, berapa harganya. Kata si operator, biayanya sekitar 24 rb. Biaya ngetik dan biaya ngeprint.

Begitu tau biayanya 24 rb.. anak itu diam... melongo. Di tangannya aku liat, dia hanya memegang uang 5 ribuan.

Terlihat di wajahnya.. antara bingung dan ngga tau harus bagaimana. Di satu sisi, tugas dari sekolah harus dikerjakan, di satu sisi, ngga ada uang untuk ngeprint.

Anak itu pulang, dan janji akan kembali lagi. Tapi kertas tugasnya ditinggal.
Aku  minta kertas2 tersebut, dan aku baca. Ternyata tugas dari sekolahnya, membuat laporan kegiatan belajar di rumah selama pandemi berlagsung. 

Aku baca hingga selesai draft tersebut. Tata bahasanya bagus dan inti pokoknya juga tepat. Dia sampaikan  beberapa kendala selama belajar di rumah. Hp hanya ada 1 milik ayahnya, sementara yg harus belajar menggunakan hp ada 3 orang. (Dia dan dua adiknya). Kebayang kan..? 

Aku bilang sama si operator, tolong diketikkin dan di print, nanti saya yang bayar. Ngga lama kemudian, si anak tadi datang, dan bilang sama si operator, meminta kembali draft yang tadi.

Si operator bilang, bahwa tugasnya sedang diketik dan akan diprint. Anak itu bilang, tapi saya ngga ada uangnya... Dan si operator bilang, udah ada yg bayarin. 

(Aku tadi sudah bilang ke operatornya, bahwa anak tsb ngga usah tau... siapa yg bayar)

Di sini, aku bukan mau riya pamer bayarin, tapi.. kebayang nggak... berapa banyak anak yang mengalami hal seperti ini?

Di saat orang tuanya kesulitan menutupi biaya hidup, ditambah lagi beban pulsa paket, beban ngetik tugas, ngeprint tugas..?

Kepada guru2... coba dipertimbangkan lagi. Memberi tugas memang harus, tapi disituasi seperti sekarang ini... ? Kasihan anak2 tsb, mereka takut kalau tidak mengerjakan tugas, tapi untuk mengerjakan tugas itu butuh biaya yang tidak sedikit.

Semoga  Allah segera mengangkat wabah ini sehingga mereka bisa kembali ke bangku sekolah, tanpa membebani orang tuanya dengan beban mengajar dan  pengeluaran2 ekstra....
.
.
Selamat Hari Anak Nasional
23 Juli 2020
(Andik Susilo Hadi)


Membaca teks ini membuatku malu. Sungguh malu. Lalu, aku pun berpikir untuk mencari solusi dari masalah ini. Hal sederhana yang sekiranya dapat membantuku untuk  menunaikan kewajibanku dan membantu peserta didik menyerap pelajaran dengan cara yang lebih mudah.

Aku pun mendiskusikan masalah kesulitan siswa mengikuti pembelajaran daring karena kendala kuota yang tak dapat disediakan orang tua. Beberapa opsi jawaban yang diberikan membuatku sedikit kecewa, seperti :

1. Tak ada alasan bagi orang tua untuk tidak mengupayakan fasilitas bagi anak, karena hal itu kewajiban orang tua.

2. Terkait kuota kan sebagai ganti fasilitas transport siswa.

3. Siswa dapat datang ke sekolah untuk belajar menggunakan fasilitas sekolah.

Mengapa aku sedikit kecewa?

Bukan. Itu bukan karena opsi yang diberikan tidak benar. Tapi, aku ngerasa sepertinya jawabannya terasa kurang peka dengan keadaan siswa. Entahlah. Sementara opsi jawaban lain dapat dipertimbangkan oleh manajemen sekolah, seperti:

1. Mendatangi siswa dari rumah ke rumah untuk memberikan pembelajaran

2. Membentuk kelompok belajar untuk pelaksanaan KBM terpadu, atau

3. Memberikan pembelajaran di sekolah dengan sistem sift.

Pilihan solusi lain juga dapat dilakukan demi mengatasi masalah sensitif terkait pendidikan anak. Kebijakan yang harus tepat, dan cepat mengingat urgensi dari masalah ini.

Bayangkan aja?!

Siswa didik yang biasanya dapat belajat bersama guru di sekolah, dan menerima pendidikan yang tak dapat diberikan orang tua di rumah, sekarang banyak yang berkeliaran di jalan atau sekedar rebahan seharian di rumah. Sementara akses guru untuk mengajar terjebak oleh kegagapannya dengan teknologi. Hasilnya, aku ngerasa anak didikku makin sulit diatur.

Gimana nggak? Sementara guru sibuk belajar untuk menggunakan sistem pembelajaran daring, anak-anak juga sibuk main sendiri. Tak ada yang mengajar karena guru hanya sekedar memberikan tugas untuk melepaskan tanggung jawabnya.

Entahlah, apakah sistem ini sudah cukup relevan dengan situasi dan lingkungan siswa. Apakah siswa dan guru sudah siap? Apakah teknologi ini cukup membantu atau justru membuat beberapa siswa kesulitan? Padahal, bukankah seharusnya teknologi itu memudahkan manusia?

Entahlah, kepalaku ngenyut mikirinnya..


Selanjutnya, aku bersyukur bahwa sistem pendidikan daring di sekolahku akan dikombinasikan dengan tatap muka mulai Senin besok, 27 Juli 2020. Menggunakan sistem sift dan protokol kesehatan Covid yang ketat.  Hal yang kuharap dapat membantu guru dan peserta didik dalam menghadapi masalah KBM yang signifikan ini. 

Memang sih, akan muncul kendala lain yang tak mudah diatasi. Apalagi Bandarlampung masih masuk dalam zona kuning,dan sekolahku yang posisinya dekat dengan pasar temper yang relatif ramai. Sebuah tantangan bagi guru dan peserta didik serta semua yang terlibat di sekolah untuk taat aturan protokol kesehatan Covid, seperti: jaga jarak, rajin cuci tangan dan memakai masker atau face-shield.

Jadi, mengingat rentannya masalah ini , baik masalah pendidikan siswa dan kesehatan manusia - perlu kesadaran semua pihak yang terkait untuk selalu patuh pada peraturan yang ada. Tanpa kecuali. Harapannya, dengan menjalani aturan yang ada, pandemi ini lekas berlalu, dan pembelajaran akan dapat berlangsung seperti biasa lagi. Semoga.

Bandarlampung, 26 Juli 2020

Saturday, 25 July 2020

Idul Adha: Refleksi Cinta pada Allah

Idul Adha, hari besar yang dirayakan umat Islam di seluruh dunia adalah momen bersejarah. Hari yang mengingatkan kita semua tentang rasa cinta yang dibuktikan dengan berkurban. Membagikan sebagian rezeki dengan mengurbankan hewan kurban bagi yang mampu.

Idul Adha yang juga merupakan perayaan wujud cinta pada Allah melalui pengorbanan nabi Ibrahim atas anaknya, Ismail. Rasa cinta dan ketaatan yang terefleksi tanpa syarat. Meski pengorbanan Nabi Ibrahim atas Ismail telah Allah gantikan dengan hewan kurban. Sedikit berbeda dengan pengorbanan nabi Muhammad atas cucunya, Husein as yang tak tergantikan.  

Idul Adha mengingatkan kita tentang kisah Nabi Ibrahim, keluarga, dan keturunannya yang menggetarkan hati. Kisah tentang ketaatan dan penyerahan diri secara total. Refleksi cinta hanya pada 
Allah.

Nah, bicara tentang pengorbanan para nabi dan keturunannya ini pasti akan memberi konsep baru tentang arti cinta. Sebagaimana rasa cinta Siti Hajar atas Ismail yang tak melebihi cintanya pada Allah. Hal yang menjadikannya sampai pada level menerima dan ikhlas saat suaminya, nabi Ibrahim, meminta putra kesayangannya, Ismail untuk dijadikan kurban.



Sungguh, level cinta yang mungkin sulit dilampui oleh manusia yang sudut pandangnya adalah materi.

Cinta yang berbeda maqomnya dibanding cinta pada lawan jenis, cinta pada keluarga, atau cinta pada sesama. Cinta ini melebii dari cinta semesta ini sekalipun. Bahkan melebihi dari yang kita ketahui, atau yang bisa kita pahami lewat panca indra.

Menurutku, jika posisi Siti Hajar diberikan pada orang yang cinta dunia, niscaya tak akan ada hari raya Idul Adha. Tak akan ada cinta yang bertebar di dunia bagi seluruh umat karena kerelaan berkurban. Bahkan, mungkin tak akan ada tanah haram, Mekkah. 

Tapi, Maha suci Allah dengan segala firman-Nya.. kekuasaan dan kasih sayang-Nya menjadikan Siti Hajar mampu bersabar dengan ujian Allah tersebut. Kesabaran akan ujian yang melibatkan rasa percaya pada Allah yang kuat. Iman yang kokoh.

Mungkin inilah yang menjadikan Allah menganugrahi rahmat bagi Siti Hajar sebagai ibu seorang nabi besar, Ismail yang kelak dari garis keturunannya akan lahir penutup para nabi. Nabi Muhammad Saw. Suluh umat.

Bahkan, keistimewaan Siti Hajar yang merupakan keturunan salah satu Firaun di Mesir ini, bisa terlihat dari pengabdiannya sebagai seorang istri. Ia rela ditinggalkan di tanah tak bertuan. Tanpa makanan dan tempat berteduh. Kecuali hanya pada Allah.

Aku tak bisa membayangkan kondisi Siti Hajar pada saat itu. Hingga aku pun mengulik sedikit tentang Siti Hajar. Wanita pilihan yang meninggalkan gemerlapnya gelar kebangsawan demi memilih jalan tauhid.



Sejarah Siti Hajar

Menurut sejarah, Siti Hajar yang merupakan putri raja Mesir ini begitu mengagumi mukjizat Nabi Ibrahim. Dikatakan oleh Midrash, Hajar atau Hagar adalah gelar yang diberikan padanya (sang putri). Gelar yang artinya 'reward' atau hadiah.

Siti Hajar yang telah mengimani kenabian Ibrahim rela menukar kesenangan dunia dengan menyerahkan dirinya untuk melayani Nabi Ibrahim. Lalu, Siti Sarah yang telah berumur merelakan Nabi Ibrahim untuk menikahi Siti Hajar agar memperoleh keturunan. 

Sayang, kecemburuan Siti Sarah menjadikannya tak rela hidup bersama madu yang awalnya ia setujui. Siti Sarah meminta Nabi Ibrahim untuk pergi meninggalkan rumahnya. Tanah Palestina.

Ketaatan dan kerelaan Siti Hajar untuk pergi meninggalkan tempat yang ia anggap rumah adalah refleksi cinta pada Allah. Rasa cinta yang terwujud dengan kepatuhan pada suami yang juga patuh atas perintah Allah. Totalitas takwa yang dapat kita renungkan.

Mengapa demikian?

Karena semua wanita bisa menjadi Siti Hajar yang patuh pada suaminya. Seorang nabi pilihan Allah. Nabi suci yang dicintai Allah.

Nabi yang keimanannya Allah uji dengan sangat berat. Salah satunya adalah untuk mengurbankan anak yang ia cintai, Ismail. Padahal Nabi Ibrahim telah lama menanti kehadiran anak.

Lalu, bagaimana jika ada pertanyaan seandainya dirimu adalah seorang Siti Hajar?

Mungkin akan ada beberapa opsi sikap yang dimiliki oleh seorang perempuan yang menyadari tentang posisinya sebagai istri sekaligus ibu.. 

  1. Kesadaran penuh bahwa kedudukannya adalah sebagai seorang wanita yang melengkapi kehadiran dari istri pertama agar dapat memiliki keturunan.
  2. Kesadaran sebagai seorang istri yang tugasnya adalah mematuhi suami yang juga patuh pada Allah.
  3. Kesadaran sebagai seorang ibu yang kecintaan pada Allah melebihi cinta pada anak, hingga menjadikannya dapat bersabar.
Bandingkan jika kamu seorang wanita biasa yang bukan Siti Hajar, dan dihadapkan pada masalah ini, kamu pasti sudah panik. Jika suamimu meminta anakmu untuk disembelih dan dikurbankan atas perintah Allah, kamu pasti akan menganggap suamimu gila dan Tuhan tidak adil.

Manusiawi sekali, mengingat tingkat pengetahuan manusia biasa tidak melebihi dari yang ia ketahui. Bukan berarti aku membatasi kemampuan manusia yang berusaha menyucikan diri, tapi umumnya manusia akan memberi respon yang hampir serupa. Sulit menggapai hal yang tak dapat diindrai.

Hal yang mengingatkanku atas istri nabi yang lain, seperti: istri Nabi Luth, istri Nabi Nuh dan istri Nabi Ayyub. Istri-istri nabi yang ketaatannya terbantahkan oleh sikap materialistik. Kecintaan pada dunia yang melebihi cintanya pada Allah.



Selanjutnya, bagaimana tanggapan Ismail atas perintah Allah pada ayahnya?

Kita bisa mendapati jawabannya dalam Alquran,  surat As Saffat ayat 102 yang artinya;

"Maka ketika anak itu sampai  (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, " Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkan bagaimana pendapatmu!
Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."

Sungguh, hanya ketakwaan pada Allah saja yang dapat menjadikan seseorang meraih level taat seperti ini. Hal yang tak dapat dijangkau jika cinta pada dunia melebihi kecintaan pada Allah. Refleksi cinta yang terwujud oleh ketaatan Ismail pada ayahnya.

Kepatuhan yang Allah hadiahkan dengan rahmat berlimpah, hingga Allah menggantikan Ismail dengan kurban sembelihan yang besar. Moment bersejarah yang Allah abadikan melalui perayaan Idul Adha. Hari besar yang dirayakan umat Islam di seluruh dunia. 

Moment bersejarah untuk menjaga sifat kemanusiaan manusia. Saling mengasihi antar sesama. Sebagaimana hari Raya Idul Adha ini membangkitkan kesadaran kita tentang pentingnya berbagi. Mungkin itulah rahmat yang Allah berikan bagi Siti Hajar, hingga dianugrahi seorang putra, Ismail yang berarti Allah mendengarnya. 

Seorang nabi istimewa yang dari nasabnya tak akan terputus. Bahkan kelak akan lahir nabi besar dari keturunannya, Nabi Muhammad, Sumber dari awal dan akhir sebuah cinta.


Pernyataan ini timbul dari tantangan teman di grup Blog squad mengenai memaknai cinta. Tema yang berat. Sebagaimana jika aku harus berandai - andai sebagai Ismail. Hal yang butuh perenungan, mengingat aku yang fakir ilmu mengenai hal ini.

Aku hanya membayangkan tentang seorang nabi besar mulia yang suci. Nabi yang di usia belianya telah diuji dengan berat dan lulus. Ujian yang membuktikan tentang ketaatan Ismail pada orang tua sebagai wujud cintanya pada Allah.

Mungkin, kecintaan ini akan sulit dicapai oleh orang awam, kecuali orang - orang yang Allah kehendaki. Orang - orang pilihan yang berusaha dengan keras untuk menyucikan diri.

Dengan kata lain, moment Idul Adha ini adalah saat terbaik untuk memahami dan introspeksi diri. Berusaha menyucikan diri melalui kurban harta, menunaikan haji jika mampu, dan selalu beramal soleh. Lalu, terus berdoa agar dimasukkan dalam golongan orang - orang yang beruntung menerima syafaat. Aamiin.

Bandarlampung, 25 Juli 2020

Sunday, 19 July 2020

Acara Diseminasi Pengenalan SMK BLK Bandar Lampung Tahun Ajaran 2020/2021



Ada yang berbeda saat kita memasuki Tahun Ajaran Baru 2020/2021 yang dimulai tanggal 13 Juli 2020 ini. Kita menghadapi tahun ajaran baru ini di tengah masa new normal. Hingga sekolah membuat berbagai kebijakan baru demi mitigasi penyebaran pandemi. Begitu pun sekolah tempatku bekerja. SMK BLK Bandar Lampung.

SMK BLK Bandar Lampung, seperti juga sekolah-sekolah lain di Bandarlampung masih menggunakan kebijakan belajar di rumah saja. Pembelajaran yang dilakukan secara daring menggunakan applikasi google classroom. Sistem pembelajaran dengan teknologi high-end. 

Sistem pembelajaran yang mempermudah interaksi antara guru dan peserta didik. Tentu saja dengan bimbingan dari guru yang terintegrasi dengan semua pihak yang terkait, baik sekolah dan orang tua peserta didik.

Nah, untuk mengenalkan pembelajaran daring dengan menggunakan 'google classroom' bagi peserta didik baru sekaligus mengenalkan sekolah ini, maka dibuatlah acara "Diseminasi Pengenalan SMK BLK Bandar Lampung dan Pembelajaran Daring". Acara yang akan diadakan selama tiga hari, 20 - 22 Juli 2020. 

Acara ini akan ditayangkan live streaming lewat media sosial Youtube, Instagram, dan facebook resmi SMK BLK Bandar Lampung.

Acara yang pertama kali dilakukan secara virtual ini dilakukan dengan agenda di hari pertama dengan pembicara Ketua Yayasan SMK BLK Bandar Lampung, bapak Hi. Ir. Triyono Arifin, M.M dan Kepala SMK BLK Bandar Lampung, bapak Riyanto, S.Pd, M.M. Acara pertama berisi sambutan Yayasan sekaligus pembukaan acara secara resmi. Lalu, pengenalan sekolah  selama tujuh belas tahun berkarya di bumi sang Bumi Ruwa Jurai oleh Kepala SMK BLK Bandar Lampung.

Agenda hari kedua adalah pengenalan dunia industri yang akan diisi oleh tiga pembicara, yaitu: bapak Ari Wahyu Sasongko sebagai perwakilan PT Eurokars Motor Indonesia, bapak Hermawan Ciptaning Budi, S.T sebagai perwakilah SMK BLK Bandar Lampung, dan bapak Ahmad Zakiy Alfajri, S.Kom sebagai perwakilan LSP SMK BLK Bandar Lampung.

Selanjutnya, di hari ketiga adalah "Pembelajaran Daring dengan menggunakan "Google Classroom" yang akan diisi oleh bapak Adi Susetya. Beliau akan menjelaskan mengenai "Google Classroom. Di hari ketiga ini juga merupakan penutupan acara " Diseminasi Pengenalan SMK BLK Bandar Lampung Tahun Ajaran 2020/2021" secara resmi oleh kepala SMK BLK Bandar Lampung dan Ketua Pelaksana acara.

Harapannya dengan acara Diseminasi pengenalan SMK BLK Bandar Lampung ini akan terwujud visi dan misi sekolah. Menghantarkan lulusan siap kerja dan mampu bersaing di pasar kerja. Lulusan yang mampu berinovasi dalam menjawab tantangan zaman.

Bandarlampung, 19 Juli 2020

Thursday, 16 July 2020

Unforgettable Moments About You

Aku ingat pertama kali melihatmu. Duh, rasanya senang sekali. Hari ini pun aku tak akan pernah tidak mengingatmu. Apalagi dengan unforgettable moments with you yang tersimpan rapi di benakku.


Foto bareng kita tahun 2016 (Nurdiana bagian depan nomor dua sebelah kiri, kemeja putih blazer biru)

Aku nggak akan bilang ini perpisahan. Kita hanya berbeda ruang berkarya. Kita juga tak bisa bertemu setiap hari seperti dulu. Tapi, tak mengapa. You are only a phone call away

Kuharap begitu. Meski aku mengerti, kadang kesibukan dapat membatasi ruang ingatan kita. Lalu, memudar. Hal yang ingin kucegah lewat catatan kecil ini.

Jujur saja, aku sendiri bingung harus bagaimana mengingatmu selain kebaikan dan ketabahanmu. Sungguh, hatiku berhari-hari ini penuh doa untukmu dan keluargamu. Juga buat almarhum putramu yang meninggal Senin kemarin akibat atresia anus dan infeksi usus halus. Sudah dioperasi untuk saluran anus dan operasi untuk pengobatan infeksi usus halusnya. Dan, akan dijadwalkan operasi lagi di tanggal 23 Juli 2020 besok. Tapi, Allah berkehendak lain.

Padahal bayimu baru berusia 3 bulanan. Masih lucu-lucunya.

Ah, Allah ternyata lebih sayang dengan dedek bayi..Aku hanya bisa mendoakan dan berkirim Fatihah padanya. Semoga Allah jadikan almarhum tabungan terbaik buat orang tuanya. Aamiin.

Baiklah, aku akan ceritakan padamu tentangnya. Seorang teman yang kukenal di tahun 2014 sebagai seorang guru Kimia baru di sekolahku. Namanya Nurdiana. Nama yang cantik. Seperti orangnya.

Pertama Berjumpa yang kini kuanggap sebagai Kenangan Terindah karena kamu tak lagi ada di dekatku

Benar kata orang, kita baru merasakan betapa seseorang begitu berharga itu justru pada saat ia meninggalkan kita. Sedikit menyesal karena tidak berusaha untuk lebih menghargai dan menjaga kebersamaan tersebut. Merenungi bahwa pertemuan dan perpisahan itu dibatasi oleh waktu dan tempat.

Ah, sedikit gloomy ya kalau ngomongin tentang perpisahan? Meski kesadaran akan perpisahan yang merupakan kematian kecil ada, kesedihan akannya tetap tak terbantahkan. Perasaan yang timbul karena aku pun manusia biasa. Begitu kupikir.

Pertemuan, perpisahan, kelahiran, dan kematian adalah part of life. Bukan hal yang terpisah. Seperti gelap dan terarng yang berdampingan selamanya. Meski itu pun juga fana.

Sebagaimana keberadaan kita di dunia ini. Fana.

Ini pun jadi mengingatkanku akan obrolanku dengan Nur tentang bayi pertamanya. Kebahagiaannya menceritakan tentang bayinya yang mulai belajar merangkak. Kesedihannya karena bayinya yang harus menjalani operasi, Juga kemarahannya pada pihak rumah sakit yang slow respon tentang kondisi bayinya saat dilahirkan. Sehingga penangannya sedikit terlambat. Bahkan bayi sempat sedikit kebiruan karena sakit akibat tak punya anus. 

Aku nggak lupa dengan semua itu.

Bahkan sekarang pun, kamu harus bolak-balik Pringsewu (kediamanmu) - Bandarlampung untuk mengurus tentang berita bayimu yang menurut koran L......Post,teinfeksi Covid.

Lha, aneh kan. Padahal bayimu kan meninggal karena infeksi usus halus.

Gara-gara kasus bayimu itu aku pun jadi tahu bahwa kasus bayimu itu merupakan kasus yang umum dihadapi pada bayi yang baru lahir. Kasus yang dapat ditangani dengan cepat 4 jam setelah bayi lahir.

Tetanggaku pun ada yang sehat, meski waktu bayi pernah mengalami kasus ini. Memang ada sedikit bekas di perut bagian bawah. Tapi, ia baik-baik saja.

So, keberadaan sakit itu pun sementara juga. Sama saja dengan kondisi bayi yang sementara. Suatu saat ia akan besar, dan menjadi dewasa. 

Meski dalam ingatanmu, bayimu akan selamanya jadi bayimu yang tersayang. Sebagaimana aku pun mengingatnya di keberadaanku yang fana ini. 

Sebagaimana khutbah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib tentantg Fananya Dunia

Semoga Allah menaruh belas kasihan kepada Anda. Oleh karena itu Anda harus bergegas ke arah (mempersiapkan) rumah Anda yang telah diperintahkan kepada Anda untuk diisi dan ke mana Anda telah dipanggil dan diundang. Carilah penyempurnaan nikmat Allah atas Anda dengan sabar dalam ketaatannya kepada-Nya dan menahan diri dari pelanggaran, karena hari esok dekat pada hari ini. Betapa cepatnya saat-saatnya hari, betapa cepatnya hari-harinya bulan, betapa cepatnya bulan-bulanya tahun, dan betapa cepatnya tahun-tahun kehidupan. (Puncak Kefasihan, hal: 438)


Kesadaran akan Keberadaan sebagai Pengalaman Berharga Bagiku


Pernah terbesit dalam pikiranku tentang apa yang kurasakan. Itu pun yang terucap oleh seorang temanku di sekolah. "Nur, kuat banget ya. Kalau aku di posisi nya pasti nggak bakal berhenti nangis. Waktu keguguran kemarin aja aku mengurung diri di kamar, menangis terus..." 

Aku sih, nggak bisa memposisikan diriku seperti itu, tapi aku tahu rasanya kehilangan. Bagaimana perpisahan akibat kehilangan itu bisa jadi pengalaman berharga bagiku untuk lebih menghargai hidup. Seperti apa pun keadaannya. 

Selalu ingat untuk bersyukur. Apa pun yang terjadi.

Nah, itulah sebagian yang yang menjadikan ini sebagai Unforgettable moments about you. Mengenalmu jadi membuatku lebih bersyukur. Mengenalmu jadi membuatku lebih dekat pada Allah.

Terima kasih, sahabatku. Semoga Allah selalu menyertaimu. di mana pun dirimu berada.

Bandarlampung, 17 Juli 2020

Saturday, 11 July 2020

Guru: Model Perbaikan Karakter Bagi Peserta Didik

"Wahai, manusia, saya tidak menyuruh Anda melakukan tindakan, melainkan mula-mula saya sendiri melakukannya mendahului Anda, saya tidak akan mencegah Anda dari sesuatu melainkan saya mencegahnya dahulu dari diri saya." (Ali bin Abi Thalib)

Kutipan di atas kuambil dari buku Puncak Kefasihan, sebuah master piece abadi milik Ali bin Abi Thalib. Seorang pemuda ahli surga. Pemisah antara kebenaran dan kebatilan. Seorang yang di tangannya pernah berkibar bendera keberanian sejak usianya masih belia.

Figur abadi kebaikan yang sulit dicari bandingannya. Baik dalam segi keberanian, kemurahan hati, dan pengetahuan. Sehingga, pantaslah kiranya kita sematkan namanya di hati kita sambil melafazkan shalawat. Allahuma sholi ala sayidina Muhammad wa ala Ali sayidina Muhammad.

Semoga Allah merahmati kita semua syafaat. Aamiin.

Nah, bicara tentang figur suri tauladan yang juga dikenal sebagai pintunya ilmu ini tak akan pernah habis. Figur seorang guru yang relevan dijadikan teladan bagi guru di era digital yang mulai tenggelam dengan hiruk pikuk media sosial. Hal yang juga digeluti peserta didik zaman now.

Imbasnya, guru zaman now terkesan lebih sibuk. Berusaha mengikuti perkembangan teknologi yang bergerak dengan cepat. Melupakan bahwa produktivitas guru zaman now bisa tenggelam dan terjebak di pusaran kemajuan teknologi.

Mengapa kubilang begitu?

Mungkin akan lebih mudah jika kuceritakan pengalamanku sebagai guru di sekolah, ya? Sebagaimana aku dan teman-teman berusaha untuk mengejar ketertinggalan kami demi perbaikan pembelajaran di kelas.

Bahkan, kami sering harus mengikuti pelatihan pembelajaran terbaru dengan teknik/ metode terbaru. Sayang, saat kembali ke sekolah, kami tak bisa mengaplikasikan metode baru tersebut karena belum siapnya sarana dan prasarana sekolah. Akibatnya, kami tetap mengajar menggunakan teknik/metode lama. Seolah pelatihan hanya formalitas saja.

Sayang, kan?

Tapi, begitulah kenyataannya. Belum ada sinergi berkesinambungan yang mendukung kemajuan pembelajaran bagi peserta didik.

Keadaan ini membawa gap antara ekspektasi guru untuk mengaplikasikan ilmu barunya, dan realitas kesiapan sekolah untuk mendukung guru tersebut. Sebut saja, aku dan tiga orang temanku yang lulus ppgdj di Unila tahun 2018 lalu yang nggak bisa optimal mengaplikasikan ilmu kami di sekolah. Gimana nggak, kembali ke kelas kami lebih banyak berkutat ngurusin administasi (tagihan) siswa yang seharusnya jadi tugas TU. Belum lagi tugas lain yang menumpuk seperti persiapan ujian, akreditasi, perpisahan, lsp, bkk, dan lain-lain. Pekerjaan tambahan yang bikin guru meninggalkan tugas mengajarnya. Hal yang bikin kami sebagai guru merasa berdosa karena lalai dengan tugas mengajar. Tapi, mau bagaimana? Semua harus dikerjakan dengan deadline tertentu. Hasilnya, ya, peserta didik yang jadi korban. Mereka sering ditinggalkan oleh guru. Hingga muncul yang namanya jamkos, jam kosong.

Hal yang seharusnya tidak terjadi jika ketersediaan guru mencukupi agar tak terjadi double job.

Tapi, ya, alasan efisiensi guru dan keuangan jadi pertimbangan. Hingga kekosongan guru pun diantisipasi dengan guru yang ada. Jadilah, peserta didik menerima ilmu dari guru yang bahkan nggak ngerti mau ngajar apa. Boro-boro mau bikin mereka pinter, guru tersebut kadang frustasi dan ngajar ala kadarnya saja. Sekedar menggugurkan tanggung jawab.

Nah, itu yang pernah kualami di sekolahku. Untungnya, sekarang sih mulai sedikit berbenah. Sekolah sudah mulai memikirkan untuk menambah formasi guru yang linear. Sekaligus mengurangi double job. Aku pun tahun ajaran baru ini hanya dapat 25 jam dari yang biasanya antara 32 atau 33 jam. Alhamdulillah.

Belajar dari pengalaman masa lalu kami yang kelam karena sering menelantarkan siswa. Evaluasi pun terus dilakukan meski aku juga heran kenapa bisa seorang guru hanya kasih catatan, lalu dengan santuy nya nongkrong di kantor. Rasanya ingin kujitak jidatnya. Sungguh bukan teladan yang baik.

Kadang guru model begini (malas ngajar) tidak pernah dapat tugas tambahan. Ya, piye. Datang saja malas, masuk kelas ogah, gimana dengan tugas ekstra? Bisa bubar deh.

Selanjutnya, aku pun jadi introspeksi diri. Evaluasi diri. Apakah aku sudah jadi guru yang baik? Apakah aku sudah cukup berusaha?

Evaluasi diri yang buat aku lebih berhati-hati karena aku masih belajar untuk jadi guru yang baik.

Guru Teladan sepanjang masa

Kesadaranku sebagai fakir ilmu dan awam atas banyak hal ini menumbuhkan semangatku untuk membaca tentang manusia pilihan ini. Ali bin Abi Thalib.

Sementara kita dilengkapi dengan karakter yang cenderung pada kesia-siaan. Sifat manusia pilihan ini bersih. Maksum. Terhindar dari dosa.

Bahkan karakternya pun memiliki keistimewaan. Sebagaimana tertulis dalam buku Nahjul Balaghah.

Berbeda dengan karakter alami yang dimiliki Ali bin Abi Thalib yang mencakup tiga point. Sebagaimana yang dikatakan asy-Syafi'i, " Apakah yang dapat kukatakan tentang orang yang di dalam dirinya terdapat tiga sifat dengan tiga sifat lainnya, yang tidak pernah terdapat bersama-sama dalam diri siapa pun lainnya - kemurahan hati dengan kesusahan, keberanian dengan kebijaksanaan, dan ilmu pengetahuan dengan prestasi amaliah." (Puncak Kefasihan)

Masya Allah, sungguh figur teladan guru yang dapat membangun karakter peserta didik.

Aku yakin, dengan menjadikan Ali bin Abi Thalib sebagai idola dibandingkan selebrita di medsos, kita akan temukan diri kita selamat. Dunia dan akhirat.

Bandarlampung, 11 Juli 2020



Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis NIlai-Nilai Kebajikan Universal Sebagai Pemimpin

  Assalamualaikum, bapak/ ibu hebat. . Tabik pun.. Salam bahagia. Setelah saya mempelajari modul 3.1, maka saya akan membagikan Koneksi Anta...