Showing posts with label book review. Show all posts
Showing posts with label book review. Show all posts

Thursday 17 December 2020

And The Mountains Echoed: Harapan dalam Keputusasaan

And-The-Mountains-Echoed-Harapan-dalam-Keputusasaan

Manaar tergeletak di kasur tipis, butut dan bau  di antara kasur-kasur serupa di ruangan sempit itu. Tubuhnya kurus dengan benjolan membesar di perutnya akibat tumor. Sementara Markos yang terbaring tak jauh dari Manaar memandangi sekitarnya. Mata cekung Manaar sayu di kepalanya yang terlihat besar di tubuh kecilnya.  Lalu, mata mereka bertemu. Sebutir air mata jatuh menggelinding di pipi tirus Manaar. Bagai harapan dalam keputusasaan.

Sepotong kisah Manaar dan Markos dalam And The Mountains Echoed ini menghunjam di hatiku. Aku membayangkan kehidupan seorang Manaar, anak dari ibu seorang prostitute dan ayah pencuri di jalanan India. Seorang anak yang tinggal bersama paman dan bibinya yang sering menyiksanya. Seolah ia nggak berharga dan nggak pantas dicintai.

Baca juga: Yuk Praktik Baik Mengantar OYPMK dan Disabilitas Meraih Mimpi

Seolah itu belum cukup, tubuhnya pun penuh bekas luka sundutan rokok dari germo yang sering menjadikan tubuhnya asbak saat ia kecil. Ia akan mati sendiri di sini bagai seonggok sampah. Nggak ada yang menemani. Nggak ada yang akan bersedih untuknya. Hanya angin dan gema pegunungan yang menyaksikan keberadaannya.

Markos, lalu merawat Manaar dengan kelembutan. Mengangkat tubuh Manaar dengan hati-hati agar ia nggak merasa kesakitan. Lalu, menyuapinya dengan perlahan. Sebelumnya, Manaar diangkat seperti sekarung beras dan sering tersedak saat perawat menyuapinya dengan buru-buru. Tak ada yang menemani atau menjenguknya.

Markos, seorang dokter bedah plastik yang mengarungi tanah-tanah asing. Jauh dari tanah kelahirannya di Tinos, Yunani. Tertatih-tatih mencari jati dirinya. Memperhatikan dan menunggu sesuatu atau seseorang untuk mengubah dunia.

Tokoh Markos ini adalah salah satu tokoh dalam buku And The Mountains Echoed yang nggak pernah lelah mencari-cari bagian dirinya yang hilang. Berusaha mengumpulkan serpihan harapan yang menggema di antara penggunungan yang jauh. Seperti seorang anak manusia yang berlari kesana-kemari demi pencariannya tentang arti kehidupan, kebahagiaan, cinta dan harapan.

Baca juga: Stoikisme dan Gaya Mengajar Guru di Sekolah

Sedangkan, tokoh Saboor yang jadi pembuka cerita adalah gambaran seorang ayah yang begitu mencintai keluarganya. Rasa yang nggak luntur meski keputusan yang dibuat mengurai kesedihan yang nggak bertepi. Sepanjang hayatnya.

Kisah-kisah dari para tokoh di buku ini mengharu biru. Menghantui nurani kita. Mengetuk kesadaran tentang arti sebuah keluarga yang nggak pernah luntur. Meski kadang kita berbuat kesalahan, keluarga akan selalu merengkuh kita. Memaafkan dan melindungi kita lagi dan lagi.

Sinopsis And The Mountains Echoed

Baba bercerita tentang Baba Ayub yang tinggal di Shadhbagh, desa miskin yang sering diserang musim dingin yang menyakitkan. Namun, Baba Ayub selalu merasa beruntung karena ia memiliki semuanya. Hingga suatu hari salah satu yang berharga hilang dari pelukannya. Aziz, putra yang paling ia sayangi.

Nun jauh di pegunungan sana, hiduplah The Dev, monster mengerikan yang sering meminta korban anak-anak. Ia akan mendatangi kampung dan mengambil seorang anak dari keluarganya. Nggak terhitung berapa anak yang sudah dibawanya. Hingga kesedihan menghantui keluarga-keluarga tersebut. Termasuk keluarga Baba Ayub.

Baba Saboor mengisahkan dongeng Baba Ayub pada Abdullah dan Pari. Dongeng yang jadi pertanda perpisahannya dengan Pari, putri bungsunya. Bedanya, Baba Ayub mendapat berkah lupa dengan kesedihannya. Sedangkan, Baba Saboor dan  Abdulah hidup dalam kehilangan yang menghantui sepanjang kehidupan mereka.

Sementara, Pari yang berubah nama menjadi Pari Wahdati menikmati kehidupan bahagia sejenak. Solaiman Wahdati dan Nila Wahdati begitu menyayanginya. Hingga, keadaan berubah. Nila dan Pari harus pergi ke Paris. Meninggalkan Solaiman bersama Nabi di Kabul.

Kehidupan Pari dan Nila di kota Paris nggak seindah gemerlap kota Paris. Berulang kali Pari harus menghadapi kenyataan pahit bahwa ibunya mengalami depresi berat. Akhirnya usaha bunuh diri Nila berhasil. Meninggalkan Pari yang seolah kehilangan arah.

Di tempat lain, Nabi merawat Solaiman yang tergeletak tak berdaya karena terserang struk. Bertahun-tahun Nabi nggak menyadari betapa perasaan Solaiman. Ia hanya merasa cintanya telah hilang. Pergi jauh.

Nabi hidup dalam penyesalan berkepanjangan.  Ia menyesali keputusannya untuk memisahkan keponakannya, Pari dari keluarganya. Apalagi ia menyadari hubungan Abdulah dan Pari yang lebih dari kakak dan adik. Abdulah yang mengurus adiknya, memandikan dan memeluknya sejak ibunya meninggal saat Pari masih bayi.

Nabi menghukum dirinya dengan mengurus Solaiman. Bertahun-tahun ia melalui waktu bersama Solaiman. Menemaninya. Meski, ia tahu apa yang dirasakan oleh Solaiman padanya.

Selanjutnya, perang meluluhlantakkan Kabul. Kehidupan Nabi berubah bersama serangan tentara Taliban. Ia pun bertemu dengan Markos. Seorang dokter yang ikut membantu anak-anak korban perang.

Markos yang punya kesedihan dan keputusasaan sendiri yang ia tinggalkan di kampung halamannya di Tinos, Yunani. Ia yang seperti Nabi, berusaha lari dari beban tanggungjawab keluarga. Namun terperangkap oleh hal yang sama di tanah yang asing.

Penokohan dalam And The Mountains Echoed

Tokoh-tokoh dalam cerita ini begitu kuat dan saling berkaitan. Hingga kita nggak akan mengerti tanpa membaca buku ini dengan tuntas. Mungkin, ini karena tokoh-tokohnya masih ada hubungan satu dengan yang lainnya.

Saboor, ayah Abdulah dan Pari

Seorang pria yang berhati keras. Jarang tersenyum. Kehidupan yang sulit menjadikannya harus merelakan Pari untuk diadopsi oleh majikan Nabi. Tuan Solaiman Wahdati. Meski penyesalan menjadi napas yang ia hirup sejak itu.

Saboor sering menyendiri di bawah pohon di tanahnya yang kering. Memandang jauh. Tubuh kurusnya melengkung karena penuhnya beban derita.

Parwana, istri Saboor

Ibu dari Iqbal, saudara tiri Abdulah dan Pari ini memiliki saudara kembar. Masooma namanya. Parwana pun, terjebak dengan  tanggung jawab dan kesedihan penyesalan sepanjang hidupnya. Semuanya karena Masooma yang ia tinggalkan sendiri di sana.

Nabi, saudara laki-laki Parwana

Pria sederhana yang tubuhnya kerap berbau bawang ini begitu mengaggumi Nila, istri majikannya. Cinta yang hadir di hatinya itu nggak sempat berkembang. Layu karena keputusan yang mereka buat bersama.

Nila Wahdati, istri Solaiman Wahdati

Seorang wanita cantik yang mencintai keindahan dan kebebasan. Seseorang yang sering terperangkap dalam ilusi pemikirannya sendiri. Artis dalam dunianya sendiri, hingga ia hilang di dalamnya.

Pari Wahdati

Adik kesayangan Abdulah yang hidup di hatinya. Pari yang sering merasa ada sesuatu dari dirinya yang hilang. Ia berusaha mencari, lalu sesaat ia merasa telah menemukannya. Hingga, kenyataan menghantui nuraninya.

Abdulah,  kakak Pari

Pria yang hatinya seperti seorang anak-anak. Selalu dihantui rasa kehilangan hingga akhirnya ingatan pun meninggalkannya. Jauh sebelum raga pergi. Menjadikan Pari, putrinya merasa beban dunia menghimpitnya.

Pari, putri Abdulah

Seorang gadis yang takut untuk meninggalkan zona aman kehidupannya. Kekasihnya pun meninggalkannya. Dalam kehidupannya, ia selalu menginginkan dirinya memiliki saudara seperti anak lain. Hingga dalam pikirannya Pari menciptakan seorang saudara yang ia namai Pari. Kerinduan akan keindahan keluarga seperti yang lain.

Markos, teman Nabi

Seorang dokter bedah plastic yang tergabung dengan organisasi bantuan asing yang bekerja di Kabul. Berkat dirinya, Pari Wahdati mengetahui bahwa Abdulah masih hidup. Ia, mendapat amanah untuk menyerahkan wasiat Nabi pada Pari Wahdati. Kemenakan Nabi yang tinggal di Paris

Thalia

Sahabat kecil Markos yang tinggal bersama ibu Markos di Tinos. Wajahnya yang rusak karena digigit anjing membuat Thalia harus terus memakai topeng. Thalia juga yang sering mengingatkan Markos untuk menghubungi ibunya.

Diskusi

Mungkin nggak akan pernah ada yang mengira akan batas dari kesedihan. Ya, nggak semua orang punya privilege untuk sesaat merasakan namanya grievance for a little awhile. Beberapa mungkin hanya menjalani hidup begitu saja. Seolah nggak merasakan kesedihan lagi. Meski air mata itu masih saja mengalir.

Begitupun kisah-kisah dari para tokoh di buku And The Mountains Echoed ini nggak akan bosan buat dibaca. Buku yang mengetuk kesadaran kita tentang arti sebuah keluarga dan cinta. Bagaimana sebuah keluarga bisa selalu menerima dan memaafkan kita, sebesar apa pun kesalahan kita di masa lalu. Memberi kita harapan dalam keputusasaan.


Sunday 22 November 2020

Mendidik dengan Cinta: Karena Anak Begitu Berharga

mendidik-dengan-cinta-karena-anak-begitu-berharga


Seorang pemuda mengerutkan dahinya, hatinya terenyuh melihat seorang ayah yang memukul anaknya di tepi jalan. Ia berjanji pada dirinya sendiri, ia nggak akan jadi ayah seperti itu kelak.

Namun saat pemuda itu menikah dan dikaruniai anak-anak, ia lupa janjinya dulu. Ia marah dan sering memukul anaknya karena kesal. Ia nggak ingat lagi dengan janjinya untuk mendidik anak-anaknya dengan kesabaran. Mendidik dengan cinta karena anak itu berharga.

Kisah pemuda ini sering terjadi di kehidupan ini. Menyadarkanku bahwa mendidik anak itu nggak mudah. Kita perlu terus belajar agar dapat menjadi orang tua yang baik.

Kita bisa berusaha mempelajari pola pengasuhan yang sesuai dengan kita. Nggak perlu membandingkan dengan keluarga lain karena tiap keluarga itu berbeda. Unik.

Sebagaimana keluarga itu unik, anak-anak pun terlahir berbeda. Masing-masing anak memiliki keistimewaan yang khas. Mereka berbeda dan luar biasa.

Pemahaman yang baik tentang parenting, mendidik dengan Cinta akan mempermudah kita untuk menyelesaikan tantangan dalam mengasuh anak Kita. Insya Allah. Kita akan mengerti bahwa anak-anak adalah seorang manusia yang terlahir dengan kecerdasan dan rasa ingin tahu yang tinggi. 

Sebagaimana seorang ahli mengatakan bahwa anak itu bukan separuh manusia. Seorang anak adalah manusia seutuhnya yang dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah dan menerima risiko dari perbuatannya. 

Seorang anak balita, misalnya punya kapasitas berpikir yang baik. Peniru dan pengamat yang baik. Nggak ada perbuatan dan perkataan yang luput dari pengamatannya.

Selanjutnya, aku mengerti kisah pemuda itu bukan berarti ia gagal sebagai orang tua. Ia hanya perlu belajar lagi dan konsisten dengan niatnya. Semua orang bisa belajar untuk jadi orang tua yang penuh cinta dalam mendidik anak-anaknya.


mendidik-dengan-cinta-karena-anak-begitu-berharga


Mendidik dengan Cinta Karena Anak Begitu Berharga

Orang tua yang memahami karakter positif anak, akan menghasilkan anak-anak berkarakter positif juga. Pemahaman yang muncul dari pengetahuan mengenai tipe-tipe anak adalah modal awal yang baik. Memahami kekhasan tipe-tipe ini dapat membuat orang tua lebih mudah mengatasi masalah yang timbul. 

Tipe mudah, perlu adaptasi, dan sulit adalah 3 tipe unik yang dijelaskan di buku ini. Tipe-tipe anak yang punya kelebihan dan kekurangan. Hal yang menandakan bahwa anak-anak itu istimewa.

Dalam buku Mendidik dengan Cinta Karena Anak Begitu Berharga  menyebutkan kelebihan dan kekurangan 3 tipe anak ini, yaitu:

1. Tipe mudah

Azis berdiri di depan kelasnya. Dengan berani ia mengajukan diri sebagai ketua kelas tanpa diminta bu guru. Anak yang ceria itu dengan gesit memimpin teman-temannya berbaris. 

Azis juga senang mengobrol dan bermain bersama teman-teman barunya. Nggak canggung. Ia berlari kesana kemari tanpa rasa takut.

Kelebihan tipe mudah

Azis adalah anak yang mudah bergaul, ceria dan berani. Ia juga nggak takut untuk mencoba hal baru. Ini bikin Azis punya banyak teman dan disukai guru-guru karena keberanian dan kemandiriannya.

Sekilas Azis tampak seperti anak sempurna. Orang tua lain pun sering membandingkan anaknya dengan Azis. Mereka ingin anaknya seperti Azis yang berani dan ceria.

Kekurangan tipe mudah

Sifat Azis yang ceria dan mudah bergaul bikin ia nggak betah diam. Ia senang mengunjungi rumah teman-temannya. Ia jarang di rumah. Pulang ke rumah hanya untuk makan dan tidur.

Azis juga suka mencoba hal yang menantang baginya. Ia sering pulang dengan luka di lutut. Bajunya pun kotor dan sobek. Ini sering membuat ibu merasa khawatir.

2. Tipe yang perlu adaptasi/ pemanasan lebih dulu

Beda dengan Azis, Dedi cenderung lebih tenang. Pendiam. Meski bukan penyakit. Dedi perlu waktu untuk mengenal lingkungan baru sebelum ia dapat akrab dengan teman-teman baru.

Dedi akan mengamati lingkungan barunya dengan teliti. Ia nggak bisa langsung merasa nyaman di tempat baru. Ia juga butuh dorongan orang tua untuk mencoba hal baru.

Kelebihan tipe perlu adaptasi

Dedi nggak mudah akrab dengan orang asing. Hal yang cukup baik di tengah maraknya aksi penculikan anak. Dedi pun selalu hati-hati dalam bertindak, hingga ia nggak mudah terluka.

Selain itu Dedi nggak mau bertindak tanpa persetujuan orang tuanya,  seperti Azis yang bisa lari-lari di rumah tetangga saat bertamu. Dedi cenderung nggak seagresif Azis. Lebih mudah dikendalikan.

Kekurangan tipe perlu adaptasi

Dedi cenderung nggak bisa melakukan hal baru tanpa support dari orang tuanya. Nggak punya inisiatif untuk bertindak karena perlu waktu untuk memikirkannya. Ia perlu motivasi orang tua untuk mencoba tantangan baru.

3. Tipe sulit

Berbeda dengan Azis dan Dedi, Ani termasuk tipe sulit beradaptasi. Ia gadis manis yang menempel terus pada ibunya. Ia nggak mau melepaskan ujung baju ibunya dari genggaman tangannya. Terpaksa ibu ikut duduk di kelas.

Ibu sedikit kesal dengan putri kecilnya yang manis dan penurut ini. Biasanya, Ani ceria dan percaya diri jika ada di rumah. Namun ia nggak mau ditinggalkan ibunya di kelas. 

Ani pun sangat pemalu dan penakut jika ada di lingkungan baru. Nggak berani ambil risiko untuk melakukan tantangan meski ibu terus mendorongnya. Ia hampir nggak pernah jauh dari ibu.

Kondisi ini bikin ibu repot dan bingung jika harus berpergian. Ani selalu ingin ikut dengannya. Seolah ia nggak punya teman sebaya.

Kelebihan tipe sulit

Kadang, ibu senang mengajak Ani berpergian karena ia manis dan penurut. Nggak pernah membantah dan berlarian seperti Azis. Ia juga mudah diatur dan tenang. Manis sekali.

Jika di rumah, Ani ceria dan sering bercerita tentang teman-temannya. Ia juga suka ikut membantu ibu. Nggak ngerepotin sama sekali.

Kekurangan tipe sulit

Masalah timbul saat Ani berada di lingkungan baru, seperti masuk kelas TK pertama kali. Ani menangis takut. Nggak mau ditinggalkan ibu di kelas.

Ani pun hanya diam saat bu guru menanyakan namanya. Jadilah ibu yang menjawabnya. Bikin ibu gemes.

Diskusi

Semua anak terlahir suci dan istimewa. Mereka hadir dengan keunikan sifat, kekurangan dan keunggulan yang membuat mereka nggak bisa digantikan. Tidak ada seorang anak pun terlahir dengan kemiripan seratus persen. Perbedaan dan kekurangan anak-anak menjadikan mereka begitu berharga di mata orang tua.

Tantangan membimbing dan mendidik anak dengan cinta bukan tugas mudah bagi orang tua. Sebagaimana setiap orang, baik anak-anak atau pun orang dewasa punya keinginan dan perasaan yang nggak sama terhadap sesuatu hal.  Menjadikan tugas ini tantangan terbesar orang tua sepanjang masa.

Membuktikan Cinta Ibu

"Anak tidak bisa merasakan kasih sayang orang tua, jika nggak dibuktikan.."

Aziz pulang ke rumah dengan pakaian kotor. Baju sobek. Lututnya juga terluka. Ibu begitu emosi melihat kondisinya.  

Nggak lama kemudian, Bu Rani, tetangga ibu mengeluh Azis memecahkan kaca jendelanya. Ibu malu dan marah .pada perilaku Azis 

"Azis, ibu kecewa dengan perilakumu. Perbuatanmu ini nggak baik. Kenapa kamu lakukan itu?"

Azis menunduk. Lirih, ia berkata, "Ada seekor burung kecil yang terjepit di jendela kaca, bu. Jadi, Azis pecahin kaca jendelanya."

Terkesima, ibu memeluk Azis. "Ya, Allah. Maafkan ibu, Azis. Ibu nggak tahu."

Azis mengangguk. "Nggak pa-pa, bu. Ibu kan gak tahu."

Percakapan di atas menggambarkan bahwa komunikasi baik orang tua dan anak dapat menyelesaikan masalah sulit. Sebagai orang tua, kita emang wajib marah dan menghukum anak yang berperilaku buruk. Namun, kita juga harus menanyakan alasan perilaku tersebut dengan lembut.

"Mengapa harus lembut?"

Allah berfirman, "Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.. (Q.s. Ali Imran|3|: 159)

Orang tua Bukan Monster Jahat

Azis menunduk. Di lantai tergeletak piring yang pecah berantakan. Piring kesayangan ibu hadiah dari nenek. Ibu kesal. Mata ibu melotot ke arah Aziz yang nggak berani mengangkat wajahnya.

"Kenapa kamu selalu nakal, Aziz! Nggak pernah menurut sama ibu."

Ibu terus mengomeli Aziz. Ia nggak melihat tangan Aziz yang memegang kertas ulangannya. Tadi, ia buru-buru ingin menunjukkan hasil ujiannya, tangannya nggak sengaja mendorong piring ibu hingga jatuh. 

Aziz takut melihat kemarahan ibunya. Ia nggak berani menunjukkan hasil ujiannya sekarang. Ia takut ibu nggak sayang lagi padanya.

"Merupakan sifat dasar manusia bahwa ia akan mengalami gejolak perasaan menghargai yang amat dalam terhadap orang lain yang menawarkan kebaikan hati kepadanya (Sidney D. Craigh)

Berdasarkan perilaku ibu, Azis akan merasa takut pada ibu. Seolah ibu adalah monster jahat. Ia khawatir ibu nggak mencintainya.

Bandingkan dengan perilaku di bawah ini;

"Azis, kenapa kamu memecahkan piring? Itu nggak baik. Jelaskan pada ibu."

Ibu marah pada Azis, tapi ibu tetap memberi kesempatan pada Azis untuk memberi alasan perilaku buruknya. Memperlakukan Aziz dengan lembut. Ibu hanya marah pada perilaku Azis. Bukan menuduh atau berprasangka buruk pada orangnya.

Sebagai orang tua, kita harus menghitung perhatian positif dan perhatian negatif secara seimbang. Lalu, berusaha memaksimalkan perhatian positif agar anak termotivasi untuk berbuat baik. 

"Omelan dan pujian perlu seimbang agar omelan nggak dirasa berlebihan oleh anak."

Aku bisa membayangkan Benu yang nggak betah di rumah. Ibunya sering mengomeli dirinya tanpa henti. Ia juga nggak peduli dengan omelan ibunya. Masuk telinga kiri, keluar telinga kanan.

Benu jadi anak yang suka membantah. Saat ibunya marah, ia akan balas mengomel. Ia bahkan berani membanting pintu di depan ibunya.

Berbeda dengan Ari yang senang berada di rumah. Ia juga anak yang mudah diatur dan nggak mudah marah. Sopan dan tenang.

"Menurut data seorang anak rata-rata menerima 460 komentar negatif/kritik dan hanya menerima 75 komentar positif/dukungan tiap hari."

Dwi selalu bangun pagi dan shalat shubuh tepat waktu. Ia pulang ke sekolah dan dengan semangat mengulang pelajaran. Tapi, ibu nggak pernah memujinya.

Namun saat Dwi mendapat nilai merah di ulangan hariannya, ibu marah. Ia mengomel dan menganggap Dwi pemalas. Ibu nggak menghargai kerja keras Dwi.

Dwi merasa kecewa dan kesal. Ia pun berubah jadi anak yang malas bangun pagi. Ia nggak peduli saat ibu mengomelinya. Toh, ibu nggak peduli usahanya.

Padahal, ibu sangat sayang Dwi. Ibu hanya nggak bisa menunjukkan kasih sayangnya dengan benar. Ia menganggap apa yang dilakukannya nggak keliru.

Imam Bukhari dan Muslim menyebutkan bahwa pernah suatu hari Nabi mencium cucunya, Hasan bin Ali. Saat itu Aqra bin Nabis Attamimi berkata, "Sesungguhnya aku mempunyai 10 anak, tetapi tak ada satu pun dari mereka yang pernah aku cium."

Mendengar itu, Rasulullah memandangnya dan berkata,

"Barang siapa yang tidak mengasihi, tidak akan dikasihi."

Diskusi

Kasih sayang, adalah bentuk cinta. Sedangkan mendidik anak dengan cinta adalah cara menunjukkan bahwa kita mencintai mereka. Kita, sebagai orang tua perlu mendemonstrasikan rasa cinta kita agar mereka mengerti.

Buku Mendidik dengan Cinta ini berisi 9 bagian yang menarik buat para orang tua. Terutama bagian seni berkomunikasi yang membahas tentang bagaimana cara membangun komunikasi produktif. Selain bagian kedelapan, Melejitkan Potensi Anak. Bagian yang membahas cara terbaik mengenal Potensi Anak dan memotivasi anak untuk mengembangkan potensi terbaiknya.

So, gaes..tunggu apa lagi. Yuk, baca buku ini bareng aku. Insya Allah bermanfaat ya..


Judul buku    : Mendidik dengan Cinta: Karena anak begitu berharga, maka tumbuh kembangnya harus dijaga dan dibina

Penulis           : Irawati Istadi

Penyunting     : Irin Hidayat

Penerbit          : Pro- U Media, Yokyakarta, 2016

ISBN              : 978-602-7820-47-0

Tebal buku      : 388 halaman

Friday 28 August 2020

Review All the wrong substraction karya Khawaja Ali Zubair

Berlatar di negara Muslim bekas jajahan Inggris, Pakistan menjadikan cerita ini unik. Apalagi dengan tema cinta yang menyelimuti seluruh kisah yang ditulis dari sudut pandang orang pertama ini. Nadir Husesni. Kisah yang terkesan sedikit gloomy namun memberi gambaran bahwa hidup itu begitulah adanya


Stories end where love begins. This story starts right where love ends.


Itu kata-kata awal yang menurutku cukup dalam maknanya. Kata-kata yang bikin aku sedikit kecele. Kupikir kisah ini akan berputar di kisah cinta semata. Ternyata, aku nggak salah. Hanya saja, versi cinta yang hadir di sini, mungkin berbeda dengan yang kita bayangkan. 

Sinopsis

Kisah yang diawali dari berakhirnya cinta seorang Nadir Husseni pada gadis pujaannya. Linah Rafiki. Gadis yang justru memilih pria lain. Minavan Malik. Padahal Nadir begitu mencintainya. Bahkan menjadikannya sebagai tujuan dari karir sprinternya. Begitu ia pikir.

Perasaan Nadir yang void dengan emosi akibat patah hati tak berubah. Ia merasa hambar. Tak menikmati sambutan meriah Mr. Husseni akan kemenangannya sebagai seorang sprinter. Nadir merasa sebagai seorang pecundang karena hanya memperoleh perunggu. Apalagi penyemangatnya untuk mencapai garis finish tak lagi jadi miliknya. Ia kehilangan tujuan dan semangat hidup. Nadir merasa hidupnya sia-sia. Ia merasa kalah dan memutuskan untuk keluar dari Tirah University. Ia lari. Meninggalkan cinta dan segala kenangan pahit. Termasuk sahabatnya. Lounger.

Lalu, berkat koneksi ayahnya, Nadir bisa pindah di universitas lain dengan mudah. Ia menemukan banyak hal baru. Termasuk teman. Farah Malik. Gadis yang ternyata adalah sepupu Minavan Malik. Orang yang ia benci.

Namun, rasa benci memang tak bisa menghilangkan simpati dan kebaikan seseorang. Nadir pun bersahabat dengan Farah. Persahabatan yang menjadikan Nadir sebagai seorang yang berbeda. 

Nasib memang mengombang ambingkan perasaan dan diri manusia. Termasuk Nadir. Ia harus menelan pil pahit yang ia tahan dan telan dengan terpaksa. Ini terjadi karena anak tertua keluarga Husseni, Marium Husseni ternyata akan menikah dengan Yasir Malik. Kakak dari Minavan Malik. Musuh besar Nadir Husseni. Orang terakhir ingin Nadir lihat. Apalagi dijadikan keluarga. Tapi, nasib memang selalu berkata lain. Begitu pun nasib juga yang membawanya untuk bertemu dengan Dadhey Siddique. Pemuda kharismatik yang menarik hati Nadir. Ia tak menyangka bahwa Dadhey adalah saudara tiri dari Minavan.

Nah, pertemuan Nadir dan Dadhey inilah yang mengawali ikatan erat bermakna keduanya. Mereka berdua berkonspirasi membalas perbuatan Minavan yang telah merebut cinta Nadir. Konspirasi yang justru berakhir dengan kematian Dadhey Siddiqui dalam sebuah kecelakaan pesawat. Menyusul ayah dan ibunya.

Nadir yang hancur. Terpuruk. Ia makin membenci Minavan. Membenci dirinya karena tak bisa mengungkapkan perasaannya pada Dadhey. Membuka hati dan meminta maaf atas kekerasan hatinya. Menyesali rasa harga diri yang menahan dirinya untuk mencintai sahabat yang sangat ia hargai. Ia berpikir, kalau saja ia melakukan apa yang seharusnya, Dadhey pasti masih ada di dunia ini. Bersamanya. 

Tapi, suratan nasib memang tak bisa ditolak. Kematian Dadhey menyadarkannya akan hidup, dan menghargai kehidupan. Mencintai orang-orang yang ada di sekitar kita dengan tulus.


Diskusi

Buku yang berlatar tanah Pakistan ini memang agak terkesan gloomy, dan sarat dengan pesan moral. Menggambarkan tentang kisah kehidupan keluarga konglomerat Husseni dan Malik dengan tokoh sentral Nadir Husseni. Tokoh yang terkesan labil dan mudah  terbawa perasaan. Skeptis. Ia juga kurang percaya diri. Mungkin ini terjadi karena ia selalu dengan mudah mendapat apa yang ia mau. Ia juga mendapat pengakuan dari keluarga yang menyayanginya.

Berbeda dengan Dadhey yang selalu duduk di pojok ruangan. Selalu jadi orang luar. Bahkan di keluarga Malik. Meski ibunya menikah dengan Rahat Malik (ayah Minavan dan Yasir). Ia tak benar-benar dianggap keluarga. Ia bahkan memakai seutas kain putih di tangannya sebagai momentum pengingat baginya. Pengingat atas kehilangan besar yang ada hubungannya dengan Minavan. 

Menurutku, tokoh Dadhey yang tak peduli akan harta dan kedudukan ini lebih kuat dibanding tokoh utama. Menggambarkan paradoks manusia cerdas yang tak diterima sekitarnya karena ia istimewa. Meski ia hanya ingin diakui dan dicintai. Sayang, di detik akhir hidupnya pun. Semua orang yang berarti baginya - melepaskan tangan atas dirinya. Hal yang jadi penyesalan bagi Nadir, Rahat, dan Minavan. Hingga saat bayi Marium lahir, mereka menamainya Dadhey Malik. Sebagai pengingat.

Pengingat bahwa seorang yang berarti dalam keluarga ini akan selalu ada dan disayang. Meski tak ada yang bisa menggantikan Dadhey Siddiqui. Paling tidak bagi Nadir Husseni.

Mungkin, seperti penyesalan yang pahit di ujung lidah. Tak ada yang bisa dilakukan selain menelannya. Sebagai manusia, bagaimana pun kita harus terus move on. Penyesalan akan masa lalu tak bisa kita ubah. Kita hanya bisa memperbaiki apa yang akan kita lakukan hari ini. Harapannya, hari ini tidak jadi penyesalan di hari esok.

Nah, sebagai pengingat, aku akan kutip surat terakhir Dadhey yang ia berikan sebelum pesawatnya meledak di angkasa.

Grand words Nadir, good indeed these are. If only you knew me better. If only I had the strenght to go through it all over again. I might have had fewer sentiments to add, less forgiveness to ask for, less meaning to get across and less doubts about whether I have said all I wanted to say. (Dadheys letter to Nadir, right before his plane crashed) page 129 


Bandarlampung, 28 August 2020


Judul buku     : All the wrong substraction

Penulis            : Khawaja Ali Zubair

Tebal buku      : 177

Bentuk buku    : pdf

Thursday 2 July 2020

Review Buku Blind Willow Sleeping Woman

Bismillah


Okeh gaes.. aku sekarang mau ngomongin tentang buku online yang kubaca lewat archive.org. Book reader. Gratis. Aku minjem selama 14 hari untuk memenuhi tantangan RCO 8 membaca kumpulan cerpen fiksi. Sebenarnya bingung juga cari buku, karena yang kupunya itu bukunya Bahjat. Kumpulan cerpen yang bukan fiksi. Karya Bahjat kan ngambil dari kisah yang ada di Al quran. Non fiksi. Itu kata adikku yang guru bahasa Indonesia. So, aku pinjem buku online ini. 




Then, here I am reading Blind Willow Sleeping Woman karya Haruki Murakami. Sastrawan Jepang yang menurutku banyak mengadopsi pemikiran Barat. Trus, ia menggabungkannya dengan gaya penulisannya yang khas. Aroma Jepang berbalut pemahaman budaya global. Amerika.


Pengetahuannya tentang budaya masyarakat Jepang yang membaur dengan budaya Barat menjadikan karyanya bisa jadi referensi bagi yang ingin tahu tentang masyarakat Jepang modern di tahun 90an. Tentu saja dilihat dari kacamata penulis yang kupikir cukup kritis.


Buku digital yang kubaca ini berisi dua puluh empat cerita yang mengekspos dengan detail gimana seorang penulis paham tentang pencarian manusia untuk memecahkan kesepian yang hadir karena penyesalan. Atau tentang bagaimana seseorang bisa tersedot oleh pencarian akan sesuatu yang seolah sia-sia. Meski kesadaran akan kesia-sian itu sendiri disadari dan dipahami sebagai bagian dari hidup. Tak terelakkan. Hingga penerimaan akan hal tersebut adalah keniscayaan.


Dalam cerita awal Blind Willow Sleeping Woman,  Murakami menceritakan tentang seorang pria yang harus menemani kemenakannya ke rumah sakit. Hal unik yang menggelitikku dari kisah ini adalah gimana si pria berdialog dengan keterbatasan pendengaran kemenakannya. 

Ikatan yang dihadirkan dari dua tokoh ini bikin aku mempertanyakan tentang hubungan manusia dengan sekitarnya. Gimana tenggelamnya kita dalam suatu pencarian akan membuat kita lupa tentang arti hidup itu sendiri.


Bahwa kadang yang kita lihat, dengar, dan rasakan mungkin saja berbeda dengan yang sebenarnya. Maksudku, kita diminta lebih membuka diri atas segala perbedaan, atau sesuatu yang mungkin tak lazim di masyarakat.


Sebut saja gimana Murakami menganalisa tentang pemahaman virginity bagi sebagian orang di zamannya. Gimana sebagian menganggap itu sesuatu yang tak begitu penting. Sementara yang lain menganggap virginity sebagai sesuatu yang wajib dipertahankan hingga saat menikah. 


Aku juga bertanya-tanya tentang apa yang tersembunyi dalam cerita "Hunting Knife" yang bertutur tentang pasangan muda Jepang yang berlibur di sebuah pantai yang nggak jauh dari pangkalan militer Amerika. Gimana pasangan ini concern banget dengan tetangga kamar hotel mereka. Keluarga Amerika. Ibu dan anaknya. 

Kedua orang Amerika itu terlihat begitu kaku dan formal hingga pasangan Jepang ini merasa selalu sungkan. Pasangan muda ini memperhatikan gimana keduanya hanya berada di spot biasa. Si ibu mendorong kursi roda anak. 

Mereka hanya diam membaca di lobi atau duduk di bawah pohon di pinggir pantai. Sangking perhatiannya, pasangan Jepang ini bertanya-tanya dalam hati karena suatu hari ibu dan anak itu tak ada di spot biasa. Hingga di malam terakhir liburan mereka, si suami sulit tidur dan menemukan pemuda Amerika itu duduk sendiri di atas kursi rodanya. 

Di situ, pemuda itu menceritakan tentang keadaan dirinya dan keluarganya. Tentang keinginannya menghilangkan ingatannya. Sekaligus meninggalkan sesuatu untuk dikenang.

"... I start to fade away, too. Only the knife is always there - to the very end. Like the bone of some prehistoric animal on the beach. That's the kind of dream I have." (page: 94)

You know what.. I keep sighing when reading this book coz frankly speaking I don't fall into deep thinker category. So, ya gitu. Aku hanya paham sedikit. Itu pun hanya permukaannya aja. Meski nggak ngejar nothingness, seperti tokoh pemuda Amerika ini. 

"I spent my days pursuing the nothingness - rien - it creates. My job is to create that void, that rien." (page: 90)

Rasanya kok kayak nelen pil pahit ya? Seperti titik nol pengharapan.

Aku jadi mikir kalo penulis mau nunjukin kalo pemuda Amerika ini punya segalanya. Sekaligus tak punya apa-apa. Bahkan sekedar harapan pun ingin dihilangkannya.


Ada juga kisah Junpei yang bertemu dengan seorang wanita, Kirie yang usianya lebih tua darinya. Mereka bersama dan saling mengenal tentang diri masing-masing. Passion dan cinta yang mereka miliki. Hingga Junpai menyadari kesendiriannya sebagai penulis. Sementara Kirie ada di tempat tertinggi yang dicintainya. 

Aku sendiri bingung dengan maksud cerita ini. Mungkin itu karena aku selow ya ^^

Never mind. Yang sedikit kupahami adalah sosok Junpei dan Kirie ini seperti gambaran pemuda Jepang yang resah. Gelisah dengan masa depan dan apa yang mereka cari. 

Itu menurutku lho. Sebagaimana orang muda yang mungkin bosan ada di zona nyaman. Ingin sesuatu yang menantang. Agar hidup ini berubah lebih baik. Atau sekedar memuaskan pencarian yang masih terus dicari.


Kelebihan buku 
 
Buku ini keren. Nyastra banget. Mungkin ini yang jadi alasan orang addicted dengan karya Murakami yang dekat dengan kehidupan masyarakat modern Jepang.

Apalagi gaya penceritaannya yang beda dari yang lain. Bikin nggak bosen baca bukunya. Terlebih, gimana dengan terang dan jelas Murakami menceritakan pengaruh modernisasi bagi kehidupan tradisional pemuda Jepang. But, gaes fyi , buku ini bukan untuk konsumsi anak-anak karena gambaran penceritaan tokohnya begitu jujur berkisah tentang kehidupan sehari-hari termasuk hubungan antar lawan jenis. 

Kelebihan buku ini juga adalah gimana kritik yang dilempar oleh penulis dengan humor yang dalam hingga tamparan tak terasa begitu sakit. Mengingatkanku tentang karya sejenis yang juga diminati karena kritik sosialnya seperti Pengakuan karya Anton Chekov. Ah, enggak ngerti banget juga deh. Agak lupa aku hehe. Jadi pingin baca lagi. 

Oya, buku ini terdiri dari dua puluh empat cerita. Kebayang kan gimana bermenit-menit kita bisa tenggelam dalam cerita ini.



Kekurangan Buku

Seperti yang kita ketahui bahwa buku yang nyastra itu pasti berat. So, buku ini pun butuh kerja ekstra untuk memahaminya. Kita perlu baca ini beberapa kali untuk mengerti. Selain itu, bebarapa teks nya bercerita tentang hubungan orang dewasa yang pastinya bukan untuk konsumsi anak-anak.

But, overall gaes.. ini buku bagus. Percaya deh. Yuk baca bareng aku.


Bandarlampung, 2 Juni 2020

Monday 29 June 2020

Review Buku Metode Penelitian Untuk Pengajaran Bahasa Inggris

Bismillah

Sebentar lagi Tahun Ajaran Baru 2020/2021. Momen yang berbeda dibanding tahun-tahun ajaran baru sebelumnya, mengingat kebijakan baru di ranah pendidikan yang mulai dicanangkan, seperti aturan penyerderhanaan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar.

Nah, aku nggak akan membicarakan tentang permen-permen dan kisi-kisi dari standar proses yang terdiri 23 item itu - yang Alhamdulillah telah disederhanakan jadi 3 item saja, dan disebut RPP Guru Merdeka. RPP yang beri kemudahan buat guru .

Aku akan mereview buku tulisan guruku sewaktu PPGDJ di Unila tahun 2017 lalu, Prof. Ig Bambang yang dikenal dekat dengan para mahasiswanya. Kepribadian dan integritasnya bikin beliau jadi idola di kalangan mahasiswi.

Well, mungkin tepatlah seperti yang orang bilang, "Cintailah gurumu, maka ilmu yang kau pelajari akan terasa mudah."

Kiranya ini tepat menggambarkan dosen yang senang membahas tentang filsafat ini.

Okey, kembali ke buku metodologi penelitian yang  covernya berwarna putih ini yang kupikir baik dijadikan referensi bacaan buat guru atau calon guru dalam membuat RPP dan PTK (Penelitian Tindakan Kelas). So, evaluasi seusai pembelajaran bisa lebih maksimal.



Buku yang terdiri dari tujuh belas bab ini diawali dengan bab pertama tentang Penelitian Dalam Pengajaran Bahasa Asing. Isu yang dibahas tuntas dan mendalam.

Sedangkan bab dua membahas tentang validitas dan reliabilitas. Di sini dijelaskan bahwa meski ilmu sosial hampit tak mungkin diukur validitas dan reliabilitasnya, keduanya wajib diperhatikan peneliti demi menghasilkan temuan-temuan yang dapat diandalkan.

Dikatakan bahwa validitas dan reliabilitas adalah unsur alat ukur yang relatif tak terpisahkan. Dalam ilmu sosial, penting untuk dipahami bahwa tak ada subjek dari penelitian yang betul-betul memiliki kondisi dan situasi yang sama dengan subjek dari penelitian yang lain. Sehingga validitas dan reliabilitasnya bisa berbeda dari penelitan satu ke penelitian yang lain.

Bisa dikatakan bahwa keduanya merupakan aspek penting dalam penelitian.

Selain menjelaskan tentang pengertian, contoh dan keutamaan dari kedua aspek dari penelitian ini, buku ini juga menjelaskan prosedur pengambilan sampel penelitian. Isu yang dijelaskan dengan cukup sederhana hingga peneliti mudah mengimplementasikannya di kelas.

Dengan kata lain, bahasan-bahasan di buku ini kupikir cukup berguna bagi mahasiswa jurusan pendidikan bahasa asing dan guru. Buku yang dapat membantu pembaca untuk merancang dan melaksanakan penelitian dalam bidang pengajaran bahasa asing.

Bandarlampung, 29 Juni 2020

Judul buku    : Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing
Penulis           : Ag. Bambang Setiyadi
Tebal buku    : 313 halaman
Penerbit         : Graha Ilmu

Sunday 28 June 2020

Review Buku Seri Pemuka Islam Ali Bin Abi Thalib

Bismillahirrohmanirohim

Selamanya kita tak akan bisa menyangkal tentang keutamaan dan kemuliaan manusia-manusia suci keluarga Rasulullah Saw. Keagungan dan tauladan seluruh umat manusia.



Buku karya Syed Mehdi Ayatullahi setebal 56 halaman ini kiranya bisa memperkenalkan tentang sekelumit kisah manusia agung ini. Ali bin Abi Thalib. Suami Fatimah Azzahra putri Rasulullah sekaligus keponakan Rasulullah. Seorang pemuda yang pertama kali masuk Islam.

Kecintaan dan ketaatan Ali pada Rasulullah Saw tergambar jelas dalam kisah ini. Bahkan banyak riwayat menyatakan keutamaan posisi Ali di sisi Rasulullah. 

"Siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpin, maka Ali juga adalah pemimpinnya. Ya Allah! Cintai orang yang mencintai Ali, dan musuhi orang yang memusuhi Ali. Tolonglah orang yang menolong Ali, dan musuhilah siapa saja yang menentangnya. Hendaknya hadirin menyampaikan kepada yang tidak hadir. Aku berharap mereka berkenan untuk mendengar dan mau menerimanya." 

Awal kisah dimulai saat kelahiran Ali bin Abi Thalib di tanggal tiga belas Rajab, dua puluh tiga tahun sebelum Rasulullah hijrah. Bayi mungil yang lahir ini memancarkan cahaya di semesta raya.

Diceritakan oleh Kunaab Mecci bahwa ia melihat Fatima binti Assad berjalan tertatih mengelilingi Kaabah. Mereka mendengarnya berdoa, " Ya Allah aku beriman pada Mu dan Nabi Ibrahim, yang atas perintah Engkau ia membangun Kaabah ini. Ya Allah aku bersumpah demi Nabi Mu dan demi putra yang ada dalam kandunganku. Berilah kemudahan padaku dalam melahirkan putraku."

Lalu, terjadilah peristiwa luar biasa. Allah mengabulkan doa Fatima. Tembok Kaabah terbuka, dan masuklah Fatima ke dalamnya.

Melihatnya Abbas dan orang-orang bingung dan heran. Mereka berusaha membantu. Tapi pintu Kaabah tidak terbuka. Hingga 4 hari kemudian keluarlah Fatima bin Assad bersama bayinya. 

"Tuhan telah memilih aku di antara wanita-wanita Mekkah, dan Dia telah menjadikan aku sebagai tamu Nya. Aku bertamu ke rumah Nya, para malaikat menyuguhiku makanan dan minuman dari Surga."

Inilah gambaran awal betapa sejak kelahirannya yang suci, kehidupannya pun selalu berada dalam bimbingan langsung manusia pilihan Allah. 

Sebagaimana yang tertulis dalam Nahjul Balaghah, 

"Saudaraku Nabi Muhammad Saw selalu memangkuku di dalam pangkuannya, dan senantiasa memeluk aku dengan kasih sayang. Beliau selalu mengunyahkan makanan untukku, dan memasukkannya ke dalam mulutku."

Aku juga pernah membaca tentang kecintaan pengikut Ali karena cintanya pada Rasulullah, hingga di pintu rumahnya terukir kata-kata, " La fata ila Ali wa la saifa ila zulfikar.." 

Nah, selanjutnya buku ini pun menceritakan rentang perjalanan hidup masa remaja Ali bin Abi Thalib yang tak jauh dari bayang-bayang Rasulullah. Bagai "Laron yang mengitari Lentera."

Ali remaja juga selalu mendampingi Rasulullah dalam peperangan dengan keberanian dan ketaatannya. Bahkan, Ali bin Abi Thalib mampu mengangkat benteng Khaibar dengan kedua tangannya. Benteng yang seharusnya diangkat dua puluh orang ini dapat diangkat Ali bin Abi Thalib sendirian. 

Kisah pengorbanan diri, kepemimpinan dan kasih sayangnya pada umat kiranya dapat dijadikan inspirasi bagi generasi milenia.


Aku terkesan akan rasa kasih sayang Ali bin Abi Thalib pada orang miskin. Hingga saat shalat pun, Ali bin Abi Thalib mampu bersedekah.


So, bisa dibilang buku yang disajikan bergambar ini cukup baik dibaca semua umur. Selain penyampaian pesan yang simple, buku ini pun menginformasikan pada kita bahwa kecintaan dan pengorbanan itu berjalan bersama. Dan, sungguh bahwa yang mencintai akan selalu bersama dengan yang dicintai. Insya Allah.

Marilah kita memohon pada Allah, semoga kecintaan kita  pada yang dicintai Rasulullah menjadikan kita berhak atas syafaat Nya. Aamiin

Bandarlampung, 26 Juni 2020

Judul Buku   : Ali bn Abi Thalib Ra
Penulis          : Syed Mehdi Ayatullahi
Tebal buku   : 56
Penerjemah  : Akhmal
Editor             : Sandy, U. Bashir, S.Ag
Penerbit        : Penerbit Al Huda Dream

Monday 15 June 2020

Review Buku Al Huda: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Islam


Buku kumpulan jurnal Al-Huda yang ada di tanganku ini kiranya masih relevan mengahadapi perubahan zaman. New normal yang menjadi keadaan sebagai mitigasi pandemi yang melanda umat seluruh dunia. Perubahan yang juga membutuhkan strategi baru demi mengatasi kebutuhan perut. Hal yang niscaya dilakukan adalah beradaptasi dalam segala bidang termasuk mencari sumber keuangan kedua.  Respon alami mengingat pergerakan orang yang terbatas mengakibatkan sumber keuangan utama tergoyahkan.

Nah, kali ini aku nggak membahas tentang New Normal dan upaya masyarakat demi menjaga keberlangsungan kehidupannya. Aku hanya akan membahas tentang nafs dalam konsep pemikiran Islam yang mungkin jadi penggerak utama dalam menghadapi perubahan new normal ini. Isu yang dibahas oleh penulis dengan rinci dan gamblang.

Pengertian Nafs

Nafs, anti sosial yang maknanya adalah esensi, jiwa yang menghidupkan, psikis, ruh, pikiran, kehidupan, dan hasrat. Kecenderrungan nafs adalah memaksakan hasrat-hasrat dalam pemuasan diri sendiri. Walaupun kepuasan tersebut tak akan pernah terpenuhi. Istilah yang dalam terminologi sufi, istilah nafs secara implisit merujuk pada al-nafs al-ammarah, yaitu jiwa yang rendah yang dikendalikan oleh sifat-sifat jahat.(hal.55)

Penjelasan terperinci tentang nafs ini menjanjikan pada kita tentang pemahaman lebih bahwa nafs ini menggiring manusia pada upaya pencarian cara baru pemuasan diri yang tanpa henti. Hasrat yang menjerumuskan manusia pada apa yang disebut dalam terminologi psikoloanalisis sebagai "the culture of narcissism" - manusia yang mencari ketenaran, popularitas, publisitas dirinya sendiri.

Berbanding terbalik dengan konsep tersebut, kaum sufi, tidak mencari-cari ketenaran tersebut. Mereka menyembunyikan diri dalam jubah kerendah-hatian untuk mencapai kemuliaan. Mereka tidak ingin dimuliakan atau dikenal.(hal. 55)

Konsep kaum sufi yang mengingatkanku dengan beberapa tokoh seperti Muhammad Jalaludin Rumi dan Muhammad Iqbal. Tokoh-tokoh yang melepaskan diri dari konsep hedonisme yang melulu memikirkan diri sendiri. Mereka memiliki kekhawatiran mendalam tentang masa depan generasi muda bahkan sebelum bencana kemanusiaan akibat pandemi ini terjadi. 

Well, aku tahu, menjadikan kaum sufi sebagai tolak ukur bagiku yang awam ini mungkin terlalu tinggi. Meskipun begitu, pengetahuan tentang pemahaman sufi dan nafs ini penting sebagai penyeimbang kehidupan kita menghadapi perubahan New Normal dan pedoman standar mencari sumber keuangan kedua. Konsep yang menjaga keberlangsungan hidup semua mahluk di bumi ini.

Beberapa hal yang mengganggu pemikiranku tentang pembahasan hasrat dan nafs di buku ini adalah bagaimana nafs dianggap sebagai mesin hasrat. Bagaimana nafs menjadi desiring machine. yang mengabaikan semua aturan dan kebiasaan sosial. Hal yang pastinya bertolak belakang dari tujuan New Normal yang menitikberatkan kepentingan masyarakat.
 
Sedangkan dalam pandangan sufisme, nafs yang memeliki kecendurangan sifat-sifat rendah ini tidak dihilangkan keberadaannya. Hasrat-hasrat ini dikendalikan, dimurnikan dan dibersihkan dari sifat rendah duniawi. Hingga tercapailah level nafs yang lebih tinggi, an-nafs al-muthma'inah, nafs yang tenang. Nafs yang bahkan dapat menjadi bara kecintaan pada Tuhan.

Nah, hasrat an-nafs al-muthma'inah ini juga yang jadi motor penggerak perubahan kebudayaan menuju kondisi yang lebih baik. Positive desire yang mendorong kehidupan manusia menuju keadaan masyarakat yang hidup dalam kenyamanan,kemajuan dan kesejahteraan. Keadaan yang diharapkan pada masa New Normal ini.

Sebut saja dorongan positive desire ini dapat menciptakan kebudayaan baru yang lebih sehat. Harmonis dengan alam. Bagaimana sekarang kita lebih menjaga kesehatan diri dengan rajin berolah raga, cuci tangan, dan menggunakan masker. Kebiasaan baru yang dapat mengubah kita lebih sensitif dengan keadaan sekitar kita. Mengendalikan nafs yang berlebihan.

So, gaes.. buku bernas yang berisi jurnal-jurnal keislaman ini membahas tentang banyak hal. Percaya deh, membacanya pasti bikin kita makin mengerti tentang isu-isu sekitar kita.

Bandarlampung, 15 Juni 2020

Wednesday 10 June 2020

Review Buku Tafsir Surat-Surat Pilihan, Mengungkap Hikmah Al-quran

Peradaban kita adalah bukti merdekanya suatu kaum. Kita harus menyadari bahwa adanya suatu bangsa tergantung kepada peradabannya yang tetap berdiri pada azas peradaban pendahulunya, yang tidak dimasuki peradaban baru, dan jika tidak demikian, maka bangsa itu akan lenyap atau menjadi "anak pungut".(hal 14)

Buku yang dihadiahkan oleh Quito bin  Motinggo Busye pada bapakku di 19 Agustus 2005 ini merupakan salah satu tulisan ulama Iran, Murtadha Muthahhari. Seorang ulama yang dikenal dengan kezuhudan dan keillmuaannya. Ulama besar yang disegani di zamannya.

Buku yang membahas tentang tafsir surat Al-Insyirah, surat Al-Qadr, surat Az-Zilzal, surat Al-'Adiyat dan surat Al-Ashr ini menjelaskan dengan gamblang hal-hal yang mungkin belum diketahui pembaca. Buku yang baik dibaca bagi yang ingin menimba ilmu Islam. Bonus lain, Murthada Muthahari ini adalah ulama besar yang memahami keilmuan lintas mazhab dalam.Islam, hingga pemahaman kita tentang Al-quran akan melebihi diri kita sebelum membaca buku ini. Insya Allah. Paling tidak, kupikir, dengan membaca buku ini, kita akan memahami bahwa iqro adalah kewajiban.

Kata-kata mengesankan yang kutangkap di awal buku ini adalah tulisan Sa'adi yang bunyinya begini, " Dusta yang putih (yang baik) lebih baik dari jujur yang merusak." Ucapan yang dianggap beberapa orang sebagai alasan untuk tidak mempelajari bahasa Arab karena mengajarkan dusta. Padahal bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan Al-quran. Hal yang akhirnya mengajak orang-orang meninggalkannya, dan lebih mempelajari bahasa yang digunakan oleh Shakespeare yang dianggap lebih jujur. 

Sa'adi pun menceritakan tentang seseorang yang dihadapkan pada raja dan akan dihukum mati. Padahal ia tak bersalah. Lalu, orang itu mencaci maki raja. Raja bertanya apa yang orang itu katakan, dan seorang menteri yang mencintai kebaikan menjawab, "Dan orang-orang yang dapat menahan amarahnya serta memaafkan kesalahan manusia." Salah seorang menteri jahat yang hadir pada waktu itu,  berkata kepadanya, "Tidak boleh berdusta di hadapan raja, kita para menteri mesti selalu jujur". Orang itu memaki-maki raja. Tetapi raja yang arif itu berkata, "Sesungguhnya dusta yang putih yang dikatakan menteri itu demi kemaslahatan umum, lebih utama daripada kejujuranmu yang akan membangkitkan kerusakan. Maka dusta demi kemaslahatan umum lebih baik dari pada jujur yang akan merusak." (hal. 15)

Kutipan ini membangunkanku tentang kekayaan bahasa yang dapat merubah nasib seseorang. Betapa kata-kata itu dapat menentukan kehidupan seseorang baik secara langsung atau tak langsung. Bahkan melebihi tajamnya pedang. Kebayang kan bagaumana berbahayanya kata-kata di lidah orang jahat, begitu pun manfaat yang ditimbulkannya saat kita-kata ada di tangan dan lidah orang yang benar. 

Meskipun aku sangat mengerti kemampuanku yang amat terbatas dalam bidang keislaman, terutama untuk memahami luasnya tafsir surat-surat Al-quran, aku tetap berusaha membaca. Meski terbata-bata. Dan, Alhamdulillah, buku ini tertulis dalam bahasa Indonesia dengan penjelasan yang sederhana dan gamblang hingga aku dapat membacanya dengan perlahan-lahan bak siput sambil berharap kebaikan Allah membuka hatiku agar dapat memahaminya.

Baiklah, gaes, sebagaimana layaknya bayi yang baru mulai belajar, aku akan membaca buku ini dan menuliskan yang kupahami saja. Selebihnya, bisa kita diskusikan di lain kesempatan. Insya Allah. Oh, ya sebelum aku lupa, maklum lah-aku lebih sering baca buku terjemahan bahasa Inggris, kali ini aku akan mulai seperti penulis ini. Semoga syafaat tercurah bagi kita yang meneladani kebaikan. 

Alhamdu lillahi Rabbil 'Alamin, segala puji bagi Allah, pengatur semesta alam, Pencipta seluruh mahluk. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada hamba Allah, Rasul-Nya, Nabi-Nya dan Pilihan-Nya, pemuka kita dan pemimpin kita, Abal Qasim, Muhammad Saw, dan kepada keluarganya yang baik dan suci.

Awal buku ini membahas surat Al-Insyirah. Surat Al-Insyirah Al-Muharakah ini adalah surah yang diriwayatkan pada Rasul Saw. Surat ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, mengingatkan akan anugerah Allah dan pertolongan-Nya kepada Rasulullah. Bagian kedua, berupa suatu pengajaran, yaitu inayah dan penjelasan tentang suatu sebab ('illah). Dan bagian ketiga, berisi penarikan kesimpulan.

Menurut jumhur ulama, dikarenakan keterkaitan antara surat Adh-Dhuha dan surat Al-Insyirah, maka keduanya dianggap sebagai satu surat. Bukan dua surat yang terpisah. Demikian juga surat Al-Fil dan surat Quraisy. 

Penjelasan mendalam di surat ini yang menggelitikku adalah mengenai makna syarh (melapangkan). Para mufassir memandang secara umum syarhush shadr ialah sa'atush shadr (luas dada). Ungkapan lazim dalam bahasa Arab yang termaktub dalam sebuah hadis;

"Tanda kepemimpinan seseorang itu adalah luasnya dada."

Makna yang bukan dalam pengertian secara fisik seseorang yang beedada besar. Sa'atush shadr disini maksudnya adalah orang yang dapat menyelenggarakan tugas yang dipikul dengan baik dan sabar. Hal yang merujuk pada kemampuan seseorang dalam memikul beban yang berat serta kemampuannya bersabar.

Kita bisa mengambil contoh seorang kepala keluarga, bila ingin mengatur rumah tangganya dengan baik, dia harus memiliki sufat yang lapang dada. Jadi, semakin luas maqom kepimimpinannya, makin berlapang dada dan besar sifat sabarnya.

Nah, itu baru pengertian satu kata. Penjelasannya bisa begitu dalam dan indah. 

Selanjutnya, dalam Tafsir Surat Al-'Adiyat yang masih terdapat perbedaan apakah surat ini makkiyah atau madaniyyah. Dari segi penukilannya juga terdapat sebab-sebab yang tidak begitu jelas. Kalau dilihat dari dialektikanya, Surat ini tergolong Surat yang mempunyai ayat-ayat pendek, mirip Surat-Surat makkiyyah. Sedangkan Surat-Surat makkiyyah diturunkan pada permulaan bi'tsah Rasulullah dan memiliki ciri-ciri tahdzir (mewanti-wanti), tadakir (memberi peringatan) dan takhwif (menakut-nakuti). Adapun Surat-Surat madaniyyah pada umumnya menjelaskan hukum-hukum dan undang-undang, oleh karenanya panjang-panjang dan terperinci. (hal 65)

Al-quran ingin menyatakan melalui Surat ini tentang peperangan yang merupakan perkara suci bagi Allah. Bahkan dalam beberapa riwayat, ayat-ayat ini diturunkan berkenaan dengan salah satu peperangan yang dinamakan Dzatus Salasil (yang mempunyai rantai) karena musuh banyak yang ditawan dan diikat satu persatu hingga membentuk rantai.

Anyway, gaes... buku tafsir bercover hitam dengan tebal 92 halaman ini sangatlah layak untuk kamu baca. Selain sebagai pengingat kita, buku ini pun memberi semangat bagi generasi digital ini tentang pentingnya belajar bahasa Arab untuk memahami Al-quran. Sebagaimana ingin mengenal Islam, pelajarilah bahasanya. 

Akhirnya, aku akan menutup tulisan ini dengan, 

Wa tawashau bish- Shabr
Dan saling berwasiat dalam kesabaran

Manusia itu wajib mengetahui bahwa dia harus mengerjakan amal salih secara terus-menerus. Dia harus memiliki sifat sabar, dia harus punya perlawanan, dia harus tetap berjuang hingga datang pertolongan Allah kepadanya. (hal. 89)

Bandarlampung, 10 Juni 2020

Sunday 7 June 2020

Review Buku Tales of Unease karya Sir Arthur Conan Doyle



Tales of Unease yang ditulis oleh  Sir Arthur Conan Doyle ini terdiri dari lima belas cerita yang sarat dengan petualangan berlatar tempat-tempat yang belum pernah kukunjungi. Bahkan, penulis yang menghasilkan karya Sherlock Holmes bersama Watson ini menurutku dapat menceritakan detil fisik dan suasana yang dapat menjalin cerita dengan apik. Membuatku bisa membayangkan dan seolah menyaksikan kejadian tersebut.

Mungkin, profesi Conan Doyle yang juga seorang dokter lah yang menjadikan karyanya, termasuk The Tale of Unease ini seolah nyata. Selain keahliannya menjalin kata-kata sebagai storyteller, pencerita yang ulung. Seorang yang melenakan pembaca lewat kata dan membawa mereka jauh melewati imajinasi yang tak terbayangkan. Larut dalan cerita yang membaurkan mimpi dan kenyataan dalam sebuah buku.

Tale of Unease yang dimulai dengan kisah The Ring of Thoth yang melukiskan ide cerita dalam gambaran yang tak subtle tentang karakter Vansittart Smith, pelajar Inggris yang inconsisten dengan pilihan karir dan hidupnya serta bagaimana caranya meraih keinginannya. Hingga ia bertemu dengan seorang immortal berkebangsaan Mesir, Sosra yang punya satu keinginan. Mengakhiri hidupnya agar bisa bersatu dengan kekasihnya, Atma yang telah mati beratus tahun lalu.

Membaca kisah The Ring of Thoth ini pasti akan menghadirkan perbedaan persepsi tentang arti kehidupan ini. Membuat kita berhati-hati dengan apa yang kita inginkan. Karena kadang yang kita inginkan belum tentu yang terbaik bagi kita. Bahkan terkadang, keinginan bisa bikin hidup kita menderita. Seperti Sosra yang ingin hidup kebal dari penyakit dan kematian, menyesali hidupnya dan meratapi pilihannya karena ia tak bisa bersama Atma, kekasihnya. Kematian yang awalnya tak ia inginkan, justru menjauhkannya dari yang paling ia cintai.

Cerita selanjutnya berjudul The Lord of Chateau Noir. Berkisah tentang pembunuhan anak buah Kolonel Von Gramm. Kisah yang melibatkan polisi  saksi, dan tertuduh yang diawali dengan bagaimana Von Gramm berusaha mengumpulkan bukti-bukti untuk menangkap si pembunuh. Berdasarkan kesaksian disimpulkan bahwa tersangka utama adalah seorang Count yang dianggap unstable sejak kematian anak satu-satunya. Penelusuran dari penyidikan polisi terus berlangsung. Bahkan Captain Baumgarten berhasil menggrebek kediaman Count of Chateau Noir. Sayang, Baumgarten awalnya tak berhasil menemui Chateau Noir. Hingga ia dijamu oleh Chateau butler dan tak menyadari bahwa dirinya dijebak.

Kisah berlatar perang ini menggambarkan kebencian Chateau Noir atas tentara German yang punya andil atas pembunuhan anaknya. Meski begitu, ia tak membalas kematian anaknya dengan membunuh Baumgarten. Meski tak bisa dijadikan pembenaran bahwa ia tak membunuh anak buah Van Gramm.

Sungguh, membaca kisah ini bikin aku terus menduga-duga dan penasaran. Membuatku berpikir bahwa penulis memang membiarkan pembaca untuk menyimpulkan sendiri akhir dari cerita ini. Menjadikan kita merasa addicted dengan cerita-cerita selanjutnya.

Terbayang kan gimana seseorang bisa ketagihan untuk terus membaca dan membaca cerita Conan yang mengasyikkan ini ? Bagaimana seorang Conan Doyle dengan pengetahuan akademis yang ia miliki bisa membawa latar suatu peristiwa bisa terkesan nyata. Hingga pembaca diajak untuk menyelidiki penyebab suatu, mengumpulkan bukti dan mencari jalan keluarnya. Mungkin ini yang jadi kekuatan buku-buku Conan Doyle di mata pembaca setianya..

Selain itu, kekuatan tulisan ini bisa jadi didasari oleh tempat-tempat eksotis yang pernah penulis kunjungi. Serta ketajaman intuisi penulis menuangkan ide cerita dalam buku hingga aku pun senang membaca buku yang bisa dibaca semua umur ini.

Eh, masih ada tiga belas cerita di buku ini yang belum kupahami. Sepertinya perlu kubaca ulang hehe. Tunggu besok, ya! See ya!

Anyway, thaks for dropping in^^

Bandarlampung, 7 Juni 2020

Judul buku : The Tales of Unease
Penulis        : Sir Arthur Conan Doyle
ISBN            : 81-7826-415-3
Penerbit      : Rohan Book Company
Terbit           : 2003
Printed at    : Verdhman Offset, Delhi
Tebal            : 248 halaman

Tuesday 12 May 2020

Resensi Si Kabayan: Dongeng Sunda Hits Tahun 90an


Judul buku                      : Si Kabayan
Dikisahkan kembali     : Ajib Rosidi
Penerbit                         : Jakarta, Gunung Agung
Tahun terbit                 : 1985
Harga                             : -
Pencetak                         : PT. Saksama, Jakarta
Tebal Buku                 : 167 halaman

Mengenal kembali kesusasteraan rakyat daerah yang bernilai merupakan hal yang menyenangkan. Sayangnya, cerita-cerita rakyat seperi dongeng Si Kabayan masih kalah gaungnya dibanding drakor atau serial marvel yang sangat digandrungi generasi Z ini.  

Aku yang lahir di tahun 90an ini mungkin termasuk generasi Y yang terbilang beruntung. Kenapa tidak? Ada banyak alasannya. Salah satunya adalah kesempatanku merasakan sentuhan magis dari dongeng-dongeng jadul sekelas Si Kabayan yang merasuk ke dalam hati. Termasuk mendengar dan membaca dongeng ini di bangku sekolah atau sekedar obrolan sesama teman.  

Dongeng  yang bikin aku mengerti tentang  moralitas dan aspek lain dari kehidupan ini. Tentu saja ini tak terlepas dari semangat kebersamaan yang tumbuh berkat membaca dongeng. Ya, gimana nggak? Satu buki dibaca rame-rame. 

Ah, aku geli sendiri mengingat masa lalu. Sebagaimana aku pun masih tersenyum sendiri saat membaca buku jadul ini. Si Kabayan. Buku yang diberikan teman adik kepada adikku di sekitar tahun 90an dan kini buku ini ada di tanganku. So, buku ini sudah berusia lebih dari 25 tahun!

Meski sudah tua dan menguning, buku ini masih bisa dibaca. Lembarannya pun masih utuh.  Aku pun masih bisa merasakan sensasi membaca buku lama ini. Alhamdulillah.

So, aku pun ingin membagi rasa ini agar hikmah dongeng rakyat ini dapat terurai dalam kehidupan kita. Setidaknya, kisah Si Kabayan yang mengingatkanku dengan Abu Nawas ini bisa menghibur di saat sulit. Termasuk masa pandemi Covid-19 ini.

Sinopsis

Kabayan dikenal sebagai tokoh ambivalen. Dikasihani, dipuji dan dikagumi sebagai tokoh yang cerdik, sekaligus dicerca sebagai orang yang bodoh dan dungu.

Kisah yang bikin aku sebal dengan tokoh ini adalah Si Kabayan Pergi ke Hutan. Di cerita ini Kabayan memerankan dirinya sebagai pemalas yang tak tahu diri. Meskipun sudah beristri, Kabayan tak berusaha untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Jangankan, memberi makan keluarganya, untuk dirinya saja Kabayan hanya mengandalkan istrinya. Mengesalkan, kan!?

Diceritakan karena gondok melihat menantunya yang selalu rebahan, mertua Kabayan memintanya untuk ke hutan. Pada hari pertama, mertua Kabayan kesal karena ia tak membawa sarang lebah yang ia lihat di hutan. Hari ke dua, Kabayan tetap tak membawa apa-apa. Ia malah membakar pantat kijang dengan kojanya sesuai pesan mertuanya di hari pertama. Hari ke tiga, Mertua Kabayan tambah kesal karena ia membunuh perempuan yang ia temui di hutan sesuai pesan sebelunya. Lalu, di hari ke empat Kabayan ke hutan dan pulang membawa tetinggi. Tentu saja, mertuanya marah, lalu berpesan kalau Kabayan bertemu siapapun yang mengajaknya di hutan agar tak dipedulikan. Begitulah, Kabayan tak peduli dan terus berjalan saat tetangganya mengajaknya makan di acara kenduri. Persis sesuai pesan mertuanya.

Nah, dungu sekali kan? Bikin gemes!

Begitupun dengan kisah Si Kabayan yang lain. Bisa bikin kita kesal dan senyum-senyum sendiri. 

Oya, selain dongeng Si Kabayan, buku ini juga berisi dongeng-dongeng Sunda lain, seperti: Si Separoh Mencari Tuhan yang mengisahkan tentang seorang manusia bertubuh separuh. Yups, ia hanya memiliki separuh tubuh. Karena itulah, Si Separoh melakukan perjalanan untuk mengadukan nasibnya. Pertama, Separoh menemui Marahari yang ia anggap berkuasa. Sayang, matahari tak sanggup membantunya. Separoh pun menemui sang Mendung, sang Angin, sang Gunung, sang Landak, dan sang Anjing. Semuanya tak sanggup membantu si Separoh. Akhirnya si Separoh pun menemui manusia atas saran si Anjing. Dan, si Separoh kembali melakukan perjalanan mencari Tuhan untuk meminta keadilan. Perjalanan yang mempertemukannya dengan pak Haji yang mengharap imbalan atas amalnya dan, pencuri yang bertobat. Mereka minta si Separoh menanyakan keinginan mereka. Di akhir cerita si Separoh berhasil menemui Tuhan dan memperoleh jawaban atas pertanyaan pak Haji dan si Pencuri.

Selanjutnya, ada juga dongeng si Buncir, Nyi Bungsu Rarang, si Pucuk Kalumpang, Kijang Talangkas, sang Korowelang, Burak Siluman, dan dongeng Sunda lain yang cocok jadi cerita pengantar tidur. Dongeng penuh hikmah yang bagus buat anak-anak.

Kelebihan Buku

Buku dongeng ini sangat baik dibaca untuk segala umur. Ceritanya mudah dipahami dan menghibur. Dongeng Kabayan ini juga sarat dengan pesan kearifan lokal yang mulai ditinggalkan generasi Z.

Kekurangan Buku

Menurutku sih, buku ini seharusnya lebih visual karena segmen pembacanya anak-anak. Buku yang melulu teks biasanya akan bikin anak lekas bosan. 

Bandarlampung, 12 Mei 2020




Thursday 12 March 2020

Karakter Hester Prynne dan Arthur Dimmesdale dalam The Scarlet Letter


A good man's prayers are golden recompensate (hal. 336)

Membaca buku yang sudah lama kudownload ini membuatku berpikir ulang tentang arti cinta, kejujuran, dan keberanian. Arti tentang hidup.

Buku yang kubaca untuk memenuhi tantangan Reading Challenge Odop yang temanya genre romance. Genre yang lebih sering kubaca dibanding genre lain.

The Scarlet Letter karya Nathaniel Hawthorne merupakan karya klasik yang asyik dibaca. Apalagi kalau kita tertarik membahas tentang cinta dari sudut yang berbeda. Cinta yang penuh keberanian dan pengorbanan.

Kisah The Scarlet Letter yang diperankan oleh dua tokoh sentral, Hester Prynne, seorang wanita muda cantik yang dihukum dengan mengenakan tanda 'A' di dadanya karena dosa perzinahan yang ia lakukan  dan Arthur Dimmesdale, seorang reverant muda yang tampan dan pintar. Ada juga Pearl, putri kesayangan Hester, yang cerdas dan ceria.

Kisah dimulai dengan persidangan atas Hester Prynne yang dilakukan di depan banyak orang. Hester yang menggendong Pearl yang masih bayi, mengenakan baju merah dengan simbol 'A' (Adultery yang artinya perzinahan) dengan tabah menghadapi kemarahan dewan gereja dan masyarakat. Hester juga menolak memberitahu nama 'ayah' Pearl. Hal yang membuat gereja marah dan menjebloskan Hester ke penjara.

Keteguhan dan ketabahan Hester menghadapi guncingan dan hinaan warga tak menyurutkan perundungan terhadap putrinya. Tapi, Hester tetap bertahan dan sabar mengakui kesalahannya. Ia juga berusaha menghidupi dirinya dan Pearl dengan kerja keras sebagai penjahit. Keahliannya diakui oleh banyak orang. Termasuk gereja. 

Hester pun tidak membenci ayah Pearl, meski ia tak berani mengakui dosa bersama dirinya. Hester juga tidak mengajarkan Pearl untuk membenci siapapun.

Hester dengan bahagia merawat Pearl, dan menyayanginya. Ia tidak malu dengan keberadaan Pearl. Meski ia menyadari bahwa dirinya tak pantas memiliki berkah seperti Pearl karena dosa-dosanya.

Kesadaran yang membuatnya makin menghargai pemberian Tuhan, lebih mencintai hidup.

Sedang tokoh lain yang membuatku geregetan adalah Arthur Dimmesdale. Seorang pendeta muda yang tampan dan baik. Sayang, ia begitu takut menodai jubah suci gereja yang ia kenakan. Padahal, ia menyadari bahwa ia tak pantas lagi mengenakan jubah simbol kebesaran gereja itu.

Memahami tokoh Dimmesdale ini seperti berusaha mengenal diri sendiri. Sosok yang berjuang meraih derajat mulia di mata masyarakat. Meski harus mengorbankan hati nurani. 

Sosok Dimmesdale yang hidup dalam ketakutan, kekhawatiran dan penyesalan ini mewakili sosok manusia yang tak ingin melepaskan derajat mulia di mata masyarakat. Padahal hatinya berkubang dalam kesedihan dan penderitaan karena dosa yang ia lakukan.

Selanjutnya, ada tokoh Pearl, buah cinta Hester. Tokoh tanpa dosa yang mencari kasih sayang ayah yang tak ia dapatkan. Pearl yang penuh rasa ingin tahu atas segalanya, termasuk perundungan yang sering ia dan ibunya dapatkan. Tokoh yang menggambarkan ketulusan, dan keberanian hingga melunturkan stigma bahwa buah dosa itu tak suci atau bernoda. Tokoh ini seolah menjelaskan bahwa ia tak bersalah. Ia hanya terlahir dari perbuatan dosa.

Akhirnya, aku pun berpikir bahwa cinta itu dapat memaafkan. Seberat apapun dosa kita. Sebagai manusia, kita tak berhak menilai orang lain kecuali apa yang kita ketahui karena belum tentu kita lebih baik. 

Judul buku   : The Scarlet Letter
Penulis          : Nathaniel Hawthorne
Penerbit       : Planet PDF
Tebal             : 394 halaman

For more free eBook visit our Web site at http://www.planetpdf.com/

And The Mountains Echoed: Harapan dalam Keputusasaan

Manaar tergeletak di kasur tipis, butut dan bau   di antara kasur-kasur serupa di ruangan sempit itu. Tubuhnya kurus dengan benjolan membesa...