Wednesday 12 August 2020

Mengenal Sejarah Sebagai Bukti Cinta Tanah Air

Bangsa besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya. Begitulah slogan yang kuingat dari pemimpin besar Indonesia, Soekarno. Seorang presiden yang juga mempopulerkan ungkapan jas merah. Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah.

Term yang bikin aku teringat betapa mengenal sejarah itu sangat penting agar kita lebih menghargai jasa para pahlawan. Jasa pahlawan yang hasilnya kita nikmati hari ini. Nikmat kemerdekaan yang membebaskan bangsa kita dari belenggu penjajahan.

Arti Sejarah bagi Generasi Muda

Dalam konsep teori, sejarah adalah serangkaian kisah/peristiwa yang terjadi di masa lalu. Peristiwa yang tak bisa kita ubah, tapi bisa dipelajari dan diambil hikmahnya. Hal yang dapat menjadikan generasi muda lebih bijak dan arif menghadapi tantangan masa lalu dan masa depan.

Kearifan yang mungkin harus dikuatkan kembali oleh generasi milenia yang lebih cenderung fokus pada masa kini dan masa depan. Menganggap sejarah itu baiknya ditinggalkan. Seakan meninggalkan sejarah adalah jawaban dari permasalahan bangsa. 

Aku teringat dengan kisah As-Sajjad, keturunan Nabi yang harus mengalami penderitaan besar karena kehilangan keluarganya akibat keserakahan manusia yang terjajah oleh hawa nafsu. Kesedihan yang dirasakan oleh As-Sajjad ini berlangsung lebih dari dua puluh tahun. Rasa yang muncul sebagai bukti cinta tanah air.

Kenapa kubilang begitu? 

Dalam buku "Shahifah Sajjadiyyah"  karya Ali Zainal Abidin yang diterjemahkan oleh Jalaludin Rahmat, dikatakan bahwa tindakan kekerasan pada siapa pun tidak dibenarkan. As-Sajjad diajarkan oleh kakeknya, Ali bin Abi Thalib untuk belajar tabah dalam menegakkan keadilan, serta membersihkan hati dari dendam kesumat dan kebencian. 

"Jauhilah olehmu berbuat zalim kepada yang tidak punya penolong kecuali Allah."

Ucapan yang terekam dalam sejarah inilah yang kupikir dapat memotivasi generasi muda untuk melepaskan diri dari perbuatan tercela. Apa pun bentuknya. Apalagi jika perbuatan itu dapat merusak esensi dari mengisi kemerdekaan bangsa. Kemerdekaan yang diperoleh dari tumpahan darah para pejuang tanah air.

Pembalasan atas perbuatan kejam yang terjadi padanya tak dilakukan oleh As-Sajjad tidak dilakukannya karena rasa cinta pada umat. Tanah air. Sebab, jika saja As-Sajjad menuntut balas atas perlakuan kaum yang jahat tersebut maka akan tumpahlah darah umat yang  tak berdosa, dan hancurlah tatanan yang sudah ada. As-Sajjad melakukan pengorbanan terbesar sepanjang sejarah. Bentuk cintanya pada tanah air. Sebagaimana kisah kepahlawanan Pangeran Diponegoro yang rela melepaskan kemewahan dan ikut berjuang demi tanah air. Berkorban dan bersabar dalam penderitaan agar bangsa terbebas dari kungkungan penjajah. Begitu pun Soekarno yang rela mengorbankan diri demi cinta pada tanah air.

Jiwa kepahlawanan yang mendarah daging dalam tubuh Pangetan Diponegoro tak luntur, meski tubuhnya lemah karena sakit. Semangat membara yang ada pada Panglima Diponegoro kiranya wajib diteladani oleh generasi milenia. Generasi masa depan yang di dada mereka tertanam harapan para pahlawan. 

Sederhananya sih, sebagai generasi milenia kita diharapkan dapat mengenal sejarah sebagai bukti cinta tanah air. Caranya dengan membaca buku-buku sejarah dan mengambil hikmah di baliknya. Lalu, berpartisipasi untuk ikut bela negara di bidang kita masing-masing

Nah, untuk itulah bagiku yang awam tentang sejarah ini bahwa moment 17 Agustus yang dirayakan sebagai hari Kemerdekaan Indonesia adalah moment yang tepat untuk memupuk  jiwa pahlawan. Jiwa tulus yang dasarnya telah ada dalam tiap diri kita. 

Beberapa prilaku sederhana bela negara demi memupuk rasa cinta tanah air
  1. Bagi seorang pelajar adalah dengan belajar dan menuntut ilmu dengan bersungguh-sungguh serta mematuhi peraturan sekolah yang berlaku.
  2. Bagi seorang guru/ibu/bapak/orang tua adalah dengan melakukan tugas dan peran masing-masing sesuai ketentuan yang berlaku dengan penuh kesadaran serta berperan aktif dalam program pemerintah demi kemajuan dan perkembangan masyarakat, bangsa dan negara.
  3. Bagi anggota masyarakat adalah dengan melakukan tugas dan kewajiban sebagai warga negara, serta berperan aktif dalam membantu pemerintah dalam usaha menegakkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Contoh prilaku bela negara yang dapat dilakukan adalah
  1. Bagi seorang pelajar adalah patuh pada guru, orang tua, dan pembimbing di sekolah dan di rumah, seperti: belajar tekun, mengikuti upacara, tidak membuang sampah sembarangan, aktif di kegiatan bermanfaat bagi pengembangan bakat dan lain-lain.
  2. Bagi seorang guru/bapak/ibu/orang tua adalah membimbing anak/siswa dengan cinta kasih, mendorong  anak didik agar dapat mengembangkan potensi dirinya dengan baik, memberi contoh dan jadi model terbaik bagi anak didik dan lain-lain.
  3. Bagi anggota masyarakat adalah dengan ikut pemilu, pilkada, atau kegiatan yang mendorong terjadinya perubahan di masyarakat, ikut aktif menggerakkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya sanitasi dan lain - lain.
Bisa dikatakan bahwa semua aktivitas positif yang kita lakukan dalam mengisi kemerdekaan ini adalah bukti rasa cinta pada tanah air. Refleksi dari apresiasi kita akan sejarah. Bagaimana kita menghargai bahwa perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan begitu berat. Jadi, kita harus mengisinya dengan kegiatan produktif yang dapat memberi nilai manfaat pada sekitar kita.

Bandarlampung, 12 Agustus 2020

No comments:

Post a Comment

And The Mountains Echoed: Harapan dalam Keputusasaan

Manaar tergeletak di kasur tipis, butut dan bau   di antara kasur-kasur serupa di ruangan sempit itu. Tubuhnya kurus dengan benjolan membesa...