Thursday 30 April 2020

Review Novel Kanesbrake Karya Jennifer Blair: Second Chance Happiness

Cinta emang bumbu cerita yang nggak ada matinya. Bumbu yang jadi alasan, awal dan akhir dari sebuah cerita. Klise. Tapi, begitulah nyatanya. Tidak ada yang bisa merasa lengkap tanpa kehadiran cinta. Meskipun ia berusaha menghindar dan meninggalkan cinta.

Begitupun Laurie Master yang telah mengalami trauma terbesar dalam hidupnya. Kehilangan suami dan putranya dalam suatu kecelakaan. Laurie merasa dunianya hilang.

Laurie berusaha menata kembali kepingan hidupnya yang berantakan. Berusaha melihat masa depan, meski tak ingin melupakan masa lalu.

Laurie ingin kehidupan yang tenang dan jauh dari hiruk-pikuk perkotaan. Keinginan yang membuatnya setuju dengan tawaran Nora Kanes untuk tinggal sementara di mansion warisan keluarga Nora di Mississipi.

Nah, di sinilah awal cerita baru dimulai. Laurie bertemu dengan teman-teman baru yang hangat. Juga seorang dokter muda yang mempesona.

Ketenangan dan kedamaian yang diinginkan Laurie ternyata bukan yang ia butuhkan. Hatinya tak tenang. Meski bukan karena alasan kesedihan dan kehilangan.

Mampukah Laurie merengkuh kesempatan untuk bahagia untuk kedua kalinya? Atau ia terlalu takut kehilangan hingga tak sanggup untuk mencoba?

Well, kita tak akan pernah tahu sebelum membacanya. Hal yang pasti, novel kitch ini pun berakhir bahagia. So, setelah membacanya kita pasti akan tersenyum.

Anyway, menurutku sendiri, buku ini termasuk lumayan. Aku bisa dapat gambaran cara pandang beberapa tokoh terhadap cinta dan hidup. Aku sih agak kesal dengan satu tokoh, tapi lupa namanya hehe. Tokoh ini cukup snobby karena merasa terlahir dalam keluarga pengacara yang terkenal di daerah ini. Ia begitu merendahkan orang lain yang statusnya lebih rendah darinya. Kesal kan?

So, aku pun berpikir bahwa tampilan phisik seseorang tak dapat menjamin kebaikan hatinya. Sebagaimana  kita tak bisa menjamin kebaikan seseorang itu adalah suatu kebenaran. Bingung? Nggak apa. Baca aja. Pasti seru!

Bandarlampung, 30 April 2020

Review Buku Everyman Karya Anonymous

Courtesy gambar: google

Everyman 

Here beginneth a treatise how the High Father of Heaven sendeth death to summon every creature to come and give account of their lives in this world, and is in manner of moral play. (Inilah permulaan risalah bagaimana Bapa di Surga mengirim kematian untuk menjemput semua mahluk untuk datang dan memberikan pertanggungan jawab atas kehidupan mereka di dunia, dan ini  dilaksanakan dalam sandiwara moral). Hal 1

Manusia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia ini pada pencipta-Nya, baik itu perbuatan besar  atau kecil. Tak akan ada yang terlewat. Itulah yang kumengerti saat membaca bagian awal dari buku setebal 31 halamn ini. Buku tipis tapi sarat makna. Dahiku sampai berkerut membacanya.

Perenunganku atas tulisan ini bagai membangunkan kesadaranku yang dormant, tertidur lama karena rasa malas yang terus menggerogoti jasad dan ragaku. Rasa yang mungkin seperti orang bilang merupakan penyakit orang-orang yang sedang belajar menuntut ilmu. Padahal tanggung jawab menuntut ilmu itu wajib. Beban yang harus dipikul semua manusia - yang membedakannya dengan mahluk lain. Meski semua mahluk tak ada yang terbebas atas apa yang dilakukannya hingga kelak dipertemukan oleh Sang Pemilik.

Buku yang menggambarkan dialog antara Pembawa pesan yang bisa kita anggap sebagai Nabi. Ada juga tokoh Tuhan, Kematian, Everyman, Persahabatan, Kebaikan, Sepupu, Materi, Amal Baik, Pengetahuan, Pengakuan, Kecantikan, Rahasia, Kekuatan, 5 Kemauan, Malaikat, dan Doktor. Karakter-karakter yang menghantar manusia hingga akhir hidupnya di dunia.

Dialog dari tujuh belas karakter yang mewakili sifat yang melekat pada manusia ini berisi makna yang dalam. Suatu pengejawantahan atas renungan panjang penulis atas eksistensinya di alam fana ini. Sebagaimana hadirnya akibat itu bukan tanpa sebab. Tak ada perbuatan yang terlewat tanpa konsekwensi.



Dialog yang sentralnya adalah karakter Tuhan ini diawali oleh tokoh Nabi yang menyampaikan doa atas kebaikan manusia sambil mengingatkan untuk terus menjaga diri dari perbuatan ingkar dan sia-sia. Sungguh, katanya, tak akan ada daya dan upaya saat.tubuh telah terbaring di liang lahat.

Merenungi bagian ini saja membuatku lebih mentafakuri tentang tokoh Death yang ada di buku ini. Tokoh yang lekat dan membuntuti kita kemana pun. Bahkan lebih dekat dari kehidupan itu sendiri karena ketaatannya pada Tuhan.

Death

Almighty God, I am here at Your will,
Your commandment to fulfill


Kematian yang digambarkan sebagai tokoh yang taat pada Tuhan. Tokoh yang hanya mematuhi commandment Tuhan. Mempertemukan mahluk dengan Tuhan.

Dalam pandangan sederhanaku, Death ikut mengantarkan Everyman pada God, bagaimanapun caranya. Maksudnya di sini adalah Death akan menjemput Everyman dalam setiap keadaan, hingga Everyman harus selalu mempersiapkan diri.

Mungkin, itulah sebabnya Massengger tak pernah lelah mengingatkan Everyman agar tak terjerumus dalam kesenangan semu.

Dialog karakter lain yang cukup keras adalah bagaimana tokoh Knowledge mengagungkan dirinya. Seolah tanpanya, manusia akan menghilang dari peradaban.

Bahkan Kindred (kebaikan) tak bisa selalu menolong Everything. Karena Kindred pun akan meninggalkan Everyman sendiri.

Lalu ada Good Deeds (amal baik) yang juga tak sanggup membantu Everyman.

GOOD DEEDS
Everyman, I am sorry for your fall,
And fain would I help you; if I were able.

Meski selalu menasihati Everyman di setiap langkahnya, ketidakberdayaan Good Deeds untuk selalu membantu melemahkan Everyman. Ia ia pun berpaling pada Knowledge (pengetahuan). Tokoh ini pun bersedia menemani perjalanan Everyman. Berdua bertemulah mereka dengan Confession (Pengakuan).  Kegalauan Everyman membuncah saat Confession menuturkan penebusan dosa yang harus ditempuh. Everyman merintih,.memasrahkan nasibnya pada Tuhan.

EVERYMAN
In the name of the Holy Trinity,
My body punished sore shall be.
Take this, body, for the sin of the flesh;
Also thou delightest to go gay and fresh;
And in the way of damnation thou didst me bring,
Therefore suffer now strokes and punishing... (hal. 19)

Lalu, satu-persatu tokoh dipanggil untuk meringankan penderitaan Everyman. Beauty, Strength, Discretion, dan Five Wits muncul memberikan dukungan. Namun, mereka pun satu persatu pergi. Tak bisa bertahan. Hingga satu yang tertinggal hingga Angel datang menjemput.

Di akhir tulisan, tokoh Doktor muncul. Tokoh yang menemani Everyman di saat terakhirnya. Tak ada Beauty, Five Wits, Strenght dan Discretion, kecuali Good Deeds yang terus berada di sisi Everyman. Di hadapan Tuhan, tak ada yang berarti kecuali Good Deeds.

Tulisan anonymous ini menurutku merupakan tulisan yang padat dengan pesan moral. Bagaimana seseorang seharusnya menghargai dirinya, memahami bahwa Beauty (kecantikan), Strenght (Kekuatan), Persahabatan dan hal lain yang melekat pada dirinya akan meninggalkannya kelak. Kecuali Good Deeds (amal baik). Tak akan ada yang dapat menemani selamanya selain amal baik. Hal yang kelak akan mengangkat derajat kebahagiaan kita di hadapan Tuhan,

Bandarlampung, 29 April 2020

Judul Buku : Everyman
Penulis        : Anonymous
Tebal Buku  : 31 Halaman
Penerbit       : -
Harga           : -
Jenis buku    : PDF

And The Mountains Echoed: Harapan dalam Keputusasaan

Manaar tergeletak di kasur tipis, butut dan bau   di antara kasur-kasur serupa di ruangan sempit itu. Tubuhnya kurus dengan benjolan membesa...