Sunday 13 September 2020

Gulliver Travel: Journeys You Never Forget



Once I believed that we always end up where we wanted. But, somehow, life is not an easy matter. We, human only do what we destine to do, or fight it and make our own journey worth while.

Wilst I read some books such as romance or historical one, I also find myself do that. Make my own journey.  Pick up what was left by the characters on the books and do my best to figure out what kind of journey I should act out to shape me.

Nope, I am not living in la la land. Definitely, my life is not like walking in the park. It's just like any other person  living life on this breathing air planet. 

Then, I remember one book written by Jonathan Swift " Gulliver Travel." An adventurous book created in 1726 . Book of all ages.


Synopsis of Gulliver Travel


It's about a man who stuck with his nagging wife. There's no day he can escape his ears from her complaints. Then, someday he goes away on a voyage and find himself stranded in a place he never knew. A strange place.

The first adventure he endures is in Liliputians land.  The island inhabitants are only about 15 cm tall. At first, they are hospitable to him. Then, he understands that his size intimidated them. Gulliver is sentenced to be blind. Luckily, his kind friend helps him.

He continues his journey. His ship is wrecked in  Brbdingnag island. Being rescued by giant farmer of 22 meters tall. They treat him with curiousity and display him for money. It makes him sick. He, then is sold to the Queen. After discussing about Europe with him, the Queen feels unhappy. The giant drops him into the sea for the sailors to rescued him and brings him back to England.

Still, he sets out his ship again. Unfortunately, his ship is attacked by pirates. He is rescued by the flying island of  Laputa. A kingdom who dedicated their sources into arts of music's, mathematics, and astronomy for knowledge only. No practical use. 

He also travels to Bainibarbi under Laputa ruler. They become Laputa victims for their desire to pursue science and neglect their responsibility to act it out. 

Then, he goes to magician's home in Glubbdubdrib. They discuss history with the ghost of historical figure. The ghosts are Julius Caesar, Brutus, Homer, Aristotle, Rene Descrates and Pierre Gassendi. 

He continues his journey and lands on the island of Luggnagg. He meet immortal people. Struldbrugs who are not given forever young gift. They, actually died at the age of eighty.  

After reaching Japan and asking for  the Emperor to excuse his performance, he returns home. He is willing himself to stay at home forever.

Though his intention to stay at home, he sails out again as a merchantman. He once again stays away from his wife and children.

In this voyage, he meets a race of deformed savage humanoid creature he dislikes. He also encounters with Houyhnhnms, a race of talking horses. They are called yahoos. Wise, generous, and kind. Unluckily, he finds out their lack of humanity traits. Greediness. It makes Gulliver feel disappointed of human kind morality. 


The Strenght of the book


I think, this exceptional satire book can enrich our perception of morality.  Besides portraying human nature in its depth, it gives us a glimpse of the perspective of life. 

This book can bring out our adventurous streak, remind us that we can't judge others simply because of their appearance, status, or thought. We only have to define others as they are. Mistakes, errors, and faults are accepted because we are only human after all.

 

Discussion


Gulliver Travel, I think is created to enhance human wisdom. Though it might reflect how pessimistic  Gulliver thought about life, he, at least tries very hard to find his way. 

One thing for sure, life is not always rose and sunny. It is challenging and full of hope. No matter how hard, we can not shut down others. 

Instead of being recluse and thinking hard about the universe problem by ourselves, it's better we find friends to talk to. So, we can share our feeling and emotion. Then, happy for being a happy breathing human who can tend to others when they need us. Hopely.

So, before we come up with some conclusion of how live is unfair, human is greedy, or no one is acceptable because of some creature lack of morality. We've got to realize that human is neither complex nor simple.  It's I think - we've got to accept our weaknesses and strenghts as a human. We need to keep moving on by forgiving ourselves and others.

Bandarlampung, 12 September 2020


Friday 11 September 2020

Perbedaan Rumah Sakit Jiwa dan Rumah Sakit Umum



 "Dalam bayanganku,  Rumah Sakit Jiwa itu adalah tempat yang serem, gitu. Banyak orang-orang gila yang berkeliaran. Ada yang ngomong, nangis, atau tertawa sendiri. Kayak di film-film."

 Mendengar ucapan temanku, aku tersenyum. Lalu, kubilang padanya kalau Rumah Sakit Jiwa itu, ya sama aja seperti Rumah Sakit Umum. Bedanya ya kalau Rumah Sakit Jiwa  itu ada fasilitas perawatan untuk masalah kejiwaan/psikiatri

Penasaran kenapa aku tahu? Nope, aku bukan tahu dari google atau buku. Aku sering berkunjung ke RSJ Pesawaran untuk menemani adik berobat jalan. Adikku menderita F-20 9. Schizophrenia paranoid.

Nah, karena aku tinggal di Lampung, maka rujukan perawatan ada di RSJ Pesawaran.

Anyway, aku baru aja pulang dari RSJ untuk ambil obat rutin sebulan sekali. Jujur kubilang, kalau aku masih grogi. Nggak tahu kenapa. Aku selalu deg-degan saat nunggu panggilan. Padahal ini bukan kunjungan pertamaku. Dokter dan petugasnya pun ramah dan baik. 

Bulan lalu, ada pasien dari Krui ingin nebus obat. Ia harus menggunakan umum alias berbayar karena bpjs nya sudah kadaluwarsa. Ia hanya punya uang tiga ratus ribu Rupiah. Petugas hanya ambil seratus lima puluh ribu. Sisanya untuk ongkos, kata petugas itu. Padahal total obat tiga ratus ribu. Duh, aku terharu melihat kebaikannya.

Rumah Sakit Jiwa Pesawaran

Kawasan RSJ Pesawaran yang terletak sekitar 15 menit dari Bandarlampung bernuansa hijau. Karena terletak di dekat RSJ, maka daerah ini dikenal dengan sebutan Kurungan Nyawa. Bahkan TK yang terletak di seberang RS Jiwa ini disebut TK Kurungan Nyawa. 

Bangunan RSJ Pesawaran terletak di sebelah kiri jalan, jika kamu berangkat dari Bandarlampung. Nuansanya kehijauan. Menenangkan (seharusnya). Sayang, asumsi di kepalaku bikin aku tegang jika udah masuk pelataran parkirnya. Nggak bisa nikmati suasananya.

Oya, di gerbang RSJ Pesawaran sudah ada ticketing park. Beda dengan dulu. Gedung Pelayanan pasien yang biasanya di depan sedang perbaikan. So, udah beberapa bulan ini aku dan pasien lain dilayani di Gedung belakang.

Kupikir sebagian kita sudah tahu prosedur perawatan Rumah Sakit Umum yang sebenarnya sama dengan RS Jiwa. Bedanya mungkin kalau di RS Umum kita bisa daftar dan langsung menuju ke ruang pemeriksaan kita. Misalnya, waktu aku check mata di RS Advent Bandarlampung, aku daftar di loket pendaftaran. Lalu, aku langsung ke poli mata.

Sedangkan di RSJ ada urutan pelayanan. So, in case kamu ingin tahu, berikut adalah urutan mendapatkan Pelayanan konseling dan obat selama pandemi di RSJ Pesawaran:

1. Ambil nomor antri

Tadi aku datang jam 8 kurang dan dapat nomor antri C64. Pasien dan keluarga pasien duduk di kursi tunggu. Rame banget. Kayak pasar tempel. Hingga petugas RS bolak-balik ngingetin kami untuk jaga jarak dan pake masker. Tapi, ya gitu. Ada juga yang ngeyel, hingga petugas minta yang nggak pake masker untuk keluar ruangan.

2. Ambil berkas di loket 3 

Tadi itu aku heran, sih. Perasaan nomorku dilewati. Tapi petugas bilang, aku udah dipanggil. Yah, sudahlah. Aku ngalah. Aku minta maaf dan ambil berkas BPJS. Aku pun lanjut ke loket 6.

3. Serahkan berkas ke loket 6 (Loket BPJS)

Aku nyerahin berkas BPJS untuk diverifikasi petugas. Dan, ini lumayan lama, gaes. Seperti yang kubilang tadi, pasien RSJ hari ini banyak yang berobat. Untungnya, aku ini orangnya sabar banget hehe..

Sambil nungguin panggilan, aku nguping percakapan emak-emak di belakangku.

"Anakku kumat di sekolah pas Ujian Nasional. Dia ngomong-ngomong sendiri. Jadi, pas lulus nggak lanjutin kuliah. Daripada ngabisin duit karena nggak beres."

Aku ingin sekali bilang pada emak itu bahwa "Sakit" ini nggak menutup peluang kita untuk belajar. Buktinya adikku bisa selesai S-2 nya. Sayangnya, namaku dipanggil. Aku pun lanjut menuju loket 7.

4. Serahkan kartu kuning ke loket 7

Oya, kalau kamu nggak tahu kartu kuning itu apa, aku akan jelasin. Kartu kuning ini kartu pasien RSJ yang wajib dibawa saat berobat. 

Setelah kartu kuning diverifikasi, aku menyerahkan berkas ke Loket 9.

4. Serahkan berkas ke Loket 9

Gaes, FYI untuk Pelayanan konsultasi dokter Jiwa selama pandemi ini ditiadakan dulu, kecuali kamu pasien baru atau pasien yang butuh injeksi. Pasien harus diinjeksi di RSJ karena obat suntik tidak boleh keluar dari RSJ. Khawatir nanti kamu jadi ketawa sendiri katanya. Duh, aku nggak ngerti. Mau ketawa kok garing, ya?

Ruang 9 ini biasanya adalah ruang di mana pasien bisa konsultasi sama dokter ahli jiwa. Sekarang sih, karena pandemi hanya ditanya keluhannya. Lalu, pasti dijawab dengan jawaban begini oleh pasien atau keluarga yang mengantar (pasien kadang ditanya kan suka diam aja),

" Masih suka marah, bengong, susah tidur atau ngomong dan ketawa sendiri. Dok, "

Ngomong itu pun dibatasi plastik transparan. Biasanya sih bisa face to face biasa kayak ngobrol. 

Bahkan kata petugasnya, jika nggak ada masalah signifikan, pasien tidak dibawa juga nggak apa-apa. Pasien bisa diwakili keluarga, dan datang ke RS tiga bulan sekali untuk kontrol. Ya, itu jika bukan pasien baru yang wajib setor muka untuk kontrol dokter.

Setelah selesai ditanya oleh petugas, pasien keluar. Nanti pasien/ keluarga dipanggil lagi untuk ambil resep yang akan dibawa ke bpjs agar diverifikasi. 

Nah, karena kelamaan nunggu, aku sering bengong memperhatikan orang di sekelilingku. Ada ibu tua yang menuntun anaknya (pasien). Sedih melihatnya. Inget ibuku. Anak itu cantik, tapi pandangannya kosong. Tak bercahaya. Kebanyakan sih, ekspresi pasien/keluarga yang kulihat ya nggak beda dengan keadaan di RS Umum. Tegang, Bedanya ya, petugas dan dokter di RSJ terlihat lebih sabar. 

Buktinya, petugas kesehatan yang melayani nggak gampang marah dengan pasien/ keluarga pasien yang bermacam-macam. Petugas kesehatan di RS ini ngomongnya relatif santuy. Aku aja tadi karena bengong nggak denger kalau dipanggil. Tapi, mereka sabar melayani.  

5. Serahkan berkas resep untuk verifikasi di loket 6 (bpjs) 

Aku nunggu lagi di depan loket 6. Rame banget. Panas lagi. Sebenarnya aku pingin duduk, tapi kursi pasien penuh. Mana ada yang batuk-batuk. Duh, jadi paranoid. Poinnya sih, aku berdoa semoga semua sehat. Aamiin

6. Terakhir. Ambil obat ke loket obat di Gedung belakang

You know what? Petugas yang melayani ada dua orang. Bapak dan ibu. Masya Allah, keduanya ramah banget. Sekarang pun aku masih terharu dengan kebaikan mereka. 

Memang benar kata orang, "kata-kata yang baik itu seperti seteguk air bagi yang kehausan. Kata-kata baik itu bisa jadi penyelamat jiwa."

RSJ juga melayani beberapa masalah yang berhubungan dengan nafza, kecanduan obat, radiologi, perawatan gigi dan lain-lain. Termasuk masalah gigi atau sakit kepala parah yang dokter umum nggak bisa tangani. 

So gaes, nggak perlu takut dan sungkan ke RSJ. Allah itu kasih penyakit beserta obatnya. Persepsi negatif atas suatu hal itu kita sendiri yang ciptakan, dan kita juga yang bisa rubah. Be wise and stay positive thinking. Then, your health will brighten others. Semoga.

Bandarlampung, 11 September 2020

Thursday 10 September 2020

Ali bin Abi Thalib Sosok Mulia Sepanjang Zaman

 


“… Saya tidak pernah meragukan kebenaran itu sejak (kebenaran) itu ditunjukkan kepada saya. Musa tidak merasa takut bagi dirinya sendiri, melainkan dia prihatin atas kemenangan orang bodoh dan berkuasanya kesesatan. Sekarang kita berdiri di simpang jalan kebenaran dan kebatilan. Orang yang yakin akan mendapatkan air, tidak merasakan haus.” (Puncak Kefasihan, hal: 37)

 

Siang itu aku ngobrol bareng seorang teman sambil menikmati bakso Sony yang lumayan terkenal di Bandarlampung. Sambil menyantap bakso yang panas dan lezat, aku memperhatikan sekelilingku. Kulihat sekelompok remaja sedang asyik makan bakso dan minum es cendol Sony yang dingin. Paduan yang maknyus di saat lapar dan haus di siang hari.

Sebenarnya, aku sih tertarik memperhatikan dandanan mereka. Cantik dan imut. Seneng melihatnya. Sayangnya, menurutku mereka terlihat sama dandanannya. Terutama make up  yang dikenakan. Persis seperti artis Korea.

Aku pun (dulu) seorang penggemar drakor aka drama Korea. Jadi, aku mengerti gimana rasanya mengidolai bintang K-Pop selevel Big Bang, Girl Generation, dan SNSD yang super kece itu. Flawless, jago menari dan menyanyi serta jago acting. Package idola yang mendekati sempurna. Gimana nggak kepincut ingin seperti mereka, ya kan?

Mungkin itulah yang bikin gelombang Korean wave merebak di tahun 2000an. Hingga banyak remaja yang berlomba-lomba untuk mengikuti trend yang diperkenalkan bintang idola mereka dari kosmetik, baju, sepatu, jam tangan, hingga gawai Samsung. Bahkan mereka rela menabung dan meminjam uang demi membeli produk yang digunakan idola mereka. Termasuk membeli tiket konser live jika sang idola datang ke Indonesia.

Menurut data KBS World TV yang menyediakan pelayanan streaming program Korea  di twitter saja sudah tembus di angka 100.000 followers.  Sedangkan KPop Indonesian di instagram  ada di angka 417.000 followers dengan  facebooknya yang  bisa meraup traffik pengguna di kisaran 700 ribu likes per tautan.

Dampaknya, sih mulai terasa dari makin maraknya pembelanjaan produk-produk ala Korean. Bahkan mengikuti tren drakor Korea teranyar, seperti The World of The Married, Touch, Dr. Romantic 2, Crash Landing on You dan lain-lain. Para K-Popers  rela mengorbankan banyak waktu dan uang demi bintang pujaan. Mereka ingin diakui sebagai remaja yang mengikuti tren. Tak sadar bahwa tren konsumtif ini tak membawa kebaikan, tapi kemudhorotan.

Ali bin Abi Thalib, Sosok Mulia Sepanjang Zaman


Sekarang ini, bergesernya moral generasi muda yang lebih tertarik dengan gaya hidup kekinian yang cenderung konsumtif, hedonism dianggap hal yang biasa. Padahal gaya hidup pop ini  mengakibatkan generasi muda melupakan budaya Islami yang mengutamakan kesederhanaan. Budaya yang berakar dari pemahaman tentang figur mulia Nabi dan keluarganya. Terutama figur Ali bin Abi Tholib yang dikenal sebagai pintunya ilmu. Pemisah surga dan neraka.

Dalam artikel “Dampak Modernitas K-Pop pada Gaya Hidup Siswi Berbasis Pesantren,” yang ditulis oleh Sholihah dan Sudrajat (2019) dapat diketahui mengenai budaya pop yang bertolak belakang dengan budaya Islam. Dampaknya yang bisa dilihat dari dimensi aktivitas, minat, dan opini.

Pada dimensi aktivitas dapat diketahui dari bagaimana penggemar K-Pop memberikan prioritas dari membelanjakan produk yang berkaitan dengan K-Pop. Pada dimensi minat, penggemar K-Pop akan menyukai dan hanya akan membeli produk bernuansa K-Pop. Pada opini, mereka akan menganggap bahwa K-Popers ini memberi dampak positif bagi intensitas penjualan produk K-Poper yang menguntungkan masyarakat.  Mereka berasumsi bahwa mengikuti perkembangan budaya K-Pop sudah sesuai dengan tuntutan tren modernitas.

Budaya pop yang dianggap tren ini mengakibatkan tingkat konsumerisme yang tinggi di kalangan generasi muda. Budaya konsumtif yang dianggap positif oleh sebagian orang, namun makin menjauhkan generasi muda dari perenungan dan logika. Perenungan bahwa dunia ini hanya sementara, dan logika bahwa K-Pop ini hanyalah satu dari budaya kapitalis yang bikin kita makin lupa pada Allah. Lupa bahwa budaya terbaik adalah yang dicontohkan model pemuda sepanjang zaman. Ali bin Abi Thalib.

 

Mengenal Ali Bin Abi Thalib



Pemuda Ali yang dikenal sebagai sepupu Rasulullah, suami Fatimah Azzahra binti Muhammad, dan ayah dari Hasan dan Husein yang begitu dicintai Nabi. Ali yang sejak kecil selalu berada dalam lingkungan kenabian, dan dalam bimbingan langsung pamannya. Muhammad bin Abdul Mutthalib. Nabi suluh umat. Kedekatan keduanya diibaratkan bagai Harun dan Musa. Tak terpisahkan.

Ali bin Abi Thalib terlahir dari rahim seorang ibu yang bernama Fatimah binti Assad bin Hasyim bin Abd Manaf dan ayah bernama Abu Thalib bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abd Manaf. Diceritakan bahwa sejarah mencatat Ali bin Abi Thalib sebagai pemuda pemberani yang kezuhudannya tergambar dalam perkataan dan perbuatannya.

Beliau dikenal sebagai pemuda pertama yang menerima kenabian, dan orang kedua setelah Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi SAW. Kedekatannya dapat diketahui sejak awal kenabian Rasulullah. Ali selalu mengikuti Nabi bagai anak unta pada induknya.

Ketaatannya pun terlihat dengan kepatuhan Ali untuk tinggal di rumah Nabi dan tidur di kasur Nabi, saat Nabi bersama Abu Bakar Siddiq hijrah ke Madinah. Ali menjalankan perintah Nabi dengan keberanian dan tanpa rasa ragu. Ali tak pernah takut akan kematian.

Dalam sejarah tercatat seorang sahabat Amirul Mukminin, Hammam menanyakan tentang gambaran orang takwa. Ali menjawab dengan anjuran agar bertakwa pada Allah dan melaksanakan amal shaleh karena, “sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.” (QS. 16: 126)

 

Pencapaian Ali bin Abi Thalib

Sebagaimana kita ketahui bahwa pencapaian karir politik Ali bin Abi Thalib dimulai sejak masa kanak-kanak. Di masa anak-anak ia telah menundukkan kepala lelaki Arab yang kenamaan, kepala suku Rabi’ah dan Mudhar. Ia juga mematahkan ujung tombak mereka.

Imam Syafi’i menggambarkan sifat Ali dengan sifat pemikiran yang derajatnya paling baik,

“ Apakah yang dapat kukatakan tentang orang yang dalam dirinya terdapat tiga sifat dengan tiga sifat lainnya, yang tidak pernah bersama-sama dalam diri siapa pun lainnya – kemurahan hati dengan kesusahan, keberanian dengan kebijaksanaan, dan ilmu pengetahuan dengan sifat amaliah.”

Ali mengibarkan bendera Islam di usia 16 tahun sebagai komandan pasukan termuda di zamannya. Ia juga komandan perang Khaibar yang dicatat sebagai perang yang cukup fenomenal. Bagaimana seorang Ali bin Abi Thalib yang mampu mengangkat benteng Khaibar dengan tangannya sendiri, dan memenangkan perang tanpa memakan banyak korban. Keberaniannya juga terbukti dengan ikut dalam hampir di setiap perang (kecuali perang Tabuk)  membela Nabi. Menegakkan panji kebenaran.

Beliau juga ditunjuk sebagai khilafah keempat dalam kepemimpinan umat, menggantikan Usman bin Affan. Masa kepemimpinan yang sulit dengan gejolak politik yang hebat, hingga mengakibkan terjadinya perang Shiffin. Konflik yang ditangani dengan bijak dibawah kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. Beliau mampu meredam konflik dengan mengirim pasukan wanita berpakaian pria untuk mengatasi masalah itu.

Keutamaan Utama Ali bin Abi Thalib sebagai Model Generasi Muda


Adapun keutamaan Ali bin Abi Thalib yang lain adalah kecintaannya pada orang miskin. Meski dalam kesederhanaannya, beliau tak pernah membiarkan orang mengetuk pintu rumahnya dan pergi dengan tangan kosong.

Diceritakan pernah suatu ketika saat ia dan keluarganya harus menahan lapar, dan berpuasa hingga dua hari, hingga Ali mencari rezeki dan mendapat makanan untuk berbuka mereka. Saat itu seseorang datang mengetuk rumahnya untuk meminta makanan, maka diberikanlah makanan tersebut. Keluarga itu kembali berpuasa.

Bandingkan dengan budaya K-Popers yang cenderung berfoya-foya. Menghamburkan uang pada hal yang kurang dibutuhkan, seperti: membeli tiket konser idolanya dengan menghabiskan uang gaji sebulan, atau rela meminjam uang demi membeli busana seperti idola. Mengorbankan hal yang lebih prioritas.

Bukan berarti kita harus hidup menderita dan berkesusahan tanpa hiburan, tapi sesuatu yang berlebihan itu yang tidak dianjurkan. Kecuali, dengan kecintaan kita pada K-Pop akan membawa kita jadi pribadi yang lebih cinta sesama dan sering bersedekah – maka budaya ini baik untuk ditiru.

Sebagaimana kemuliaan Ali bin Abi Thalib dan keluarganya yang bahkan di tengah kesederhanaannya, ia masih mampu bersedekah pada yang membutuhkan. Beliau pun pernah bersedekah di tengah shalatnya. Masya Allah. Ia tak pernah mengecewakan hati orang miskin yang memohon bantuannya.

Ilustrasinya sih, jika dengan mengikuti budaya K-Pop, kita menjadi pribadi baik dan agung, maka budaya ini mungkin bisa dijadikan trensetter. Begitupun sebaliknya. Budaya yang berlebihan itu tak membawa kebaikan. Mendekati jalan yang menyimpang dari kebenaran.

“ Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka akan jadi kayu api bagi neraka jahanam.” (QS, 72:15)

Mengerikan, ya? Ancaman Allah ini kiranya dapat dijadikan pertimbangan dalam mencari teladan terbaik dalam hidup kita. Kita nggak mau jadi kayu api neraka, kan? Jadi, meskipun budaya K-Pop membawa warna lain pada perekenomian Indonesia, kita sebagai generasi muda dapat berpikir dan merenung sebelum bertindak dengan meniru buta.  

Sebagaimana yang dikatakan oleh Syarif Radhi dalam pembuka buku ini bahwa, 

“ …..Mereka telah diberi waktu untuk mencari keselamatan, telah ditunjuki jalan yang benar dan telah diberi kesempatan untuk hidup dan menuntut kebajikan…”(hal: 181)

Semoga kita semua sebagai generasi muda dapat meneladani pribadi-pribadi pilihan Allah, hingga kita termasuk dalam golongan yang beruntung.

Saturday 5 September 2020

Belajar Lewat Media Digital. Siapa Takut?



Perubahan adalah niscaya. Perubahan yang bernama lain ketidakpastian. Hal yang tak terbantahkan di dunia ini. Apalagi dengan percepatan perubahan dunia yang mengakibatkan kita untuk ikut berubah. Termasuk merubah gaya hidup kita. 

Sayangnya, banyak orang yang nyaman dengan kebiasaan lama. Belum siap menghadapi pola kehidupan new normal hingga menimbulkan krisis di hampir semua aspek kehidupan kita.  

Nah, aku akan bahas aspek yang terkait dengan media pembelajaran dalam kehidupan dengan adaptasi kebiasaan baru (New Normal) menggunakan media digital. Media yang awalnya dikolaborasikan dengan media konvensional.

Aku masih ingat di masa lalu, guruku masih menggunakan media pembelajaran konvensional papan tulis dan kapur tulis. Gimana guruku menulis dengan semangat hingga tangannya putih semua, dan kami dengan senang bergantian menghapus papan tulis. Menyisakan debu kapur yang berterbangan di ruang kelas. Apalagi bisa bercanda dengan teman-teman dengan mengusapkan debu kapur tulis ke wajah mereka. Kami bisa tertawa seharian. 

Setelah kapur tulis dan papan tulis, media pembelajaran berubah. Guru mulai menggunakan spidol yang lebih ramah debu. Terlihat lebih bersih dan efisien, meski menurutku berfungsi sama. Media pembelajaran. Sebagaimana media digital yang kini mulai marak digunakan sebagai jawaban atas masalah krisis pandemi Covid. Media yang perannya dianggap cukup vital dalam proses pembelajaran.

Sebagai guru, media digital sangat membantu dalam proses pembelajaran sehari-hari di masa New Normal ini. Meski kami belum begitu terbiasa. Selayaknya orang yang terkena bencana kemarau setelah lama menjalani kenyamanan dalam limpahan air hujan. Begitu pun keadaan guru-guru yang terbiasa ada di zona aman. Panik dan bingung untuk belajar mengenai media digital yang dapat membantu proses pembelajaran.

Rasa bingung yang membangkitkan kesadaran kami tentang pentingnya belajar tentang media digital. Kami pun jadi berlomba belajar applikasi media digital yang akan digunakan dalam proses belajar via daring.

sumber gambar fixabay


Kesadaran Akan Pentingnya Media Digital Dalam Pembelajaran

Sebenarnya sih, peran penting media digital tak hanya menyentuh satu sisi dari proses pembelajaran saja. Melainkan, sudah sampai ke ranah yang lebih sensitif, yaitu: proses kreatif guru dan siswa dalam prosesnya. Misalnya, seorang guru dapat dengan fleksibel menggunakan media digital tak hanya dalam proses pembelajaran, tapi sebagai media konseling dan pengembangan bakat. Aspek yang output nya dapat mendorong siswa agar dapat menghasilkan produk yang punya nilai jual. 

Output siswa yang diharapkan bisa jadi motivasi untuk terus belajar dan berkarya. Belajar untuk terus mengembangkan potensi terbaiknya lewat media digital. Terutama di masa kehidupan new normal yang memaksa kita lebih sering berada di rumah demi menghindari kerumunan. 

Ruang bengkel yang kosong


Memang sih, nggak mudah beradaptasi dengan gaya hidup baru di masa new normal ini. Perlu penyesuaian dalam beraktivitas.  Kita jadi menyadari bahwa media digital adalah media yang dapat membantu kita survive dalam menghadapi kehidupan adaptasi new normal ini. 

So, dalam proses menghadapi kehidupan new normal ini, kita perlu trik jitu agar bisa menjalani kehidupan ini dengan baik. Trik yang dapat membantu kita mengatasi kesulitas dalam proses pembelajaran.

  1. Santai dan tenang
Proses pembelajaran bersama siswa/anak akan berjalan baik, jika kita sebagai guru dan orang tua dapat membimbing anak dengan santai dan tenang. Tidak buru-buru. Apalagi tegang dan sambil marah-marah.  Kebayang kan, kalau kita jadi murid yang gurunya tegang dan marah-marah? Pasti yang kita  pelajari susah nempelnya. Susah nyambung.
       

Sebaliknya, kita pasti mudah paham jika kita dibimbing guru yang santai dan tenang. Hati jadi adem. Pelajaran jadi terasa lebih mudah. 

     2 Sabar dan Percaya diri 

Tips lain adalah sabar dan percaya diri dalam membimbing anak - anak kita. Meski tidak mudah.  Apalagi menghadapi gejolak emosi day to day anak yang bosan dan kesal dengan keadaan ini. Merasa terkungkung oleh beban belajar via daring yang menumpuk.

Hasilnya, orang tua merasa kehilangan rasa sabar dan percaya dirinya menghadapi anak yang enggan belajar. Orang tua jadi mudah marah. Bahkan main tangan. So, tidak ada jalan lain selain sabar dan percaya diri bahwa kita bisa. Bisa melalui krisis ini. Lalu menjelaskan pada anak bahwa di masa pandemi ini, kita harus bersabar dan berdoa. Berharap pada Tuhan, semua lekas berlalu.

Selanjutnya, tips santai dan sabar ini kupikir dapat mengoptimalkan proses belajar via daring yang dilakukan anak. Proses belajar daring bahkan bisa memacu anak mengembangkan bakatnya lewat media sosial yang ada. Berbagai leaflet lomba online bertebaran di media sosial yang dapat diikuti anak untuk menguji mental atau mengejar hadiah.

Sebut saja lomba yang diadakan oleh Pocari sweat yang diperuntukkan bagi siswa SMA sederajat. Ajang pencarian bakat lewat media digital yang banyak peminatnya. Belum lagi ajang lain seperti: Biocalci Video Competition, Lomba design Logo, Lomba menulis dan lain-lain. Ajang yang dapat menempa kemahiran siswa dalam bermedia sosial secara bijak.


So, Belajar Lewat Media Digital. Siapa Takut?

Proses belajar via daring yang bisa dilakukan di mana saja ini dapat menggunakan berbagai applikasi digital sesuai kebutuhan. Dari whatsapp, instagram. google meet, google classroom, zoom, facebook dan lain-lain. Aplikasi digital tersebut dapat dengan mudah diperoleh gratis di playstore. 

Nah, dengan berbagai kemudahan tersebut, kupikir jadi tak ada alasan buat takut untuk belajar lewat media digital, kan? Selain dapat memperoleh berbagai keuntungan dari segi waktu, dan uang, siswa juga dapat menjembatani keterbatasan lain lewat media digital. Siswa dapat berekspresi bebas lewat media yang ia minati. Berkarya dengan bakat terbaiknya.

Sebagai guru, kami pun berusaha memberi contoh pada siswa didik agar terus semangat belajar lewat media digital. Kami juga mengikuti lomba yang diadakan media online. Termasuk aku. Masalah menang atau kalah, itu adalah bonus.

Sebagaimana ucapan Ali bin Abi Thalib yang sangat meresap dihatiku,

"Wahai manusia, saya tidak menyuruh anda melakukan suatu tindakan, melainkan mula-mula saya sendiri melakukanya mendahului Anda; saya tidak akan mencegah Anda dari sesuatu melainkan saya mencegahnya dahulu dari diri saya." (imam Ali bin Abi Thalib, Puncak Kefasihan: 1997)

So, gimana dengan kamu? Tulis pendapatmu, ya? Terima kasih.

And The Mountains Echoed: Harapan dalam Keputusasaan

Manaar tergeletak di kasur tipis, butut dan bau   di antara kasur-kasur serupa di ruangan sempit itu. Tubuhnya kurus dengan benjolan membesa...