Showing posts with label life style. Show all posts
Showing posts with label life style. Show all posts

Thursday 10 September 2020

Ali bin Abi Thalib Sosok Mulia Sepanjang Zaman

 


“… Saya tidak pernah meragukan kebenaran itu sejak (kebenaran) itu ditunjukkan kepada saya. Musa tidak merasa takut bagi dirinya sendiri, melainkan dia prihatin atas kemenangan orang bodoh dan berkuasanya kesesatan. Sekarang kita berdiri di simpang jalan kebenaran dan kebatilan. Orang yang yakin akan mendapatkan air, tidak merasakan haus.” (Puncak Kefasihan, hal: 37)

 

Siang itu aku ngobrol bareng seorang teman sambil menikmati bakso Sony yang lumayan terkenal di Bandarlampung. Sambil menyantap bakso yang panas dan lezat, aku memperhatikan sekelilingku. Kulihat sekelompok remaja sedang asyik makan bakso dan minum es cendol Sony yang dingin. Paduan yang maknyus di saat lapar dan haus di siang hari.

Sebenarnya, aku sih tertarik memperhatikan dandanan mereka. Cantik dan imut. Seneng melihatnya. Sayangnya, menurutku mereka terlihat sama dandanannya. Terutama make up  yang dikenakan. Persis seperti artis Korea.

Aku pun (dulu) seorang penggemar drakor aka drama Korea. Jadi, aku mengerti gimana rasanya mengidolai bintang K-Pop selevel Big Bang, Girl Generation, dan SNSD yang super kece itu. Flawless, jago menari dan menyanyi serta jago acting. Package idola yang mendekati sempurna. Gimana nggak kepincut ingin seperti mereka, ya kan?

Mungkin itulah yang bikin gelombang Korean wave merebak di tahun 2000an. Hingga banyak remaja yang berlomba-lomba untuk mengikuti trend yang diperkenalkan bintang idola mereka dari kosmetik, baju, sepatu, jam tangan, hingga gawai Samsung. Bahkan mereka rela menabung dan meminjam uang demi membeli produk yang digunakan idola mereka. Termasuk membeli tiket konser live jika sang idola datang ke Indonesia.

Menurut data KBS World TV yang menyediakan pelayanan streaming program Korea  di twitter saja sudah tembus di angka 100.000 followers.  Sedangkan KPop Indonesian di instagram  ada di angka 417.000 followers dengan  facebooknya yang  bisa meraup traffik pengguna di kisaran 700 ribu likes per tautan.

Dampaknya, sih mulai terasa dari makin maraknya pembelanjaan produk-produk ala Korean. Bahkan mengikuti tren drakor Korea teranyar, seperti The World of The Married, Touch, Dr. Romantic 2, Crash Landing on You dan lain-lain. Para K-Popers  rela mengorbankan banyak waktu dan uang demi bintang pujaan. Mereka ingin diakui sebagai remaja yang mengikuti tren. Tak sadar bahwa tren konsumtif ini tak membawa kebaikan, tapi kemudhorotan.

Ali bin Abi Thalib, Sosok Mulia Sepanjang Zaman


Sekarang ini, bergesernya moral generasi muda yang lebih tertarik dengan gaya hidup kekinian yang cenderung konsumtif, hedonism dianggap hal yang biasa. Padahal gaya hidup pop ini  mengakibatkan generasi muda melupakan budaya Islami yang mengutamakan kesederhanaan. Budaya yang berakar dari pemahaman tentang figur mulia Nabi dan keluarganya. Terutama figur Ali bin Abi Tholib yang dikenal sebagai pintunya ilmu. Pemisah surga dan neraka.

Dalam artikel “Dampak Modernitas K-Pop pada Gaya Hidup Siswi Berbasis Pesantren,” yang ditulis oleh Sholihah dan Sudrajat (2019) dapat diketahui mengenai budaya pop yang bertolak belakang dengan budaya Islam. Dampaknya yang bisa dilihat dari dimensi aktivitas, minat, dan opini.

Pada dimensi aktivitas dapat diketahui dari bagaimana penggemar K-Pop memberikan prioritas dari membelanjakan produk yang berkaitan dengan K-Pop. Pada dimensi minat, penggemar K-Pop akan menyukai dan hanya akan membeli produk bernuansa K-Pop. Pada opini, mereka akan menganggap bahwa K-Popers ini memberi dampak positif bagi intensitas penjualan produk K-Poper yang menguntungkan masyarakat.  Mereka berasumsi bahwa mengikuti perkembangan budaya K-Pop sudah sesuai dengan tuntutan tren modernitas.

Budaya pop yang dianggap tren ini mengakibatkan tingkat konsumerisme yang tinggi di kalangan generasi muda. Budaya konsumtif yang dianggap positif oleh sebagian orang, namun makin menjauhkan generasi muda dari perenungan dan logika. Perenungan bahwa dunia ini hanya sementara, dan logika bahwa K-Pop ini hanyalah satu dari budaya kapitalis yang bikin kita makin lupa pada Allah. Lupa bahwa budaya terbaik adalah yang dicontohkan model pemuda sepanjang zaman. Ali bin Abi Thalib.

 

Mengenal Ali Bin Abi Thalib



Pemuda Ali yang dikenal sebagai sepupu Rasulullah, suami Fatimah Azzahra binti Muhammad, dan ayah dari Hasan dan Husein yang begitu dicintai Nabi. Ali yang sejak kecil selalu berada dalam lingkungan kenabian, dan dalam bimbingan langsung pamannya. Muhammad bin Abdul Mutthalib. Nabi suluh umat. Kedekatan keduanya diibaratkan bagai Harun dan Musa. Tak terpisahkan.

Ali bin Abi Thalib terlahir dari rahim seorang ibu yang bernama Fatimah binti Assad bin Hasyim bin Abd Manaf dan ayah bernama Abu Thalib bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abd Manaf. Diceritakan bahwa sejarah mencatat Ali bin Abi Thalib sebagai pemuda pemberani yang kezuhudannya tergambar dalam perkataan dan perbuatannya.

Beliau dikenal sebagai pemuda pertama yang menerima kenabian, dan orang kedua setelah Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi SAW. Kedekatannya dapat diketahui sejak awal kenabian Rasulullah. Ali selalu mengikuti Nabi bagai anak unta pada induknya.

Ketaatannya pun terlihat dengan kepatuhan Ali untuk tinggal di rumah Nabi dan tidur di kasur Nabi, saat Nabi bersama Abu Bakar Siddiq hijrah ke Madinah. Ali menjalankan perintah Nabi dengan keberanian dan tanpa rasa ragu. Ali tak pernah takut akan kematian.

Dalam sejarah tercatat seorang sahabat Amirul Mukminin, Hammam menanyakan tentang gambaran orang takwa. Ali menjawab dengan anjuran agar bertakwa pada Allah dan melaksanakan amal shaleh karena, “sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.” (QS. 16: 126)

 

Pencapaian Ali bin Abi Thalib

Sebagaimana kita ketahui bahwa pencapaian karir politik Ali bin Abi Thalib dimulai sejak masa kanak-kanak. Di masa anak-anak ia telah menundukkan kepala lelaki Arab yang kenamaan, kepala suku Rabi’ah dan Mudhar. Ia juga mematahkan ujung tombak mereka.

Imam Syafi’i menggambarkan sifat Ali dengan sifat pemikiran yang derajatnya paling baik,

“ Apakah yang dapat kukatakan tentang orang yang dalam dirinya terdapat tiga sifat dengan tiga sifat lainnya, yang tidak pernah bersama-sama dalam diri siapa pun lainnya – kemurahan hati dengan kesusahan, keberanian dengan kebijaksanaan, dan ilmu pengetahuan dengan sifat amaliah.”

Ali mengibarkan bendera Islam di usia 16 tahun sebagai komandan pasukan termuda di zamannya. Ia juga komandan perang Khaibar yang dicatat sebagai perang yang cukup fenomenal. Bagaimana seorang Ali bin Abi Thalib yang mampu mengangkat benteng Khaibar dengan tangannya sendiri, dan memenangkan perang tanpa memakan banyak korban. Keberaniannya juga terbukti dengan ikut dalam hampir di setiap perang (kecuali perang Tabuk)  membela Nabi. Menegakkan panji kebenaran.

Beliau juga ditunjuk sebagai khilafah keempat dalam kepemimpinan umat, menggantikan Usman bin Affan. Masa kepemimpinan yang sulit dengan gejolak politik yang hebat, hingga mengakibkan terjadinya perang Shiffin. Konflik yang ditangani dengan bijak dibawah kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. Beliau mampu meredam konflik dengan mengirim pasukan wanita berpakaian pria untuk mengatasi masalah itu.

Keutamaan Utama Ali bin Abi Thalib sebagai Model Generasi Muda


Adapun keutamaan Ali bin Abi Thalib yang lain adalah kecintaannya pada orang miskin. Meski dalam kesederhanaannya, beliau tak pernah membiarkan orang mengetuk pintu rumahnya dan pergi dengan tangan kosong.

Diceritakan pernah suatu ketika saat ia dan keluarganya harus menahan lapar, dan berpuasa hingga dua hari, hingga Ali mencari rezeki dan mendapat makanan untuk berbuka mereka. Saat itu seseorang datang mengetuk rumahnya untuk meminta makanan, maka diberikanlah makanan tersebut. Keluarga itu kembali berpuasa.

Bandingkan dengan budaya K-Popers yang cenderung berfoya-foya. Menghamburkan uang pada hal yang kurang dibutuhkan, seperti: membeli tiket konser idolanya dengan menghabiskan uang gaji sebulan, atau rela meminjam uang demi membeli busana seperti idola. Mengorbankan hal yang lebih prioritas.

Bukan berarti kita harus hidup menderita dan berkesusahan tanpa hiburan, tapi sesuatu yang berlebihan itu yang tidak dianjurkan. Kecuali, dengan kecintaan kita pada K-Pop akan membawa kita jadi pribadi yang lebih cinta sesama dan sering bersedekah – maka budaya ini baik untuk ditiru.

Sebagaimana kemuliaan Ali bin Abi Thalib dan keluarganya yang bahkan di tengah kesederhanaannya, ia masih mampu bersedekah pada yang membutuhkan. Beliau pun pernah bersedekah di tengah shalatnya. Masya Allah. Ia tak pernah mengecewakan hati orang miskin yang memohon bantuannya.

Ilustrasinya sih, jika dengan mengikuti budaya K-Pop, kita menjadi pribadi baik dan agung, maka budaya ini mungkin bisa dijadikan trensetter. Begitupun sebaliknya. Budaya yang berlebihan itu tak membawa kebaikan. Mendekati jalan yang menyimpang dari kebenaran.

“ Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka akan jadi kayu api bagi neraka jahanam.” (QS, 72:15)

Mengerikan, ya? Ancaman Allah ini kiranya dapat dijadikan pertimbangan dalam mencari teladan terbaik dalam hidup kita. Kita nggak mau jadi kayu api neraka, kan? Jadi, meskipun budaya K-Pop membawa warna lain pada perekenomian Indonesia, kita sebagai generasi muda dapat berpikir dan merenung sebelum bertindak dengan meniru buta.  

Sebagaimana yang dikatakan oleh Syarif Radhi dalam pembuka buku ini bahwa, 

“ …..Mereka telah diberi waktu untuk mencari keselamatan, telah ditunjuki jalan yang benar dan telah diberi kesempatan untuk hidup dan menuntut kebajikan…”(hal: 181)

Semoga kita semua sebagai generasi muda dapat meneladani pribadi-pribadi pilihan Allah, hingga kita termasuk dalam golongan yang beruntung.

Saturday 5 September 2020

Belajar Lewat Media Digital. Siapa Takut?



Perubahan adalah niscaya. Perubahan yang bernama lain ketidakpastian. Hal yang tak terbantahkan di dunia ini. Apalagi dengan percepatan perubahan dunia yang mengakibatkan kita untuk ikut berubah. Termasuk merubah gaya hidup kita. 

Sayangnya, banyak orang yang nyaman dengan kebiasaan lama. Belum siap menghadapi pola kehidupan new normal hingga menimbulkan krisis di hampir semua aspek kehidupan kita.  

Nah, aku akan bahas aspek yang terkait dengan media pembelajaran dalam kehidupan dengan adaptasi kebiasaan baru (New Normal) menggunakan media digital. Media yang awalnya dikolaborasikan dengan media konvensional.

Aku masih ingat di masa lalu, guruku masih menggunakan media pembelajaran konvensional papan tulis dan kapur tulis. Gimana guruku menulis dengan semangat hingga tangannya putih semua, dan kami dengan senang bergantian menghapus papan tulis. Menyisakan debu kapur yang berterbangan di ruang kelas. Apalagi bisa bercanda dengan teman-teman dengan mengusapkan debu kapur tulis ke wajah mereka. Kami bisa tertawa seharian. 

Setelah kapur tulis dan papan tulis, media pembelajaran berubah. Guru mulai menggunakan spidol yang lebih ramah debu. Terlihat lebih bersih dan efisien, meski menurutku berfungsi sama. Media pembelajaran. Sebagaimana media digital yang kini mulai marak digunakan sebagai jawaban atas masalah krisis pandemi Covid. Media yang perannya dianggap cukup vital dalam proses pembelajaran.

Sebagai guru, media digital sangat membantu dalam proses pembelajaran sehari-hari di masa New Normal ini. Meski kami belum begitu terbiasa. Selayaknya orang yang terkena bencana kemarau setelah lama menjalani kenyamanan dalam limpahan air hujan. Begitu pun keadaan guru-guru yang terbiasa ada di zona aman. Panik dan bingung untuk belajar mengenai media digital yang dapat membantu proses pembelajaran.

Rasa bingung yang membangkitkan kesadaran kami tentang pentingnya belajar tentang media digital. Kami pun jadi berlomba belajar applikasi media digital yang akan digunakan dalam proses belajar via daring.

sumber gambar fixabay


Kesadaran Akan Pentingnya Media Digital Dalam Pembelajaran

Sebenarnya sih, peran penting media digital tak hanya menyentuh satu sisi dari proses pembelajaran saja. Melainkan, sudah sampai ke ranah yang lebih sensitif, yaitu: proses kreatif guru dan siswa dalam prosesnya. Misalnya, seorang guru dapat dengan fleksibel menggunakan media digital tak hanya dalam proses pembelajaran, tapi sebagai media konseling dan pengembangan bakat. Aspek yang output nya dapat mendorong siswa agar dapat menghasilkan produk yang punya nilai jual. 

Output siswa yang diharapkan bisa jadi motivasi untuk terus belajar dan berkarya. Belajar untuk terus mengembangkan potensi terbaiknya lewat media digital. Terutama di masa kehidupan new normal yang memaksa kita lebih sering berada di rumah demi menghindari kerumunan. 

Ruang bengkel yang kosong


Memang sih, nggak mudah beradaptasi dengan gaya hidup baru di masa new normal ini. Perlu penyesuaian dalam beraktivitas.  Kita jadi menyadari bahwa media digital adalah media yang dapat membantu kita survive dalam menghadapi kehidupan adaptasi new normal ini. 

So, dalam proses menghadapi kehidupan new normal ini, kita perlu trik jitu agar bisa menjalani kehidupan ini dengan baik. Trik yang dapat membantu kita mengatasi kesulitas dalam proses pembelajaran.

  1. Santai dan tenang
Proses pembelajaran bersama siswa/anak akan berjalan baik, jika kita sebagai guru dan orang tua dapat membimbing anak dengan santai dan tenang. Tidak buru-buru. Apalagi tegang dan sambil marah-marah.  Kebayang kan, kalau kita jadi murid yang gurunya tegang dan marah-marah? Pasti yang kita  pelajari susah nempelnya. Susah nyambung.
       

Sebaliknya, kita pasti mudah paham jika kita dibimbing guru yang santai dan tenang. Hati jadi adem. Pelajaran jadi terasa lebih mudah. 

     2 Sabar dan Percaya diri 

Tips lain adalah sabar dan percaya diri dalam membimbing anak - anak kita. Meski tidak mudah.  Apalagi menghadapi gejolak emosi day to day anak yang bosan dan kesal dengan keadaan ini. Merasa terkungkung oleh beban belajar via daring yang menumpuk.

Hasilnya, orang tua merasa kehilangan rasa sabar dan percaya dirinya menghadapi anak yang enggan belajar. Orang tua jadi mudah marah. Bahkan main tangan. So, tidak ada jalan lain selain sabar dan percaya diri bahwa kita bisa. Bisa melalui krisis ini. Lalu menjelaskan pada anak bahwa di masa pandemi ini, kita harus bersabar dan berdoa. Berharap pada Tuhan, semua lekas berlalu.

Selanjutnya, tips santai dan sabar ini kupikir dapat mengoptimalkan proses belajar via daring yang dilakukan anak. Proses belajar daring bahkan bisa memacu anak mengembangkan bakatnya lewat media sosial yang ada. Berbagai leaflet lomba online bertebaran di media sosial yang dapat diikuti anak untuk menguji mental atau mengejar hadiah.

Sebut saja lomba yang diadakan oleh Pocari sweat yang diperuntukkan bagi siswa SMA sederajat. Ajang pencarian bakat lewat media digital yang banyak peminatnya. Belum lagi ajang lain seperti: Biocalci Video Competition, Lomba design Logo, Lomba menulis dan lain-lain. Ajang yang dapat menempa kemahiran siswa dalam bermedia sosial secara bijak.


So, Belajar Lewat Media Digital. Siapa Takut?

Proses belajar via daring yang bisa dilakukan di mana saja ini dapat menggunakan berbagai applikasi digital sesuai kebutuhan. Dari whatsapp, instagram. google meet, google classroom, zoom, facebook dan lain-lain. Aplikasi digital tersebut dapat dengan mudah diperoleh gratis di playstore. 

Nah, dengan berbagai kemudahan tersebut, kupikir jadi tak ada alasan buat takut untuk belajar lewat media digital, kan? Selain dapat memperoleh berbagai keuntungan dari segi waktu, dan uang, siswa juga dapat menjembatani keterbatasan lain lewat media digital. Siswa dapat berekspresi bebas lewat media yang ia minati. Berkarya dengan bakat terbaiknya.

Sebagai guru, kami pun berusaha memberi contoh pada siswa didik agar terus semangat belajar lewat media digital. Kami juga mengikuti lomba yang diadakan media online. Termasuk aku. Masalah menang atau kalah, itu adalah bonus.

Sebagaimana ucapan Ali bin Abi Thalib yang sangat meresap dihatiku,

"Wahai manusia, saya tidak menyuruh anda melakukan suatu tindakan, melainkan mula-mula saya sendiri melakukanya mendahului Anda; saya tidak akan mencegah Anda dari sesuatu melainkan saya mencegahnya dahulu dari diri saya." (imam Ali bin Abi Thalib, Puncak Kefasihan: 1997)

So, gimana dengan kamu? Tulis pendapatmu, ya? Terima kasih.

Thursday 16 July 2020

Unforgettable Moments About You

Aku ingat pertama kali melihatmu. Duh, rasanya senang sekali. Hari ini pun aku tak akan pernah tidak mengingatmu. Apalagi dengan unforgettable moments with you yang tersimpan rapi di benakku.


Foto bareng kita tahun 2016 (Nurdiana bagian depan nomor dua sebelah kiri, kemeja putih blazer biru)

Aku nggak akan bilang ini perpisahan. Kita hanya berbeda ruang berkarya. Kita juga tak bisa bertemu setiap hari seperti dulu. Tapi, tak mengapa. You are only a phone call away

Kuharap begitu. Meski aku mengerti, kadang kesibukan dapat membatasi ruang ingatan kita. Lalu, memudar. Hal yang ingin kucegah lewat catatan kecil ini.

Jujur saja, aku sendiri bingung harus bagaimana mengingatmu selain kebaikan dan ketabahanmu. Sungguh, hatiku berhari-hari ini penuh doa untukmu dan keluargamu. Juga buat almarhum putramu yang meninggal Senin kemarin akibat atresia anus dan infeksi usus halus. Sudah dioperasi untuk saluran anus dan operasi untuk pengobatan infeksi usus halusnya. Dan, akan dijadwalkan operasi lagi di tanggal 23 Juli 2020 besok. Tapi, Allah berkehendak lain.

Padahal bayimu baru berusia 3 bulanan. Masih lucu-lucunya.

Ah, Allah ternyata lebih sayang dengan dedek bayi..Aku hanya bisa mendoakan dan berkirim Fatihah padanya. Semoga Allah jadikan almarhum tabungan terbaik buat orang tuanya. Aamiin.

Baiklah, aku akan ceritakan padamu tentangnya. Seorang teman yang kukenal di tahun 2014 sebagai seorang guru Kimia baru di sekolahku. Namanya Nurdiana. Nama yang cantik. Seperti orangnya.

Pertama Berjumpa yang kini kuanggap sebagai Kenangan Terindah karena kamu tak lagi ada di dekatku

Benar kata orang, kita baru merasakan betapa seseorang begitu berharga itu justru pada saat ia meninggalkan kita. Sedikit menyesal karena tidak berusaha untuk lebih menghargai dan menjaga kebersamaan tersebut. Merenungi bahwa pertemuan dan perpisahan itu dibatasi oleh waktu dan tempat.

Ah, sedikit gloomy ya kalau ngomongin tentang perpisahan? Meski kesadaran akan perpisahan yang merupakan kematian kecil ada, kesedihan akannya tetap tak terbantahkan. Perasaan yang timbul karena aku pun manusia biasa. Begitu kupikir.

Pertemuan, perpisahan, kelahiran, dan kematian adalah part of life. Bukan hal yang terpisah. Seperti gelap dan terarng yang berdampingan selamanya. Meski itu pun juga fana.

Sebagaimana keberadaan kita di dunia ini. Fana.

Ini pun jadi mengingatkanku akan obrolanku dengan Nur tentang bayi pertamanya. Kebahagiaannya menceritakan tentang bayinya yang mulai belajar merangkak. Kesedihannya karena bayinya yang harus menjalani operasi, Juga kemarahannya pada pihak rumah sakit yang slow respon tentang kondisi bayinya saat dilahirkan. Sehingga penangannya sedikit terlambat. Bahkan bayi sempat sedikit kebiruan karena sakit akibat tak punya anus. 

Aku nggak lupa dengan semua itu.

Bahkan sekarang pun, kamu harus bolak-balik Pringsewu (kediamanmu) - Bandarlampung untuk mengurus tentang berita bayimu yang menurut koran L......Post,teinfeksi Covid.

Lha, aneh kan. Padahal bayimu kan meninggal karena infeksi usus halus.

Gara-gara kasus bayimu itu aku pun jadi tahu bahwa kasus bayimu itu merupakan kasus yang umum dihadapi pada bayi yang baru lahir. Kasus yang dapat ditangani dengan cepat 4 jam setelah bayi lahir.

Tetanggaku pun ada yang sehat, meski waktu bayi pernah mengalami kasus ini. Memang ada sedikit bekas di perut bagian bawah. Tapi, ia baik-baik saja.

So, keberadaan sakit itu pun sementara juga. Sama saja dengan kondisi bayi yang sementara. Suatu saat ia akan besar, dan menjadi dewasa. 

Meski dalam ingatanmu, bayimu akan selamanya jadi bayimu yang tersayang. Sebagaimana aku pun mengingatnya di keberadaanku yang fana ini. 

Sebagaimana khutbah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib tentantg Fananya Dunia

Semoga Allah menaruh belas kasihan kepada Anda. Oleh karena itu Anda harus bergegas ke arah (mempersiapkan) rumah Anda yang telah diperintahkan kepada Anda untuk diisi dan ke mana Anda telah dipanggil dan diundang. Carilah penyempurnaan nikmat Allah atas Anda dengan sabar dalam ketaatannya kepada-Nya dan menahan diri dari pelanggaran, karena hari esok dekat pada hari ini. Betapa cepatnya saat-saatnya hari, betapa cepatnya hari-harinya bulan, betapa cepatnya bulan-bulanya tahun, dan betapa cepatnya tahun-tahun kehidupan. (Puncak Kefasihan, hal: 438)


Kesadaran akan Keberadaan sebagai Pengalaman Berharga Bagiku


Pernah terbesit dalam pikiranku tentang apa yang kurasakan. Itu pun yang terucap oleh seorang temanku di sekolah. "Nur, kuat banget ya. Kalau aku di posisi nya pasti nggak bakal berhenti nangis. Waktu keguguran kemarin aja aku mengurung diri di kamar, menangis terus..." 

Aku sih, nggak bisa memposisikan diriku seperti itu, tapi aku tahu rasanya kehilangan. Bagaimana perpisahan akibat kehilangan itu bisa jadi pengalaman berharga bagiku untuk lebih menghargai hidup. Seperti apa pun keadaannya. 

Selalu ingat untuk bersyukur. Apa pun yang terjadi.

Nah, itulah sebagian yang yang menjadikan ini sebagai Unforgettable moments about you. Mengenalmu jadi membuatku lebih bersyukur. Mengenalmu jadi membuatku lebih dekat pada Allah.

Terima kasih, sahabatku. Semoga Allah selalu menyertaimu. di mana pun dirimu berada.

Bandarlampung, 17 Juli 2020

Saturday 11 July 2020

Guru: Model Perbaikan Karakter Bagi Peserta Didik

"Wahai, manusia, saya tidak menyuruh Anda melakukan tindakan, melainkan mula-mula saya sendiri melakukannya mendahului Anda, saya tidak akan mencegah Anda dari sesuatu melainkan saya mencegahnya dahulu dari diri saya." (Ali bin Abi Thalib)

Kutipan di atas kuambil dari buku Puncak Kefasihan, sebuah master piece abadi milik Ali bin Abi Thalib. Seorang pemuda ahli surga. Pemisah antara kebenaran dan kebatilan. Seorang yang di tangannya pernah berkibar bendera keberanian sejak usianya masih belia.

Figur abadi kebaikan yang sulit dicari bandingannya. Baik dalam segi keberanian, kemurahan hati, dan pengetahuan. Sehingga, pantaslah kiranya kita sematkan namanya di hati kita sambil melafazkan shalawat. Allahuma sholi ala sayidina Muhammad wa ala Ali sayidina Muhammad.

Semoga Allah merahmati kita semua syafaat. Aamiin.

Nah, bicara tentang figur suri tauladan yang juga dikenal sebagai pintunya ilmu ini tak akan pernah habis. Figur seorang guru yang relevan dijadikan teladan bagi guru di era digital yang mulai tenggelam dengan hiruk pikuk media sosial. Hal yang juga digeluti peserta didik zaman now.

Imbasnya, guru zaman now terkesan lebih sibuk. Berusaha mengikuti perkembangan teknologi yang bergerak dengan cepat. Melupakan bahwa produktivitas guru zaman now bisa tenggelam dan terjebak di pusaran kemajuan teknologi.

Mengapa kubilang begitu?

Mungkin akan lebih mudah jika kuceritakan pengalamanku sebagai guru di sekolah, ya? Sebagaimana aku dan teman-teman berusaha untuk mengejar ketertinggalan kami demi perbaikan pembelajaran di kelas.

Bahkan, kami sering harus mengikuti pelatihan pembelajaran terbaru dengan teknik/ metode terbaru. Sayang, saat kembali ke sekolah, kami tak bisa mengaplikasikan metode baru tersebut karena belum siapnya sarana dan prasarana sekolah. Akibatnya, kami tetap mengajar menggunakan teknik/metode lama. Seolah pelatihan hanya formalitas saja.

Sayang, kan?

Tapi, begitulah kenyataannya. Belum ada sinergi berkesinambungan yang mendukung kemajuan pembelajaran bagi peserta didik.

Keadaan ini membawa gap antara ekspektasi guru untuk mengaplikasikan ilmu barunya, dan realitas kesiapan sekolah untuk mendukung guru tersebut. Sebut saja, aku dan tiga orang temanku yang lulus ppgdj di Unila tahun 2018 lalu yang nggak bisa optimal mengaplikasikan ilmu kami di sekolah. Gimana nggak, kembali ke kelas kami lebih banyak berkutat ngurusin administasi (tagihan) siswa yang seharusnya jadi tugas TU. Belum lagi tugas lain yang menumpuk seperti persiapan ujian, akreditasi, perpisahan, lsp, bkk, dan lain-lain. Pekerjaan tambahan yang bikin guru meninggalkan tugas mengajarnya. Hal yang bikin kami sebagai guru merasa berdosa karena lalai dengan tugas mengajar. Tapi, mau bagaimana? Semua harus dikerjakan dengan deadline tertentu. Hasilnya, ya, peserta didik yang jadi korban. Mereka sering ditinggalkan oleh guru. Hingga muncul yang namanya jamkos, jam kosong.

Hal yang seharusnya tidak terjadi jika ketersediaan guru mencukupi agar tak terjadi double job.

Tapi, ya, alasan efisiensi guru dan keuangan jadi pertimbangan. Hingga kekosongan guru pun diantisipasi dengan guru yang ada. Jadilah, peserta didik menerima ilmu dari guru yang bahkan nggak ngerti mau ngajar apa. Boro-boro mau bikin mereka pinter, guru tersebut kadang frustasi dan ngajar ala kadarnya saja. Sekedar menggugurkan tanggung jawab.

Nah, itu yang pernah kualami di sekolahku. Untungnya, sekarang sih mulai sedikit berbenah. Sekolah sudah mulai memikirkan untuk menambah formasi guru yang linear. Sekaligus mengurangi double job. Aku pun tahun ajaran baru ini hanya dapat 25 jam dari yang biasanya antara 32 atau 33 jam. Alhamdulillah.

Belajar dari pengalaman masa lalu kami yang kelam karena sering menelantarkan siswa. Evaluasi pun terus dilakukan meski aku juga heran kenapa bisa seorang guru hanya kasih catatan, lalu dengan santuy nya nongkrong di kantor. Rasanya ingin kujitak jidatnya. Sungguh bukan teladan yang baik.

Kadang guru model begini (malas ngajar) tidak pernah dapat tugas tambahan. Ya, piye. Datang saja malas, masuk kelas ogah, gimana dengan tugas ekstra? Bisa bubar deh.

Selanjutnya, aku pun jadi introspeksi diri. Evaluasi diri. Apakah aku sudah jadi guru yang baik? Apakah aku sudah cukup berusaha?

Evaluasi diri yang buat aku lebih berhati-hati karena aku masih belajar untuk jadi guru yang baik.

Guru Teladan sepanjang masa

Kesadaranku sebagai fakir ilmu dan awam atas banyak hal ini menumbuhkan semangatku untuk membaca tentang manusia pilihan ini. Ali bin Abi Thalib.

Sementara kita dilengkapi dengan karakter yang cenderung pada kesia-siaan. Sifat manusia pilihan ini bersih. Maksum. Terhindar dari dosa.

Bahkan karakternya pun memiliki keistimewaan. Sebagaimana tertulis dalam buku Nahjul Balaghah.

Berbeda dengan karakter alami yang dimiliki Ali bin Abi Thalib yang mencakup tiga point. Sebagaimana yang dikatakan asy-Syafi'i, " Apakah yang dapat kukatakan tentang orang yang di dalam dirinya terdapat tiga sifat dengan tiga sifat lainnya, yang tidak pernah terdapat bersama-sama dalam diri siapa pun lainnya - kemurahan hati dengan kesusahan, keberanian dengan kebijaksanaan, dan ilmu pengetahuan dengan prestasi amaliah." (Puncak Kefasihan)

Masya Allah, sungguh figur teladan guru yang dapat membangun karakter peserta didik.

Aku yakin, dengan menjadikan Ali bin Abi Thalib sebagai idola dibandingkan selebrita di medsos, kita akan temukan diri kita selamat. Dunia dan akhirat.

Bandarlampung, 11 Juli 2020



Sunday 28 June 2020

Happy Moments of First Baby, Pregnancies, and Its Myths

Kebahagiaan itu sederhana. Sebagamana sebuah keluarga yang menanti kehadiran seorang bayi pertama yang dinanti. Apalagi bagi seorang pria sekaligus suami yang menantikan detik-detik menjadi seorang ayah untuk pertama kalinya. Perasaan excited dan antisipasi yang tak terkira pasti memenuhi relung hati. Ditambah rasa syukur pada nikmat yang Allah berikan atas amanah yang luar biasa.


Mungkin rasa itu juga yang terlukis seperti yang disampaikan oleh tulisan ini, Kenginan yang dalam seorang suami untuk ikut berkontribusi dalam proses kehamilan dan kelahiran tak mengurangi berjuta rasa resah membuncah karena menunggu kelahiran si buah hati.

Desire to be a part of the pregnancy and childbirth does not reduce a man's anticipation of discomfort regarding an... Nowhere is the socioeconomic programming so 'hardwired" as in the intense pressure fathers feel to provide financial.(Parenthood in America: An Encyclopedia - Volume 1 page 228)
Bahkan di berbagai budaya,  peran suami atau pasangan hidup yang intense dapat membantu bumil melewati masa kehamilan dan kelahiran dengan baik.

Meski budaya kuno terkait pregnancy and childbirth lebih bernilai spiritual, dibandingkan sekarang. But, somehow.. moment ini pasti memberi pengharapan.


Momen Berkesan Kehamilan dan Persalinan

Persiapan menyambut kelahiran bayi can be rewarding and challenging for both expecting parents, especially for a new father. 

Sebagai calon ayah, kamu harus mempersiapkan diri menghadapi proses kehamilan dan melahirkan. Berusaha mengorganisir segalanya agar dapat memberikan yang terbaik bagi si bayi, sebagai amanah terindah Allah.

Kamu juga mungkin akan sangat kelelahan karena sibuk menemani dan membantu istri yang sedang hamil mengerjakan pekerjaan sehari-hari. Apalagi, ditambah tugasmu untuk tetap bekerja demi keluarga kecilmu. 

Bahkan, saat kelahiran nanti kamu akan super rempong. Terutama dalam 6 - 8 minggu kelahiran si bayi. Saat di mana si bayi butuh perhatian ekstra untuk makan dan tidur. 


Membawa pulang bayi pertama pasti memberi kesan mendalam bagi sang ayah baru. Perasaan yang mungkin tak bisa dilukiskan oeh kata-kata. Apalagi jika si bayi telah lama dinanti-nanti oleh keluarga besar. Kebahagiaan yang hadir datang bersama doa-doa.

Nah, bersama bahagia itu, bayi yang hadir dalam keluarga pun membawa banyak pengaruh fisik dan emosi  bagi kedua orang tuanya, termasuk sang ayah. Hal yang juga merubah ritme rutinitas harian ayah. Pastinya si ayah baru nggak bisa nongki bareng konco-konco sementara waktu karena harus berbagi tanggung jawab dengan istri dalam pengasuhan si buah hati.

Secara fisik, ayah akan mengalami kelelahan karena menemani sang istri melahirkan. Apalagi jika istri menjalani proses rumit C-section. Otomatis, pekerjaan rumah tangga akan dikerjakan oleh ayah sampai istri pulih. Kebayang kan capeknya? Maklum aja sih, ayah belum terbiasa kan?

Sedangkan secara emosi, ayah akan merasakan ikatan batin yang mendalam dengan  bayi. Perasaan akan campur aduk. Bahagia dengan kelahiran bayi. Khawatir jika tak sanggup mendidik si bayi dengan baik. Meski, nanti kamu akan merasakan kehilangan alone time dengan istri. So, ayah (suami) harus memastikan untuk sekali waktu mengatur date dengan istri agar istri selalu bahagia. Karena happy wife is happy family, ya kan?



How to Cope?

Seorang teman bilang padaku, nggak ada madrasah how to be a parent? Mungkin yang ada adalah sharing group bagi sesama orang tua untuk mengatasi permasalahan yang timbul saat pertama kali menjadi seorang ayah. Like what people said "Knowledge is weapon". Jadi, pengalaman-pengalaman sesama orang tua mungkin dapat dijadikan hikmah.

Berikut tips yang mungkin bisa dijadikan referensi untuk menghadapi the Big day

1. Siapkan makanan siap saji, Jika merasa ingin masak, buat double porsi dan bekukan. Siapkan juga menu take-out food restaurants handy. Termasuk yang siap antar.

2. Tata ulang sistem laundry menggunakan satu hamper per anggota keluarga, agar mempermudah menyortir dan merapikannya. Laundry merupakan salah satu masalah keluarga baru. 

3. Jika memungkinkan, gunakan produk yang bisa dipakai bersama, misalnya: stroller berwarna hijau, cribs, bassinets atau produk lain yang terkesan netral. Jadi bisa menghemat waktu dan uang.

4. Siapkan selimut, diaper, atau baju di mobil. 

5. Minta anggota keluarga untuk menghabiskan waktu bersama istirimu pada malam bayimu lahir. Selain keluargamu akan senang, istri juga bisa istirahat sebentar.

6. Jika memungkinkan, asistern rumah tangga dapat membantu meringankan pekerjaan istri di rumah.

7. Jangan lupa memanjakan istrimu. Biarkan ia menikmati kesenangan sederhana seperti mendengarkan musik atau menonton agar istri relax setelah lelah seharian.

Gimana? Tips simpel, kan? Pastinya sih, being a super daddy is a challenge. But, something is sure, Kebahagiaan istri adalah kebahagiaan keluarga, ya kan ya kan?

Ah, membayangkannya aja udah bikin seneng ya wkwk..

Anyway, ayah juga mungkin harus tahu bahwa bahagia juga akan lengkap jika bayi terlahir sehat. Aku sih pernah dengar beberapa mitos di beberapa negara mengenai fregnancy and childbirth, seperti: saffron yang katanya bisa bikin bayi terlihat fairer atau lebih putih. Atau mitos bahwa saat hamil, ibu nggak boleh mengkonsumsi makanan bernutrisi karena khawatir sulit melahirkan. Hingga bayi lahir dalam keadaan malnutrisi. 

Nah, mengingat banyaknya mitos-mitos di seluruh dunia yang mungkin nggak relevan di zaman ini, mungkin ada baiknya ayah  dan teman ayah tahu, ya? Yuk, kita baca.




Seperti yang kita ketahui bahwa mitos mengenai ibu hamil dan melahirkan beredar kental di seluruh dunia. Mitos yang berkembang bersama budaya yang usianya bahkan lebih tua dari usia kita semua. So, butuh pengetahuan dan riset yang tepat untuk mengetahui kalau mitos itu benar atau tidak.

Mitos kebiasaan makan

Menurut Parmar, di India dilaporkan ada 31, 7% responden percaya bahwa konsumsi saffron dapat menghasilkan fairer skin of the child. Padahal konsumsi berlebihan saffron pada hewan mengakibatkan embryonic malformation. Hingga penggunaan saffron dihindari pada bumil.

Bahkan ada mitos tentang bumil "eating for two". Padahal bumil hanya memerlukan kalori dalam jumlah tertentu.  Sekitar 300 kalori tambahan bagi ibu hamil, dibandingkan jumlah kalori yang dibutuhkan wanita dewasa sekitar 2500 kalori. Dikhawatirkan konsumsi nutrisi dan sugar berlebihan akan menyebabkan overweight yang akan berakibat buruk pada kesehatan ibu dan bayi..

Literatur di India dan Malaysia melaporkan bahwa beberapa buah dan sayur dipercaya berbahaya pada ibu hamil. Pepaya, salak, bitter gourd, dan nanas dipercaya dapat mengakibatkan keguguran.

Di Kenya, sayuran berdaun hijau dipercaya dapat mengakibatkan bayi cegukan dan tersengal selama menyusui.  Sementara di Italia, gula dipercaya dapat mengobati pusing dan keletihan selama kehamilan. Lalu, penelitian tentang dietary patterns and development of gestational diabetes mellitus (GDM), Shin et al, melaporkan tingginya konsumsi refined grains, fat, gula, dan rendahnya intake buah dan sayur menimbulkan tingginya risiko GDM.

Mitos Physical Activities

Marshal et al (22) menyatakan bahwa komunitas di selatan USA, aktivitas bumil biasanya tidak dibatasi mengingat kepercayaan bahwa kegiatan sehari-hari dapat memberikan latihan yang cukup. Ada juga yang percaya bahwa istirahat lebih penting bagi keselamatan ibu dan bayi.  Sementara yang lain percaya bahwa aktivitas fisik berbahaya bagi kehamilan.

Berbeda dengan bumil di Maasai, Tanzania yang dengan stabil menambah beban kerjanya  selama trimester kedua dan ketiga hingga kelelahan, dan melewati check antenatal. Itu dilakukan sebagai persiapan postnatal saat bumil tinggal di rumah. Sementara di Pakistan, Atif et al, melaporkan bahwa 76, 4 % responden percaya mengangkat beban dapat mengakibatkan keguguran.

Rekomendasi dari Center for Disease Control and Prevention, aktivitas fisik adalah 150 menit per minggu dengan latihan intens yang moderat seperti: jalan santai selama atau setelah melahirkan. Sementara bagi bumil yang sudah terbiasa melakukan aktivitas fisik yang sangat intens bisa dilanjutkan, asalkan bumil bisa mejaga kesehatannya. Untuk diketahui bahwa immobility adalah salah satu penyebab deep vein thrombosis. So, bumil diharapkan untuk tetap aktif bergerak.

Mitos Proses Melahirkan

Ada artikel yang berasal dari  Australia dan USA  menyatakan bahwa melahirkan adalah proses alami, dan perawatan medis modern dianggap mengganggu proses ini.

Sementara bumil di Ethiopia menghindari hospital delivery karena takut dengan  prisedur C-section. Bahkan di Paskistan orang-orang percaya bahwa setelah melahirkan dengan C-section, kegemukan akan berlangsung lebih lama. Hal yang tak selalu benar karena kegemukan bisa jadi disebabkan oleh minimnya aktivitas fisik dan pola makan ibu. 

Nah, di negara Swedia dan Brazil ditemukan risiko C-section lebih tinggi dibanding prosedur kelahiran normal   (vaginal delivery). Bukti bahwa C-section bukanlah jawaban super dibanding vaginal delivery, kecuali dalam kasus tertentu.


Myths Birth Attendants (dukun bayi/bidan/dokter kandungan)

Seorang doula (dukun beranak) dipercaya punya pengetahuan dan skill melebihi trained birth attendants untuk mengatasi komplikasi dalam proses melahirkan. Kepercayaan old yang sekarang mungkin tak dipegang seerat dulu. Menurut data tahun 1990-2015 di negara-negara seperti Srilangka, Malaysia, Thailand, Mesir, Honduras, Indonesia dan Bangladesh dilaporkan bahwa bidan terlatih kasih kontribusi penurunan maternal mortality.


Myths Placenta dan Umbilical Cord

Pernah dengar plasenta bayi yang dikubur atau dikonsumsi?

Nah, di Australia ditemukan laporan bahwa responden memilih meninggalkan plasenta (lotus birth) menempel pada bayi. Mereka percaya bahwa lotus birth adalah hak bayi dan memotongnya berarti mengambil yang bukan milikmu. Beberapa kepercayaan bahkan menganggap dengan mengkonsumsi plasenta dapat menjaga kesehatan. Padahal peneliti mengklaim bahwa diperlukan studi khusus untuk mengetahui pengaruh lotus birth bagi tubuh manusia.

Sedang di Nepal dan Laos, praktek memotong lotus birth menggunakan bambu, silet atau alat cukur, dan memadukkan minyak sayur, lem, dan abu ke dalamnya. Data WHO menyebut kisaran 34, 019 bayi mati karena kasus neonatal tetanus di tahun 2015.

Bahkan ada juga yang memasukkan kain ke mulut ibu agar muntah untuk mengeluarkan plasenta. Praktik yang membahayakan ibu. 

Sedang di tempatku, lotus birth dipercaya punya hubungan khusus dengan bayi. So, lotus birth dikubur bersama pen, pensil, kertas dan lain-lain. Lalu, diterangi oleh lilin. Aku sendiri sih belum paham dengan tujuan praktik ini. Mungkin, ada kaitannya dengan harapan akan kebahagiaan ya?


Diskusi

Kepercayaan yang dianut berbagai budaya di seluruh dunia tentang pregnancies dan childbirth adalah isu yang penting diketahui sebagai referensi. Meski mungkin beberapa praktik yang dilakukan dianggap nggak realistis karena erat dengan kepercayaan pada hal gaib, seperti bumil yang wajib bawa peniti atau gunting guna mengusir roh jahat. 

Aku sih percaya bahwa pengetahuan yang relevan dan cukup mengenai isu ini akan bikin ayah lebih siap menghadapi moment bahagia ini. Selebihnya, serahkan pada yang ahli saja. Sambil terus yakin bahwa medical care yang baik ditambah cinta dan perhatian ayah baru akan membuat ibu dan bayi sehat dan bahagia. Insya Allah.

Btw.. congrats for you mr. Zein. Moga sang buah hati jadi kebanggaan keluarga^^

Aamiin..

Salam literasi^^

Bandarlampung, 26 Juni 2020

And The Mountains Echoed: Harapan dalam Keputusasaan

Manaar tergeletak di kasur tipis, butut dan bau   di antara kasur-kasur serupa di ruangan sempit itu. Tubuhnya kurus dengan benjolan membesa...