Sunday 26 July 2020

Renungan Guru di Masa Pandemi

Masalah pendidikan di tengah pandemi ini memaksa para pelaku dunia pendidikan dan semua yang terlibat di dalamnya untuk lebih peka dengan persoalan peserta didik. Apalagi ditambah beban hidup yang makin kompleks akibat pandemi yang memaksa peserta didik untuk belajar di rumah. Solusi yang membutuhkan solusi lain.

Bagaimana tidak?

Solusi belajar di rumah ini menimbulkan masalah baru bagi orang tua peserta didik, baik dari segi finansial maupun mental. Aspek signifikan yang perlu diperhatikan oleh semua pihak terkait. Termasuk guru.

Mengapa kubilang demikian?

Ilustrasinya sih sederhana. Anggap saja kita adalah wali murid dari tiga orang anak yang bersekolah. Ketiganya perlu fasilitas belajar untuk mengerjakan tugas online dari guru-guru di sekolah, seperti: laptop/ hp dan kuota internet. Belum lagi wali murid yang masih harus membayar administrasi sekolah, meski anak-anak tidak belajar di sekolah. Alhasil, wali murid memiliki beban sebagai guru bagi anak -anak yang harus belajar di rumah. Hal yang tak mudah karena harus membagi waktu dengan mencari penghasilan tambahan karana beban ekstra tersebut.

Sayangnya, hanya sebagian guru yang menyadari dan peka atas masalah ini. Hingga mereka begitu kaku dalam pemberian tugas bagi peserta didik. Hal yang dapat memberatkan peserta didik.

Jujur, aku sebagai guru merasa malu dengan catatan Renungan KBM Selama Pandemi yang tersebar di grup Wa. Catatan yang membuatku berpikir tentang kinerjaku sebagai guru yang belum maksimal. Belum bisa memberikan KBM yang terbaik pada peserta didikku. Memberikan hak mereka. Padahal aku telah mendapatkan hakku sebagai tenaga pengajar. 

RENUNGAN KBM DALAM SITUASI PANDEMI COVID-19

Tadi aku ke warnet, mau cetak sticker. Ada anak laki2 usia 12 thn, (usia anak SMP) bawa beberapa lembar kertas buku tulis yg disobek. Isinya tulisan2 seperti draft tugas sekolah.

Dia tanya sama operator warnet, kalau ngetik draft ini dan ngeprint, berapa harganya. Kata si operator, biayanya sekitar 24 rb. Biaya ngetik dan biaya ngeprint.

Begitu tau biayanya 24 rb.. anak itu diam... melongo. Di tangannya aku liat, dia hanya memegang uang 5 ribuan.

Terlihat di wajahnya.. antara bingung dan ngga tau harus bagaimana. Di satu sisi, tugas dari sekolah harus dikerjakan, di satu sisi, ngga ada uang untuk ngeprint.

Anak itu pulang, dan janji akan kembali lagi. Tapi kertas tugasnya ditinggal.
Aku  minta kertas2 tersebut, dan aku baca. Ternyata tugas dari sekolahnya, membuat laporan kegiatan belajar di rumah selama pandemi berlagsung. 

Aku baca hingga selesai draft tersebut. Tata bahasanya bagus dan inti pokoknya juga tepat. Dia sampaikan  beberapa kendala selama belajar di rumah. Hp hanya ada 1 milik ayahnya, sementara yg harus belajar menggunakan hp ada 3 orang. (Dia dan dua adiknya). Kebayang kan..? 

Aku bilang sama si operator, tolong diketikkin dan di print, nanti saya yang bayar. Ngga lama kemudian, si anak tadi datang, dan bilang sama si operator, meminta kembali draft yang tadi.

Si operator bilang, bahwa tugasnya sedang diketik dan akan diprint. Anak itu bilang, tapi saya ngga ada uangnya... Dan si operator bilang, udah ada yg bayarin. 

(Aku tadi sudah bilang ke operatornya, bahwa anak tsb ngga usah tau... siapa yg bayar)

Di sini, aku bukan mau riya pamer bayarin, tapi.. kebayang nggak... berapa banyak anak yang mengalami hal seperti ini?

Di saat orang tuanya kesulitan menutupi biaya hidup, ditambah lagi beban pulsa paket, beban ngetik tugas, ngeprint tugas..?

Kepada guru2... coba dipertimbangkan lagi. Memberi tugas memang harus, tapi disituasi seperti sekarang ini... ? Kasihan anak2 tsb, mereka takut kalau tidak mengerjakan tugas, tapi untuk mengerjakan tugas itu butuh biaya yang tidak sedikit.

Semoga  Allah segera mengangkat wabah ini sehingga mereka bisa kembali ke bangku sekolah, tanpa membebani orang tuanya dengan beban mengajar dan  pengeluaran2 ekstra....
.
.
Selamat Hari Anak Nasional
23 Juli 2020
(Andik Susilo Hadi)


Membaca teks ini membuatku malu. Sungguh malu. Lalu, aku pun berpikir untuk mencari solusi dari masalah ini. Hal sederhana yang sekiranya dapat membantuku untuk  menunaikan kewajibanku dan membantu peserta didik menyerap pelajaran dengan cara yang lebih mudah.

Aku pun mendiskusikan masalah kesulitan siswa mengikuti pembelajaran daring karena kendala kuota yang tak dapat disediakan orang tua. Beberapa opsi jawaban yang diberikan membuatku sedikit kecewa, seperti :

1. Tak ada alasan bagi orang tua untuk tidak mengupayakan fasilitas bagi anak, karena hal itu kewajiban orang tua.

2. Terkait kuota kan sebagai ganti fasilitas transport siswa.

3. Siswa dapat datang ke sekolah untuk belajar menggunakan fasilitas sekolah.

Mengapa aku sedikit kecewa?

Bukan. Itu bukan karena opsi yang diberikan tidak benar. Tapi, aku ngerasa sepertinya jawabannya terasa kurang peka dengan keadaan siswa. Entahlah. Sementara opsi jawaban lain dapat dipertimbangkan oleh manajemen sekolah, seperti:

1. Mendatangi siswa dari rumah ke rumah untuk memberikan pembelajaran

2. Membentuk kelompok belajar untuk pelaksanaan KBM terpadu, atau

3. Memberikan pembelajaran di sekolah dengan sistem sift.

Pilihan solusi lain juga dapat dilakukan demi mengatasi masalah sensitif terkait pendidikan anak. Kebijakan yang harus tepat, dan cepat mengingat urgensi dari masalah ini.

Bayangkan aja?!

Siswa didik yang biasanya dapat belajat bersama guru di sekolah, dan menerima pendidikan yang tak dapat diberikan orang tua di rumah, sekarang banyak yang berkeliaran di jalan atau sekedar rebahan seharian di rumah. Sementara akses guru untuk mengajar terjebak oleh kegagapannya dengan teknologi. Hasilnya, aku ngerasa anak didikku makin sulit diatur.

Gimana nggak? Sementara guru sibuk belajar untuk menggunakan sistem pembelajaran daring, anak-anak juga sibuk main sendiri. Tak ada yang mengajar karena guru hanya sekedar memberikan tugas untuk melepaskan tanggung jawabnya.

Entahlah, apakah sistem ini sudah cukup relevan dengan situasi dan lingkungan siswa. Apakah siswa dan guru sudah siap? Apakah teknologi ini cukup membantu atau justru membuat beberapa siswa kesulitan? Padahal, bukankah seharusnya teknologi itu memudahkan manusia?

Entahlah, kepalaku ngenyut mikirinnya..


Selanjutnya, aku bersyukur bahwa sistem pendidikan daring di sekolahku akan dikombinasikan dengan tatap muka mulai Senin besok, 27 Juli 2020. Menggunakan sistem sift dan protokol kesehatan Covid yang ketat.  Hal yang kuharap dapat membantu guru dan peserta didik dalam menghadapi masalah KBM yang signifikan ini. 

Memang sih, akan muncul kendala lain yang tak mudah diatasi. Apalagi Bandarlampung masih masuk dalam zona kuning,dan sekolahku yang posisinya dekat dengan pasar temper yang relatif ramai. Sebuah tantangan bagi guru dan peserta didik serta semua yang terlibat di sekolah untuk taat aturan protokol kesehatan Covid, seperti: jaga jarak, rajin cuci tangan dan memakai masker atau face-shield.

Jadi, mengingat rentannya masalah ini , baik masalah pendidikan siswa dan kesehatan manusia - perlu kesadaran semua pihak yang terkait untuk selalu patuh pada peraturan yang ada. Tanpa kecuali. Harapannya, dengan menjalani aturan yang ada, pandemi ini lekas berlalu, dan pembelajaran akan dapat berlangsung seperti biasa lagi. Semoga.

Bandarlampung, 26 Juli 2020

Saturday 25 July 2020

Idul Adha: Refleksi Cinta pada Allah

Idul Adha, hari besar yang dirayakan umat Islam di seluruh dunia adalah momen bersejarah. Hari yang mengingatkan kita semua tentang rasa cinta yang dibuktikan dengan berkurban. Membagikan sebagian rezeki dengan mengurbankan hewan kurban bagi yang mampu.

Idul Adha yang juga merupakan perayaan wujud cinta pada Allah melalui pengorbanan nabi Ibrahim atas anaknya, Ismail. Rasa cinta dan ketaatan yang terefleksi tanpa syarat. Meski pengorbanan Nabi Ibrahim atas Ismail telah Allah gantikan dengan hewan kurban. Sedikit berbeda dengan pengorbanan nabi Muhammad atas cucunya, Husein as yang tak tergantikan.  

Idul Adha mengingatkan kita tentang kisah Nabi Ibrahim, keluarga, dan keturunannya yang menggetarkan hati. Kisah tentang ketaatan dan penyerahan diri secara total. Refleksi cinta hanya pada 
Allah.

Nah, bicara tentang pengorbanan para nabi dan keturunannya ini pasti akan memberi konsep baru tentang arti cinta. Sebagaimana rasa cinta Siti Hajar atas Ismail yang tak melebihi cintanya pada Allah. Hal yang menjadikannya sampai pada level menerima dan ikhlas saat suaminya, nabi Ibrahim, meminta putra kesayangannya, Ismail untuk dijadikan kurban.



Sungguh, level cinta yang mungkin sulit dilampui oleh manusia yang sudut pandangnya adalah materi.

Cinta yang berbeda maqomnya dibanding cinta pada lawan jenis, cinta pada keluarga, atau cinta pada sesama. Cinta ini melebii dari cinta semesta ini sekalipun. Bahkan melebihi dari yang kita ketahui, atau yang bisa kita pahami lewat panca indra.

Menurutku, jika posisi Siti Hajar diberikan pada orang yang cinta dunia, niscaya tak akan ada hari raya Idul Adha. Tak akan ada cinta yang bertebar di dunia bagi seluruh umat karena kerelaan berkurban. Bahkan, mungkin tak akan ada tanah haram, Mekkah. 

Tapi, Maha suci Allah dengan segala firman-Nya.. kekuasaan dan kasih sayang-Nya menjadikan Siti Hajar mampu bersabar dengan ujian Allah tersebut. Kesabaran akan ujian yang melibatkan rasa percaya pada Allah yang kuat. Iman yang kokoh.

Mungkin inilah yang menjadikan Allah menganugrahi rahmat bagi Siti Hajar sebagai ibu seorang nabi besar, Ismail yang kelak dari garis keturunannya akan lahir penutup para nabi. Nabi Muhammad Saw. Suluh umat.

Bahkan, keistimewaan Siti Hajar yang merupakan keturunan salah satu Firaun di Mesir ini, bisa terlihat dari pengabdiannya sebagai seorang istri. Ia rela ditinggalkan di tanah tak bertuan. Tanpa makanan dan tempat berteduh. Kecuali hanya pada Allah.

Aku tak bisa membayangkan kondisi Siti Hajar pada saat itu. Hingga aku pun mengulik sedikit tentang Siti Hajar. Wanita pilihan yang meninggalkan gemerlapnya gelar kebangsawan demi memilih jalan tauhid.



Sejarah Siti Hajar

Menurut sejarah, Siti Hajar yang merupakan putri raja Mesir ini begitu mengagumi mukjizat Nabi Ibrahim. Dikatakan oleh Midrash, Hajar atau Hagar adalah gelar yang diberikan padanya (sang putri). Gelar yang artinya 'reward' atau hadiah.

Siti Hajar yang telah mengimani kenabian Ibrahim rela menukar kesenangan dunia dengan menyerahkan dirinya untuk melayani Nabi Ibrahim. Lalu, Siti Sarah yang telah berumur merelakan Nabi Ibrahim untuk menikahi Siti Hajar agar memperoleh keturunan. 

Sayang, kecemburuan Siti Sarah menjadikannya tak rela hidup bersama madu yang awalnya ia setujui. Siti Sarah meminta Nabi Ibrahim untuk pergi meninggalkan rumahnya. Tanah Palestina.

Ketaatan dan kerelaan Siti Hajar untuk pergi meninggalkan tempat yang ia anggap rumah adalah refleksi cinta pada Allah. Rasa cinta yang terwujud dengan kepatuhan pada suami yang juga patuh atas perintah Allah. Totalitas takwa yang dapat kita renungkan.

Mengapa demikian?

Karena semua wanita bisa menjadi Siti Hajar yang patuh pada suaminya. Seorang nabi pilihan Allah. Nabi suci yang dicintai Allah.

Nabi yang keimanannya Allah uji dengan sangat berat. Salah satunya adalah untuk mengurbankan anak yang ia cintai, Ismail. Padahal Nabi Ibrahim telah lama menanti kehadiran anak.

Lalu, bagaimana jika ada pertanyaan seandainya dirimu adalah seorang Siti Hajar?

Mungkin akan ada beberapa opsi sikap yang dimiliki oleh seorang perempuan yang menyadari tentang posisinya sebagai istri sekaligus ibu.. 

  1. Kesadaran penuh bahwa kedudukannya adalah sebagai seorang wanita yang melengkapi kehadiran dari istri pertama agar dapat memiliki keturunan.
  2. Kesadaran sebagai seorang istri yang tugasnya adalah mematuhi suami yang juga patuh pada Allah.
  3. Kesadaran sebagai seorang ibu yang kecintaan pada Allah melebihi cinta pada anak, hingga menjadikannya dapat bersabar.
Bandingkan jika kamu seorang wanita biasa yang bukan Siti Hajar, dan dihadapkan pada masalah ini, kamu pasti sudah panik. Jika suamimu meminta anakmu untuk disembelih dan dikurbankan atas perintah Allah, kamu pasti akan menganggap suamimu gila dan Tuhan tidak adil.

Manusiawi sekali, mengingat tingkat pengetahuan manusia biasa tidak melebihi dari yang ia ketahui. Bukan berarti aku membatasi kemampuan manusia yang berusaha menyucikan diri, tapi umumnya manusia akan memberi respon yang hampir serupa. Sulit menggapai hal yang tak dapat diindrai.

Hal yang mengingatkanku atas istri nabi yang lain, seperti: istri Nabi Luth, istri Nabi Nuh dan istri Nabi Ayyub. Istri-istri nabi yang ketaatannya terbantahkan oleh sikap materialistik. Kecintaan pada dunia yang melebihi cintanya pada Allah.



Selanjutnya, bagaimana tanggapan Ismail atas perintah Allah pada ayahnya?

Kita bisa mendapati jawabannya dalam Alquran,  surat As Saffat ayat 102 yang artinya;

"Maka ketika anak itu sampai  (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, " Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkan bagaimana pendapatmu!
Dia (Ismail) menjawab, "Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."

Sungguh, hanya ketakwaan pada Allah saja yang dapat menjadikan seseorang meraih level taat seperti ini. Hal yang tak dapat dijangkau jika cinta pada dunia melebihi kecintaan pada Allah. Refleksi cinta yang terwujud oleh ketaatan Ismail pada ayahnya.

Kepatuhan yang Allah hadiahkan dengan rahmat berlimpah, hingga Allah menggantikan Ismail dengan kurban sembelihan yang besar. Moment bersejarah yang Allah abadikan melalui perayaan Idul Adha. Hari besar yang dirayakan umat Islam di seluruh dunia. 

Moment bersejarah untuk menjaga sifat kemanusiaan manusia. Saling mengasihi antar sesama. Sebagaimana hari Raya Idul Adha ini membangkitkan kesadaran kita tentang pentingnya berbagi. Mungkin itulah rahmat yang Allah berikan bagi Siti Hajar, hingga dianugrahi seorang putra, Ismail yang berarti Allah mendengarnya. 

Seorang nabi istimewa yang dari nasabnya tak akan terputus. Bahkan kelak akan lahir nabi besar dari keturunannya, Nabi Muhammad, Sumber dari awal dan akhir sebuah cinta.


Pernyataan ini timbul dari tantangan teman di grup Blog squad mengenai memaknai cinta. Tema yang berat. Sebagaimana jika aku harus berandai - andai sebagai Ismail. Hal yang butuh perenungan, mengingat aku yang fakir ilmu mengenai hal ini.

Aku hanya membayangkan tentang seorang nabi besar mulia yang suci. Nabi yang di usia belianya telah diuji dengan berat dan lulus. Ujian yang membuktikan tentang ketaatan Ismail pada orang tua sebagai wujud cintanya pada Allah.

Mungkin, kecintaan ini akan sulit dicapai oleh orang awam, kecuali orang - orang yang Allah kehendaki. Orang - orang pilihan yang berusaha dengan keras untuk menyucikan diri.

Dengan kata lain, moment Idul Adha ini adalah saat terbaik untuk memahami dan introspeksi diri. Berusaha menyucikan diri melalui kurban harta, menunaikan haji jika mampu, dan selalu beramal soleh. Lalu, terus berdoa agar dimasukkan dalam golongan orang - orang yang beruntung menerima syafaat. Aamiin.

Bandarlampung, 25 Juli 2020

Sunday 19 July 2020

Acara Diseminasi Pengenalan SMK BLK Bandar Lampung Tahun Ajaran 2020/2021



Ada yang berbeda saat kita memasuki Tahun Ajaran Baru 2020/2021 yang dimulai tanggal 13 Juli 2020 ini. Kita menghadapi tahun ajaran baru ini di tengah masa new normal. Hingga sekolah membuat berbagai kebijakan baru demi mitigasi penyebaran pandemi. Begitu pun sekolah tempatku bekerja. SMK BLK Bandar Lampung.

SMK BLK Bandar Lampung, seperti juga sekolah-sekolah lain di Bandarlampung masih menggunakan kebijakan belajar di rumah saja. Pembelajaran yang dilakukan secara daring menggunakan applikasi google classroom. Sistem pembelajaran dengan teknologi high-end. 

Sistem pembelajaran yang mempermudah interaksi antara guru dan peserta didik. Tentu saja dengan bimbingan dari guru yang terintegrasi dengan semua pihak yang terkait, baik sekolah dan orang tua peserta didik.

Nah, untuk mengenalkan pembelajaran daring dengan menggunakan 'google classroom' bagi peserta didik baru sekaligus mengenalkan sekolah ini, maka dibuatlah acara "Diseminasi Pengenalan SMK BLK Bandar Lampung dan Pembelajaran Daring". Acara yang akan diadakan selama tiga hari, 20 - 22 Juli 2020. 

Acara ini akan ditayangkan live streaming lewat media sosial Youtube, Instagram, dan facebook resmi SMK BLK Bandar Lampung.

Acara yang pertama kali dilakukan secara virtual ini dilakukan dengan agenda di hari pertama dengan pembicara Ketua Yayasan SMK BLK Bandar Lampung, bapak Hi. Ir. Triyono Arifin, M.M dan Kepala SMK BLK Bandar Lampung, bapak Riyanto, S.Pd, M.M. Acara pertama berisi sambutan Yayasan sekaligus pembukaan acara secara resmi. Lalu, pengenalan sekolah  selama tujuh belas tahun berkarya di bumi sang Bumi Ruwa Jurai oleh Kepala SMK BLK Bandar Lampung.

Agenda hari kedua adalah pengenalan dunia industri yang akan diisi oleh tiga pembicara, yaitu: bapak Ari Wahyu Sasongko sebagai perwakilan PT Eurokars Motor Indonesia, bapak Hermawan Ciptaning Budi, S.T sebagai perwakilah SMK BLK Bandar Lampung, dan bapak Ahmad Zakiy Alfajri, S.Kom sebagai perwakilan LSP SMK BLK Bandar Lampung.

Selanjutnya, di hari ketiga adalah "Pembelajaran Daring dengan menggunakan "Google Classroom" yang akan diisi oleh bapak Adi Susetya. Beliau akan menjelaskan mengenai "Google Classroom. Di hari ketiga ini juga merupakan penutupan acara " Diseminasi Pengenalan SMK BLK Bandar Lampung Tahun Ajaran 2020/2021" secara resmi oleh kepala SMK BLK Bandar Lampung dan Ketua Pelaksana acara.

Harapannya dengan acara Diseminasi pengenalan SMK BLK Bandar Lampung ini akan terwujud visi dan misi sekolah. Menghantarkan lulusan siap kerja dan mampu bersaing di pasar kerja. Lulusan yang mampu berinovasi dalam menjawab tantangan zaman.

Bandarlampung, 19 Juli 2020

Thursday 16 July 2020

Unforgettable Moments About You

Aku ingat pertama kali melihatmu. Duh, rasanya senang sekali. Hari ini pun aku tak akan pernah tidak mengingatmu. Apalagi dengan unforgettable moments with you yang tersimpan rapi di benakku.


Foto bareng kita tahun 2016 (Nurdiana bagian depan nomor dua sebelah kiri, kemeja putih blazer biru)

Aku nggak akan bilang ini perpisahan. Kita hanya berbeda ruang berkarya. Kita juga tak bisa bertemu setiap hari seperti dulu. Tapi, tak mengapa. You are only a phone call away

Kuharap begitu. Meski aku mengerti, kadang kesibukan dapat membatasi ruang ingatan kita. Lalu, memudar. Hal yang ingin kucegah lewat catatan kecil ini.

Jujur saja, aku sendiri bingung harus bagaimana mengingatmu selain kebaikan dan ketabahanmu. Sungguh, hatiku berhari-hari ini penuh doa untukmu dan keluargamu. Juga buat almarhum putramu yang meninggal Senin kemarin akibat atresia anus dan infeksi usus halus. Sudah dioperasi untuk saluran anus dan operasi untuk pengobatan infeksi usus halusnya. Dan, akan dijadwalkan operasi lagi di tanggal 23 Juli 2020 besok. Tapi, Allah berkehendak lain.

Padahal bayimu baru berusia 3 bulanan. Masih lucu-lucunya.

Ah, Allah ternyata lebih sayang dengan dedek bayi..Aku hanya bisa mendoakan dan berkirim Fatihah padanya. Semoga Allah jadikan almarhum tabungan terbaik buat orang tuanya. Aamiin.

Baiklah, aku akan ceritakan padamu tentangnya. Seorang teman yang kukenal di tahun 2014 sebagai seorang guru Kimia baru di sekolahku. Namanya Nurdiana. Nama yang cantik. Seperti orangnya.

Pertama Berjumpa yang kini kuanggap sebagai Kenangan Terindah karena kamu tak lagi ada di dekatku

Benar kata orang, kita baru merasakan betapa seseorang begitu berharga itu justru pada saat ia meninggalkan kita. Sedikit menyesal karena tidak berusaha untuk lebih menghargai dan menjaga kebersamaan tersebut. Merenungi bahwa pertemuan dan perpisahan itu dibatasi oleh waktu dan tempat.

Ah, sedikit gloomy ya kalau ngomongin tentang perpisahan? Meski kesadaran akan perpisahan yang merupakan kematian kecil ada, kesedihan akannya tetap tak terbantahkan. Perasaan yang timbul karena aku pun manusia biasa. Begitu kupikir.

Pertemuan, perpisahan, kelahiran, dan kematian adalah part of life. Bukan hal yang terpisah. Seperti gelap dan terarng yang berdampingan selamanya. Meski itu pun juga fana.

Sebagaimana keberadaan kita di dunia ini. Fana.

Ini pun jadi mengingatkanku akan obrolanku dengan Nur tentang bayi pertamanya. Kebahagiaannya menceritakan tentang bayinya yang mulai belajar merangkak. Kesedihannya karena bayinya yang harus menjalani operasi, Juga kemarahannya pada pihak rumah sakit yang slow respon tentang kondisi bayinya saat dilahirkan. Sehingga penangannya sedikit terlambat. Bahkan bayi sempat sedikit kebiruan karena sakit akibat tak punya anus. 

Aku nggak lupa dengan semua itu.

Bahkan sekarang pun, kamu harus bolak-balik Pringsewu (kediamanmu) - Bandarlampung untuk mengurus tentang berita bayimu yang menurut koran L......Post,teinfeksi Covid.

Lha, aneh kan. Padahal bayimu kan meninggal karena infeksi usus halus.

Gara-gara kasus bayimu itu aku pun jadi tahu bahwa kasus bayimu itu merupakan kasus yang umum dihadapi pada bayi yang baru lahir. Kasus yang dapat ditangani dengan cepat 4 jam setelah bayi lahir.

Tetanggaku pun ada yang sehat, meski waktu bayi pernah mengalami kasus ini. Memang ada sedikit bekas di perut bagian bawah. Tapi, ia baik-baik saja.

So, keberadaan sakit itu pun sementara juga. Sama saja dengan kondisi bayi yang sementara. Suatu saat ia akan besar, dan menjadi dewasa. 

Meski dalam ingatanmu, bayimu akan selamanya jadi bayimu yang tersayang. Sebagaimana aku pun mengingatnya di keberadaanku yang fana ini. 

Sebagaimana khutbah Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib tentantg Fananya Dunia

Semoga Allah menaruh belas kasihan kepada Anda. Oleh karena itu Anda harus bergegas ke arah (mempersiapkan) rumah Anda yang telah diperintahkan kepada Anda untuk diisi dan ke mana Anda telah dipanggil dan diundang. Carilah penyempurnaan nikmat Allah atas Anda dengan sabar dalam ketaatannya kepada-Nya dan menahan diri dari pelanggaran, karena hari esok dekat pada hari ini. Betapa cepatnya saat-saatnya hari, betapa cepatnya hari-harinya bulan, betapa cepatnya bulan-bulanya tahun, dan betapa cepatnya tahun-tahun kehidupan. (Puncak Kefasihan, hal: 438)


Kesadaran akan Keberadaan sebagai Pengalaman Berharga Bagiku


Pernah terbesit dalam pikiranku tentang apa yang kurasakan. Itu pun yang terucap oleh seorang temanku di sekolah. "Nur, kuat banget ya. Kalau aku di posisi nya pasti nggak bakal berhenti nangis. Waktu keguguran kemarin aja aku mengurung diri di kamar, menangis terus..." 

Aku sih, nggak bisa memposisikan diriku seperti itu, tapi aku tahu rasanya kehilangan. Bagaimana perpisahan akibat kehilangan itu bisa jadi pengalaman berharga bagiku untuk lebih menghargai hidup. Seperti apa pun keadaannya. 

Selalu ingat untuk bersyukur. Apa pun yang terjadi.

Nah, itulah sebagian yang yang menjadikan ini sebagai Unforgettable moments about you. Mengenalmu jadi membuatku lebih bersyukur. Mengenalmu jadi membuatku lebih dekat pada Allah.

Terima kasih, sahabatku. Semoga Allah selalu menyertaimu. di mana pun dirimu berada.

Bandarlampung, 17 Juli 2020

Saturday 11 July 2020

Guru: Model Perbaikan Karakter Bagi Peserta Didik

"Wahai, manusia, saya tidak menyuruh Anda melakukan tindakan, melainkan mula-mula saya sendiri melakukannya mendahului Anda, saya tidak akan mencegah Anda dari sesuatu melainkan saya mencegahnya dahulu dari diri saya." (Ali bin Abi Thalib)

Kutipan di atas kuambil dari buku Puncak Kefasihan, sebuah master piece abadi milik Ali bin Abi Thalib. Seorang pemuda ahli surga. Pemisah antara kebenaran dan kebatilan. Seorang yang di tangannya pernah berkibar bendera keberanian sejak usianya masih belia.

Figur abadi kebaikan yang sulit dicari bandingannya. Baik dalam segi keberanian, kemurahan hati, dan pengetahuan. Sehingga, pantaslah kiranya kita sematkan namanya di hati kita sambil melafazkan shalawat. Allahuma sholi ala sayidina Muhammad wa ala Ali sayidina Muhammad.

Semoga Allah merahmati kita semua syafaat. Aamiin.

Nah, bicara tentang figur suri tauladan yang juga dikenal sebagai pintunya ilmu ini tak akan pernah habis. Figur seorang guru yang relevan dijadikan teladan bagi guru di era digital yang mulai tenggelam dengan hiruk pikuk media sosial. Hal yang juga digeluti peserta didik zaman now.

Imbasnya, guru zaman now terkesan lebih sibuk. Berusaha mengikuti perkembangan teknologi yang bergerak dengan cepat. Melupakan bahwa produktivitas guru zaman now bisa tenggelam dan terjebak di pusaran kemajuan teknologi.

Mengapa kubilang begitu?

Mungkin akan lebih mudah jika kuceritakan pengalamanku sebagai guru di sekolah, ya? Sebagaimana aku dan teman-teman berusaha untuk mengejar ketertinggalan kami demi perbaikan pembelajaran di kelas.

Bahkan, kami sering harus mengikuti pelatihan pembelajaran terbaru dengan teknik/ metode terbaru. Sayang, saat kembali ke sekolah, kami tak bisa mengaplikasikan metode baru tersebut karena belum siapnya sarana dan prasarana sekolah. Akibatnya, kami tetap mengajar menggunakan teknik/metode lama. Seolah pelatihan hanya formalitas saja.

Sayang, kan?

Tapi, begitulah kenyataannya. Belum ada sinergi berkesinambungan yang mendukung kemajuan pembelajaran bagi peserta didik.

Keadaan ini membawa gap antara ekspektasi guru untuk mengaplikasikan ilmu barunya, dan realitas kesiapan sekolah untuk mendukung guru tersebut. Sebut saja, aku dan tiga orang temanku yang lulus ppgdj di Unila tahun 2018 lalu yang nggak bisa optimal mengaplikasikan ilmu kami di sekolah. Gimana nggak, kembali ke kelas kami lebih banyak berkutat ngurusin administasi (tagihan) siswa yang seharusnya jadi tugas TU. Belum lagi tugas lain yang menumpuk seperti persiapan ujian, akreditasi, perpisahan, lsp, bkk, dan lain-lain. Pekerjaan tambahan yang bikin guru meninggalkan tugas mengajarnya. Hal yang bikin kami sebagai guru merasa berdosa karena lalai dengan tugas mengajar. Tapi, mau bagaimana? Semua harus dikerjakan dengan deadline tertentu. Hasilnya, ya, peserta didik yang jadi korban. Mereka sering ditinggalkan oleh guru. Hingga muncul yang namanya jamkos, jam kosong.

Hal yang seharusnya tidak terjadi jika ketersediaan guru mencukupi agar tak terjadi double job.

Tapi, ya, alasan efisiensi guru dan keuangan jadi pertimbangan. Hingga kekosongan guru pun diantisipasi dengan guru yang ada. Jadilah, peserta didik menerima ilmu dari guru yang bahkan nggak ngerti mau ngajar apa. Boro-boro mau bikin mereka pinter, guru tersebut kadang frustasi dan ngajar ala kadarnya saja. Sekedar menggugurkan tanggung jawab.

Nah, itu yang pernah kualami di sekolahku. Untungnya, sekarang sih mulai sedikit berbenah. Sekolah sudah mulai memikirkan untuk menambah formasi guru yang linear. Sekaligus mengurangi double job. Aku pun tahun ajaran baru ini hanya dapat 25 jam dari yang biasanya antara 32 atau 33 jam. Alhamdulillah.

Belajar dari pengalaman masa lalu kami yang kelam karena sering menelantarkan siswa. Evaluasi pun terus dilakukan meski aku juga heran kenapa bisa seorang guru hanya kasih catatan, lalu dengan santuy nya nongkrong di kantor. Rasanya ingin kujitak jidatnya. Sungguh bukan teladan yang baik.

Kadang guru model begini (malas ngajar) tidak pernah dapat tugas tambahan. Ya, piye. Datang saja malas, masuk kelas ogah, gimana dengan tugas ekstra? Bisa bubar deh.

Selanjutnya, aku pun jadi introspeksi diri. Evaluasi diri. Apakah aku sudah jadi guru yang baik? Apakah aku sudah cukup berusaha?

Evaluasi diri yang buat aku lebih berhati-hati karena aku masih belajar untuk jadi guru yang baik.

Guru Teladan sepanjang masa

Kesadaranku sebagai fakir ilmu dan awam atas banyak hal ini menumbuhkan semangatku untuk membaca tentang manusia pilihan ini. Ali bin Abi Thalib.

Sementara kita dilengkapi dengan karakter yang cenderung pada kesia-siaan. Sifat manusia pilihan ini bersih. Maksum. Terhindar dari dosa.

Bahkan karakternya pun memiliki keistimewaan. Sebagaimana tertulis dalam buku Nahjul Balaghah.

Berbeda dengan karakter alami yang dimiliki Ali bin Abi Thalib yang mencakup tiga point. Sebagaimana yang dikatakan asy-Syafi'i, " Apakah yang dapat kukatakan tentang orang yang di dalam dirinya terdapat tiga sifat dengan tiga sifat lainnya, yang tidak pernah terdapat bersama-sama dalam diri siapa pun lainnya - kemurahan hati dengan kesusahan, keberanian dengan kebijaksanaan, dan ilmu pengetahuan dengan prestasi amaliah." (Puncak Kefasihan)

Masya Allah, sungguh figur teladan guru yang dapat membangun karakter peserta didik.

Aku yakin, dengan menjadikan Ali bin Abi Thalib sebagai idola dibandingkan selebrita di medsos, kita akan temukan diri kita selamat. Dunia dan akhirat.

Bandarlampung, 11 Juli 2020



Wednesday 8 July 2020

Pencarian Mutiara Hikmah Dalam Sebuah Buku


Kata-kata berada dalam kendali Anda sebelum Anda mengucapkannya. Tetapi setelah Anda mengucapkannya maka Anda berada di bawah kendalinya. Karena itu jagalah lidah Anda seperti Anda menjaga emas dan perak Anda, karena sering suatu ucapan merenggut nikmat dan mengandung hukuman.  (Puncak Kefasihan Nahjul Balaghah, hal: 823)


Well, ini adalah kutipan dari buku khutbah Ali bin Abi Thalib yang dikenal dengan nama Nahjul Balaghah. Karya master piece khalifah ke empat sekaligus kemenakan dan menantu Rasulullah Saw. Suami Fatimah Azzahra binti Muhammad bin Abdul Muthalib.


Buku yang tebalnya 853 halaman ini baru kudapat hari ini. Pinjaman dari temen bapak yang seorang pencinta buku. Terutama buku-buku religius.


Jujur saja, buku-buku tebal yang berat ini kebanyakan kudapat dari pinjaman dari komunitas buku bapak. Al Hakim. Aku numpang baca aja, karena buku-buku ini harganya mungkin tidak murah.


Aku bahkan pernah baca buku ayat-ayat setannya Salman Rusdi saat buku itu masih viral. Tapi, herannya buku itu hilang. Nggak tahu kemana. Begitu pun ingatanku tentang buku itu. Maklum saja, aku hanya baca sekilas.


Beberapa saat kemudian, aku baru tahu kalau buku ini dilarang karena berisi propaganda untuk menguasai dunia. Bahkan kudapati bahwa kepala Salman Rusdi sudah dihargai oleh pemimpin Revolusi Iran saat itu sebagai akibat tulisannya yang dianggap melecehkan agama. Penistaan keyakinan agama samawi.


Wuih, berat ya ngomongin ini. Sekarang sih aku nggak tahu kelanjutan isu ini. Aku hanya mengerti satu hal, berdasar buku yang kubaca - bahwa - bangsa Iran dikenal dengan konsistensinya terhadap keputusan yang dibuat dan ketaatannya pada pemimpin. Apalagi hal ini bersinggungan dengan masalah prinsip aqidah.

Alasanku Membaca 


Keteguhan hati yang tersirat dalam tulisan di buku-buku inilah yang mungkin tanpa sadar menarikku untuk menyukai buku-buku. Benda mati yang memuaskan rasa hausku atas pencarian mutiara hikmah dari kata-kata yang tersembunyi dari lembarannya.


Bagaimana kata-kata dapat merubah pandangan seseorang. Hingga bapak begitu kagum dengan bangsa Iran. Karena buku.



Masih hangat dalam kenanganku gimana almarhum pakde Jum yang seorang brimob begitu khawatir karena bapak menyimpan banyak gambar pemimpin Revolusi Iran yang terjadi tahun 1979. Imam Khomeini. Takut bapak akan diduga sebagai aliran keras karenanya dan ditangkap polisi.


Padahal bapak hanya seorang pecinta buku. Sebagaimana aku.


Kemudian, jika kamu tanyakan padaku tentang buku apa yang kusuka dan genre apa yang jadi favoritku, aku pasti akan terdiam. Begitupun saat kamu tanyakan alasanku kenapa menyukai buku. Aku tak punya jawaban.


Hal itu bukan karena aku nggak punya jawaban atau nggak tahu apa yang ingin kutahu. Aku diam dan tak punya jawaban atas pertanyaan itu karena semuanya masih tersembunyi dibalik buku-buku yang ingin kubaca. Bentuk usaha pencarianku atas mutiara hikmah dari buku.


Okey, katakan saja aku rakus karena nggak mau menjawab hingga membatasi keinginanku untuk mencari dengan membaca dan membaca lagi.


Tak mengapa, kan? Karena ini pun sebuah pilihan. Sama seperti kisah-kisah awal aku suka baca buku. Komik-komik mangaa Jepang yang bisa berseri-seri. Komik-komik yang bisa kutelan habis dalam sehari meski ada 32 seri. Seru, ya.


Pencarian tanpa batas dalam buku favoritku

 Mengapa kubilang begitu?  


Membaca buku bagiku seperti sebuah kesenangan. Seperti petualangan atas pencarian mutiara hikmah yang tersembunyi di ujung dunia. Pencarian tanpa batas yang terefleksi dalam sebuah benda. Buku.




Mungkin itu sebabnya aku sedikit menyukai Kim, dan kuanggap sebagai salah satu buku favoritku. Sebuah novel karya Rudyard Kipling tentang seorang sahib, murid seorang guru  yang melakukan perjalanan menuju sungai. Simbol penyucian diri.

Kim yang terlahir di tanah India sebagai anak jalanan merupakan wujud pencarian jati diri. Kim yang bermata biru, berambut pirang dan berkulit putih - seolah hidup antara dua dunia. Bukan seorang Inggris, dan juga bukan seorang India.


Jiwa liar Kim menemukan penyangga saat ia bertemu sang Lama, guru yang mulanya enggan menjadikan Kim sebagai muridnya. Tapi, keteguhan dan kesetiaan Kim akhirnya meluluhkan hati Guru. Mereka akhirnya melakukan perjalanan bersama.

Sayang, sang Guru menyadari bahwa Kim butuh pengajaran dan bimbingan sesuai haknya. Mereka pun berpisah. Kim disekolahkan bersama anak-anak lain. Pilihan yang menjadi petualangan baru bagi Kim dan teman-temannya, hingga mereka kabur dan mencari rumah sesungguhnya.

Nah, petualangan Kim yang menakjubkan di tanah eksotis India ini pun yang bikin aku membaca buku lain. Desert and Wilderness. Novel young adult yang keren. Petualangan di tanah yang sama. Kisah pencarian tanpa batas. Mutiara hikmah tentang keteguhan, kesetiaan, tanggung jawab, dan cinta.


Penulis buku yang mengabadikan keabadiaan

Memang sih, bandingin satu genre buku dengan genre buku yang lain - kupikir nggak relevan. Sebagaimana membandingkan air, api, tanah, dan angin. Empat hal berbeda dengan keistimewaan masing-masing. Lengkap dengan fungsinya yang saling melengkapi demi kemaslahatan kehidupan manusia.

Begitu pun dengan penulis.

Seharusnya, bagiku, semuanya istimewa dan abadi. Karena tulisan penulis mengabadikan keabadiaan, seperti: keputusasaan, harapan, impian, amarah, benci, dan cinta serta rasa lain yang menyertainya. Hingga nggak ada yang terlalu baru di bawah sinar matahari kecuali tampilan visualnya saja.

So, aku menyukai penulis dan buku sesuai dengan kebutuhan atau mood yang menyertaiku. Sebut saja saat aku sedang kesal maka aku suka baca komik lucu, dan saat aku ada tugas sekolah maka aku baca buku teks pelajaran.


Sekarang sih, aku lagi senang baca buku online gratis. Rasanya menantang karena ada target waktu pengembalian. Belum lagi tantangan memahami buku itu karena buku-buku tersebut berbahasa Inggris.

Hikmahnya, aku jadi sedikit menambah kosa kata baru dalam bahasa Inggris. Alhamdulillah. Hikmah yang membantuku memotivasi muridku di kelas untuk membaca buku dengan giat. Kalau guru rajin, insya Allah muridnya ngikut, kan?


Selain itu, buku dapat juga memberi kesan mendalam bagi kita. Menghibur sekaligus sebagai distraction.

Paling tidak bagiku.

Salah satu buku yang mengesankan bagiku adalah Filosofi Kopi karya Dee. Bukan karena buku yang di tanganku  ini pemberian penulisnya. Juga bukan karena buku ini termasuk buku fiksi pertama yang berasal dari pemberian orang lain.





Aku terkesan dengan buku ini karena buku ini yang jadi bahan tugas adikku yang mengidap shizophrenia/ f20. Penyakit yang mulai terlihat gejalanya di tahun 2009. Hingga saat itu, adikku yang sedang relapse, merobek buku tersebut. Padahal ia masih butuh untuk bahan tulisannya.


Terbayang, kan usaha kami menyatukan buku itu agar bisa terbaca lagi. Belum lagi ia juga mencoret-coret Perahu Kertas dan Madre. Herannya kok ia hanya menyerang buku-buku Dee. Mungkin karena ia suka banget ya? Untungnya, buku-buku tersebut (Perahu Kertas dan Madre) selamat. Hanya dicoret-coret sedikit covernya. Dan, beberapa minggu kemudian, entah gimana - kami dapat buku Filosofi Kopi lagi dari penulisnya. Ajaib ya. Alhamdulillah.

Eh, aku kok ngelantur ya..

Seperti cerita "Mencari Herman" dalam buku Filosofi Kopi yang berkisah tentang pencarian akan cinta yang tanpa akhir. Cinta yang sesungguhnya di depan mata. Tapi, terbenam oleh ketidak tahuan atau kebodohan.

Herman yang jadi simbol tentang kebaikan dan pencarian cinta tulus yang ada di tiap diri. Cinta yang bikin darah masih berwarna merah, dan jantung masih berdetak. Karena, bagaimanapun beratnya, cinta itu pun yang buat kamu bisa bertahan.


Pointnya sih, hal yang kusuka dari seorang penulis adalah kebaikan hati dan ketulusannya. Hingga "Aroma Karsa" pun muncul nggak lama setelah adikku relapse lagi. Berikut ucapan doa agar keluarga kami selalu sehat. Padahal penulis buku ini nggak tau tentang adikku.




Kata-kata sederhana yang menghangatkan ya. Bagai doa-doa.

Kesimpulan


Membaca buku, menurut sebagian orang dianggap sebagai membuka sebuah pintu pengetahuan. Sebuah pintu yang membuka berjuta peluang akan pengetahuan yang lain.

Sedang tugas kita adalah nggak semata membaca, tapi mengaktualisasikan pengetahuan tersebut dalam tindakan. Aksi yang dapat merubah diri dan sekitar. Menginspirasi demi perbaikan yang lebih besar. Dimulai dari hal sederhana. Sekarang juga. Ah, ini mengingatkanku akan Kim yang penuh spontanitas dan keberanian.

Paling tidak, membaca buku dapat menghidupkan terus slogan kasih sayang pada sesama. Lalu, memulai aksi kebaikan dengan kemampuan yang kita miliki sebaik mungkin.


Jadi, mungkin itulah maksud yang dikatakan bahwa kata-kata itu dapat menjadi hukuman bagi yang ceroboh dengan lisannya. Sebaliknya, kata-kata atau tulisan itu bisa jadi hadiah dan harapan bagi yang bijaksana menjaga lisan/kata-katanya.

Gimana menurutmu?

Bandarlampung, 7 Juli 2020

Monday 6 July 2020

Review Buku Motivasi "Begin It Now"

 Winning starts with beginning
(Robert Schuller, page 198)

Kata-kata yang menohok bagiku yang senang menunda-nunda pekerjaan. Kesadaran yang bangkit karena aku tahu nggak akan ada yang tuntas tanpa dimulai. Hal yang nggak mungkin selesai, jika selalu khawatir dengan pandangan orang lain yang meremehkan kemampuan kita.


Well, nggak ada yang salah untuk takut gagal. Itu manusiawi. Tapi, kita nggak akan tahu hasilnya kalau tidak mulai prosesnya saat ini juga. Begin it now.


Dengan kata lain, memulai suatu pekerjaan sekarang juga dengan bahagia akan menjadikan kesuksesan awal tercapai.



Begitulah, aku tergoda membaca buku ini saat melihat judulnya. Begin it now. Jujur saja, makanan bergizi bernama buku yang kutelan biasanya berkisar antara fiksi atau buku teks pelajaran. So, here is my first challenge to read this kind of book. Ini juga untuk memenuhi RCO8 yang makin seru, Membaca buku Motivasi dan pengembangan diri. Keren banget!


Paling nggak, aku jadi termotivasi untuk membaca genre lain selain romance. Suatu kemajuan, kan? Perubahan yang bikin aku jadi lebih bersemangat dalam menulis.


Tak dapat disangkal bahwa memulai hal yang baru itu sungguh menakutkan. Begitu pun bagiku. Tapi, kita nggak akan pernah tahu hasilnya kecuali kita mencobanya. Lalu, melewati proses kegagalan dengan penuh semangat dan optimisme.

Bukankah awal yang gagal adalah separuh keberhasilan. So, keep moving forward.


Sebagai seorang guru SMK yang dibebankan jam mengajar padat dengan tuntutan untuk menghasilkan output/siswa yang berkompetensi di bidangnya dalam bentuk keterampilan, kupikir buku ini sangat berguna.


The great aim of education is not knowledge but action 
(Herbert Spencer, page:140)

Ilustrasinya sih, pendidikan itu seharusnya dibuat untuk dapat diimplementasikan di masyarakat secara praktis. Tidak rumit. Maksudku, seharusnya bahwa pendidikan itu dibuat sesuai dengan kearifan lokal agar dapat berguna bagi sekitar. Tujuan pendidikan bukan hanya pengetahuan tapi aksi. Bermanfaat. Bukan ilmu langit yang sulit dipraktekkan dan tidak sesuai dengan budaya lokal. Misalnya, pembelajaran membuat kerajinan dari kayu jati. Padahal penduduk lokal membudidayakan rotan. Nggak salah sih. Tapi, kurang tepat sasaran.


Pendidikan sewajarnya bertujuan buat perbaikan kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana dengan belajar membaca itu dapat memperbaiki cara pikir dan bertindak kita. Pendidikan yang ada baiknya pun tak berhenti di level pengetahuan. Tapi dapat diamalkan.


Buku ini pun seolah mengisyaratkan padaku tentang kegagalan yang juga bagian dari kesuksesan. Bagian dari hidup.


Seorang yang mengalami kegagalan dalam hidup, dan terus berusaha bangkit demi menggapai impian masa kecilnya. Lalu, ia gagal dan gagal lagi. Begitu terus-menerus, hingga akhirnya ia sadari bahwa kegagalannya itu pun bagian dari kesuksesannya. Ia menerima segalanya, dan bahagia hidup bersama kegagalan-kegagalan tersebut. 


Ia mengerti bahwa achievement atau pencapaian dalam hidup bukan semata berasal dari kesuksesan hari ini saja. Melainkan proses kerja keras yang sistematis, konsisten dan terintegrasi dengan seluruh aspek kehidupannya yang bikin hidupnya berarti. Apalagi dalam proses tersebut ia dapat berbagi dan memberi sesuatu pada orang-orang yang membutuhkannya.


Itulah arti kesusksesan. Tujuan dari pembelajaran yang outputnya adalah action yang membahagiakan. Bukan sekedar pengetahuan yang membanggakan.


Ada juga gambaran kisah tentang seorang pengusaha yang gagal dalam bisnisnya. Ia terpuruk. Jatuh ke jurang keputus-asaan. Bahkan enggan bertemu siapa pun. Hingga suatu hari, ia bertemu teman kesadarannya. Lalu, ia mulai tertatih bangkit. Sulit memang. Tapi ia terus bertahan, dan terus berjuang dan belajar. Tak pernah menyerah.


Selanjutnya, ada pula yang bercerita tentang hal-hal baru yang diumpamakan dengan new ocean atau samudra baru setelah ia melepaskan rasa takut kehilangan pijakan hidup. Ia akhirnya temukan kebahagiaan lewat petualangan di lautan luas kesempatan.

Man cannot discover new ocean until he has courage lost sight of the shore.
(Anon, page 191).


Begitu banyak kisah tersirat yang muncul di kepalaku saat membaca buku motivasi karya Susan Hayward ini. Kata-kata sederhana yang penuh dengan makna yang tujuannya adalah aktualisasi diri.


Menurutku, "Begin it now" adalah salah satu buku motivasi yang menggerakkan kita untuk memulai sesuatu demi kesuksesan masa depan. Buku inspiratif yang dapat membuka mata dan telinga kita untuk mulai bertindak. Sekarang juga!


Dalam buku setebal 210 halaman ini, kita akan temukan kata-kata penggugah semangat yang membuka ruang baru buat perubahan. Keberanian untuk membuka diri, keluar dari rasa takut gagal untuk bertemu lautan luas kesempatan. 



Kelebihan Buku


Buku "Begin it now" ini mudah dipahami. Kata-kata motivasi yang tertulis pun sederhana dan dapat dilaksanakan oleh siapa saja. Tanpa kecuali. 

Bisa dibilang, setelah membaca buku ini kita akan lebih berani mengambil risiko dalam hidup. Berani untuk merebut kesempatan dan memulainya sekarang juga.


Kesimpulan



Nah, kalau kita buat mind mapping sederhanaya adalah bahwa nggak akan kita peroleh apa-apa jika kita ragu kecuali inferioritas. Artinya, kita akan selalu kecil dan rendah diri jika ragu untuk Begin it now untuk apa pun yang kita ingin lakukan. Sekecil apa pun langkah itu, jika tak pernah dimulai kita akan selalu merasa tak berdaya. Inferior.

Lalu, seandainya kita mulai bergerak Begin it now tanpa ragu untuk membuat banyak kesalahan dalam proses kreatif kita, maka kita akan merasa percaya diri. Superior

Akhirnya, dengan disiplin dan kerja keras serta komitmen pada tujuan - maka keberhasilan akan tercapai. Excellence bukan hanya impian. So, bagaimana menurutmu? 


Please, jangan ragu! Begin it now! Mulai Sekarang Juga! Insya Allah, kesuksesan bukan hanya milik orang lain. Tapi, milikmu juga! 

#RCO8
#OneDayOnePost
#ReadingChallengeOdop8
#PengembanganDiri


Bandarlampung, 7 Juli 2020


Judul buku     : Begin it now
Penulis           : Susan Hayward
Tebal Buku    : 210 halaman
Penerbit         : Crows Nest, N. S. W In Tune Book
Publikasi        : 1987
ISBN              : 0959043918
                         9780959043914
Bahasa            : English
Topik              : Motivation (Psychology), Risk Taking (Psychology)

Thursday 2 July 2020

Review Buku Blind Willow Sleeping Woman

Bismillah


Okeh gaes.. aku sekarang mau ngomongin tentang buku online yang kubaca lewat archive.org. Book reader. Gratis. Aku minjem selama 14 hari untuk memenuhi tantangan RCO 8 membaca kumpulan cerpen fiksi. Sebenarnya bingung juga cari buku, karena yang kupunya itu bukunya Bahjat. Kumpulan cerpen yang bukan fiksi. Karya Bahjat kan ngambil dari kisah yang ada di Al quran. Non fiksi. Itu kata adikku yang guru bahasa Indonesia. So, aku pinjem buku online ini. 




Then, here I am reading Blind Willow Sleeping Woman karya Haruki Murakami. Sastrawan Jepang yang menurutku banyak mengadopsi pemikiran Barat. Trus, ia menggabungkannya dengan gaya penulisannya yang khas. Aroma Jepang berbalut pemahaman budaya global. Amerika.


Pengetahuannya tentang budaya masyarakat Jepang yang membaur dengan budaya Barat menjadikan karyanya bisa jadi referensi bagi yang ingin tahu tentang masyarakat Jepang modern di tahun 90an. Tentu saja dilihat dari kacamata penulis yang kupikir cukup kritis.


Buku digital yang kubaca ini berisi dua puluh empat cerita yang mengekspos dengan detail gimana seorang penulis paham tentang pencarian manusia untuk memecahkan kesepian yang hadir karena penyesalan. Atau tentang bagaimana seseorang bisa tersedot oleh pencarian akan sesuatu yang seolah sia-sia. Meski kesadaran akan kesia-sian itu sendiri disadari dan dipahami sebagai bagian dari hidup. Tak terelakkan. Hingga penerimaan akan hal tersebut adalah keniscayaan.


Dalam cerita awal Blind Willow Sleeping Woman,  Murakami menceritakan tentang seorang pria yang harus menemani kemenakannya ke rumah sakit. Hal unik yang menggelitikku dari kisah ini adalah gimana si pria berdialog dengan keterbatasan pendengaran kemenakannya. 

Ikatan yang dihadirkan dari dua tokoh ini bikin aku mempertanyakan tentang hubungan manusia dengan sekitarnya. Gimana tenggelamnya kita dalam suatu pencarian akan membuat kita lupa tentang arti hidup itu sendiri.


Bahwa kadang yang kita lihat, dengar, dan rasakan mungkin saja berbeda dengan yang sebenarnya. Maksudku, kita diminta lebih membuka diri atas segala perbedaan, atau sesuatu yang mungkin tak lazim di masyarakat.


Sebut saja gimana Murakami menganalisa tentang pemahaman virginity bagi sebagian orang di zamannya. Gimana sebagian menganggap itu sesuatu yang tak begitu penting. Sementara yang lain menganggap virginity sebagai sesuatu yang wajib dipertahankan hingga saat menikah. 


Aku juga bertanya-tanya tentang apa yang tersembunyi dalam cerita "Hunting Knife" yang bertutur tentang pasangan muda Jepang yang berlibur di sebuah pantai yang nggak jauh dari pangkalan militer Amerika. Gimana pasangan ini concern banget dengan tetangga kamar hotel mereka. Keluarga Amerika. Ibu dan anaknya. 

Kedua orang Amerika itu terlihat begitu kaku dan formal hingga pasangan Jepang ini merasa selalu sungkan. Pasangan muda ini memperhatikan gimana keduanya hanya berada di spot biasa. Si ibu mendorong kursi roda anak. 

Mereka hanya diam membaca di lobi atau duduk di bawah pohon di pinggir pantai. Sangking perhatiannya, pasangan Jepang ini bertanya-tanya dalam hati karena suatu hari ibu dan anak itu tak ada di spot biasa. Hingga di malam terakhir liburan mereka, si suami sulit tidur dan menemukan pemuda Amerika itu duduk sendiri di atas kursi rodanya. 

Di situ, pemuda itu menceritakan tentang keadaan dirinya dan keluarganya. Tentang keinginannya menghilangkan ingatannya. Sekaligus meninggalkan sesuatu untuk dikenang.

"... I start to fade away, too. Only the knife is always there - to the very end. Like the bone of some prehistoric animal on the beach. That's the kind of dream I have." (page: 94)

You know what.. I keep sighing when reading this book coz frankly speaking I don't fall into deep thinker category. So, ya gitu. Aku hanya paham sedikit. Itu pun hanya permukaannya aja. Meski nggak ngejar nothingness, seperti tokoh pemuda Amerika ini. 

"I spent my days pursuing the nothingness - rien - it creates. My job is to create that void, that rien." (page: 90)

Rasanya kok kayak nelen pil pahit ya? Seperti titik nol pengharapan.

Aku jadi mikir kalo penulis mau nunjukin kalo pemuda Amerika ini punya segalanya. Sekaligus tak punya apa-apa. Bahkan sekedar harapan pun ingin dihilangkannya.


Ada juga kisah Junpei yang bertemu dengan seorang wanita, Kirie yang usianya lebih tua darinya. Mereka bersama dan saling mengenal tentang diri masing-masing. Passion dan cinta yang mereka miliki. Hingga Junpai menyadari kesendiriannya sebagai penulis. Sementara Kirie ada di tempat tertinggi yang dicintainya. 

Aku sendiri bingung dengan maksud cerita ini. Mungkin itu karena aku selow ya ^^

Never mind. Yang sedikit kupahami adalah sosok Junpei dan Kirie ini seperti gambaran pemuda Jepang yang resah. Gelisah dengan masa depan dan apa yang mereka cari. 

Itu menurutku lho. Sebagaimana orang muda yang mungkin bosan ada di zona nyaman. Ingin sesuatu yang menantang. Agar hidup ini berubah lebih baik. Atau sekedar memuaskan pencarian yang masih terus dicari.


Kelebihan buku 
 
Buku ini keren. Nyastra banget. Mungkin ini yang jadi alasan orang addicted dengan karya Murakami yang dekat dengan kehidupan masyarakat modern Jepang.

Apalagi gaya penceritaannya yang beda dari yang lain. Bikin nggak bosen baca bukunya. Terlebih, gimana dengan terang dan jelas Murakami menceritakan pengaruh modernisasi bagi kehidupan tradisional pemuda Jepang. But, gaes fyi , buku ini bukan untuk konsumsi anak-anak karena gambaran penceritaan tokohnya begitu jujur berkisah tentang kehidupan sehari-hari termasuk hubungan antar lawan jenis. 

Kelebihan buku ini juga adalah gimana kritik yang dilempar oleh penulis dengan humor yang dalam hingga tamparan tak terasa begitu sakit. Mengingatkanku tentang karya sejenis yang juga diminati karena kritik sosialnya seperti Pengakuan karya Anton Chekov. Ah, enggak ngerti banget juga deh. Agak lupa aku hehe. Jadi pingin baca lagi. 

Oya, buku ini terdiri dari dua puluh empat cerita. Kebayang kan gimana bermenit-menit kita bisa tenggelam dalam cerita ini.



Kekurangan Buku

Seperti yang kita ketahui bahwa buku yang nyastra itu pasti berat. So, buku ini pun butuh kerja ekstra untuk memahaminya. Kita perlu baca ini beberapa kali untuk mengerti. Selain itu, bebarapa teks nya bercerita tentang hubungan orang dewasa yang pastinya bukan untuk konsumsi anak-anak.

But, overall gaes.. ini buku bagus. Percaya deh. Yuk baca bareng aku.


Bandarlampung, 2 Juni 2020

And The Mountains Echoed: Harapan dalam Keputusasaan

Manaar tergeletak di kasur tipis, butut dan bau   di antara kasur-kasur serupa di ruangan sempit itu. Tubuhnya kurus dengan benjolan membesa...