Showing posts with label parenting. Show all posts
Showing posts with label parenting. Show all posts

Sunday 22 November 2020

Mendidik dengan Cinta: Karena Anak Begitu Berharga

mendidik-dengan-cinta-karena-anak-begitu-berharga


Seorang pemuda mengerutkan dahinya, hatinya terenyuh melihat seorang ayah yang memukul anaknya di tepi jalan. Ia berjanji pada dirinya sendiri, ia nggak akan jadi ayah seperti itu kelak.

Namun saat pemuda itu menikah dan dikaruniai anak-anak, ia lupa janjinya dulu. Ia marah dan sering memukul anaknya karena kesal. Ia nggak ingat lagi dengan janjinya untuk mendidik anak-anaknya dengan kesabaran. Mendidik dengan cinta karena anak itu berharga.

Kisah pemuda ini sering terjadi di kehidupan ini. Menyadarkanku bahwa mendidik anak itu nggak mudah. Kita perlu terus belajar agar dapat menjadi orang tua yang baik.

Kita bisa berusaha mempelajari pola pengasuhan yang sesuai dengan kita. Nggak perlu membandingkan dengan keluarga lain karena tiap keluarga itu berbeda. Unik.

Sebagaimana keluarga itu unik, anak-anak pun terlahir berbeda. Masing-masing anak memiliki keistimewaan yang khas. Mereka berbeda dan luar biasa.

Pemahaman yang baik tentang parenting, mendidik dengan Cinta akan mempermudah kita untuk menyelesaikan tantangan dalam mengasuh anak Kita. Insya Allah. Kita akan mengerti bahwa anak-anak adalah seorang manusia yang terlahir dengan kecerdasan dan rasa ingin tahu yang tinggi. 

Sebagaimana seorang ahli mengatakan bahwa anak itu bukan separuh manusia. Seorang anak adalah manusia seutuhnya yang dapat melakukan sesuatu, memecahkan masalah dan menerima risiko dari perbuatannya. 

Seorang anak balita, misalnya punya kapasitas berpikir yang baik. Peniru dan pengamat yang baik. Nggak ada perbuatan dan perkataan yang luput dari pengamatannya.

Selanjutnya, aku mengerti kisah pemuda itu bukan berarti ia gagal sebagai orang tua. Ia hanya perlu belajar lagi dan konsisten dengan niatnya. Semua orang bisa belajar untuk jadi orang tua yang penuh cinta dalam mendidik anak-anaknya.


mendidik-dengan-cinta-karena-anak-begitu-berharga


Mendidik dengan Cinta Karena Anak Begitu Berharga

Orang tua yang memahami karakter positif anak, akan menghasilkan anak-anak berkarakter positif juga. Pemahaman yang muncul dari pengetahuan mengenai tipe-tipe anak adalah modal awal yang baik. Memahami kekhasan tipe-tipe ini dapat membuat orang tua lebih mudah mengatasi masalah yang timbul. 

Tipe mudah, perlu adaptasi, dan sulit adalah 3 tipe unik yang dijelaskan di buku ini. Tipe-tipe anak yang punya kelebihan dan kekurangan. Hal yang menandakan bahwa anak-anak itu istimewa.

Dalam buku Mendidik dengan Cinta Karena Anak Begitu Berharga  menyebutkan kelebihan dan kekurangan 3 tipe anak ini, yaitu:

1. Tipe mudah

Azis berdiri di depan kelasnya. Dengan berani ia mengajukan diri sebagai ketua kelas tanpa diminta bu guru. Anak yang ceria itu dengan gesit memimpin teman-temannya berbaris. 

Azis juga senang mengobrol dan bermain bersama teman-teman barunya. Nggak canggung. Ia berlari kesana kemari tanpa rasa takut.

Kelebihan tipe mudah

Azis adalah anak yang mudah bergaul, ceria dan berani. Ia juga nggak takut untuk mencoba hal baru. Ini bikin Azis punya banyak teman dan disukai guru-guru karena keberanian dan kemandiriannya.

Sekilas Azis tampak seperti anak sempurna. Orang tua lain pun sering membandingkan anaknya dengan Azis. Mereka ingin anaknya seperti Azis yang berani dan ceria.

Kekurangan tipe mudah

Sifat Azis yang ceria dan mudah bergaul bikin ia nggak betah diam. Ia senang mengunjungi rumah teman-temannya. Ia jarang di rumah. Pulang ke rumah hanya untuk makan dan tidur.

Azis juga suka mencoba hal yang menantang baginya. Ia sering pulang dengan luka di lutut. Bajunya pun kotor dan sobek. Ini sering membuat ibu merasa khawatir.

2. Tipe yang perlu adaptasi/ pemanasan lebih dulu

Beda dengan Azis, Dedi cenderung lebih tenang. Pendiam. Meski bukan penyakit. Dedi perlu waktu untuk mengenal lingkungan baru sebelum ia dapat akrab dengan teman-teman baru.

Dedi akan mengamati lingkungan barunya dengan teliti. Ia nggak bisa langsung merasa nyaman di tempat baru. Ia juga butuh dorongan orang tua untuk mencoba hal baru.

Kelebihan tipe perlu adaptasi

Dedi nggak mudah akrab dengan orang asing. Hal yang cukup baik di tengah maraknya aksi penculikan anak. Dedi pun selalu hati-hati dalam bertindak, hingga ia nggak mudah terluka.

Selain itu Dedi nggak mau bertindak tanpa persetujuan orang tuanya,  seperti Azis yang bisa lari-lari di rumah tetangga saat bertamu. Dedi cenderung nggak seagresif Azis. Lebih mudah dikendalikan.

Kekurangan tipe perlu adaptasi

Dedi cenderung nggak bisa melakukan hal baru tanpa support dari orang tuanya. Nggak punya inisiatif untuk bertindak karena perlu waktu untuk memikirkannya. Ia perlu motivasi orang tua untuk mencoba tantangan baru.

3. Tipe sulit

Berbeda dengan Azis dan Dedi, Ani termasuk tipe sulit beradaptasi. Ia gadis manis yang menempel terus pada ibunya. Ia nggak mau melepaskan ujung baju ibunya dari genggaman tangannya. Terpaksa ibu ikut duduk di kelas.

Ibu sedikit kesal dengan putri kecilnya yang manis dan penurut ini. Biasanya, Ani ceria dan percaya diri jika ada di rumah. Namun ia nggak mau ditinggalkan ibunya di kelas. 

Ani pun sangat pemalu dan penakut jika ada di lingkungan baru. Nggak berani ambil risiko untuk melakukan tantangan meski ibu terus mendorongnya. Ia hampir nggak pernah jauh dari ibu.

Kondisi ini bikin ibu repot dan bingung jika harus berpergian. Ani selalu ingin ikut dengannya. Seolah ia nggak punya teman sebaya.

Kelebihan tipe sulit

Kadang, ibu senang mengajak Ani berpergian karena ia manis dan penurut. Nggak pernah membantah dan berlarian seperti Azis. Ia juga mudah diatur dan tenang. Manis sekali.

Jika di rumah, Ani ceria dan sering bercerita tentang teman-temannya. Ia juga suka ikut membantu ibu. Nggak ngerepotin sama sekali.

Kekurangan tipe sulit

Masalah timbul saat Ani berada di lingkungan baru, seperti masuk kelas TK pertama kali. Ani menangis takut. Nggak mau ditinggalkan ibu di kelas.

Ani pun hanya diam saat bu guru menanyakan namanya. Jadilah ibu yang menjawabnya. Bikin ibu gemes.

Diskusi

Semua anak terlahir suci dan istimewa. Mereka hadir dengan keunikan sifat, kekurangan dan keunggulan yang membuat mereka nggak bisa digantikan. Tidak ada seorang anak pun terlahir dengan kemiripan seratus persen. Perbedaan dan kekurangan anak-anak menjadikan mereka begitu berharga di mata orang tua.

Tantangan membimbing dan mendidik anak dengan cinta bukan tugas mudah bagi orang tua. Sebagaimana setiap orang, baik anak-anak atau pun orang dewasa punya keinginan dan perasaan yang nggak sama terhadap sesuatu hal.  Menjadikan tugas ini tantangan terbesar orang tua sepanjang masa.

Membuktikan Cinta Ibu

"Anak tidak bisa merasakan kasih sayang orang tua, jika nggak dibuktikan.."

Aziz pulang ke rumah dengan pakaian kotor. Baju sobek. Lututnya juga terluka. Ibu begitu emosi melihat kondisinya.  

Nggak lama kemudian, Bu Rani, tetangga ibu mengeluh Azis memecahkan kaca jendelanya. Ibu malu dan marah .pada perilaku Azis 

"Azis, ibu kecewa dengan perilakumu. Perbuatanmu ini nggak baik. Kenapa kamu lakukan itu?"

Azis menunduk. Lirih, ia berkata, "Ada seekor burung kecil yang terjepit di jendela kaca, bu. Jadi, Azis pecahin kaca jendelanya."

Terkesima, ibu memeluk Azis. "Ya, Allah. Maafkan ibu, Azis. Ibu nggak tahu."

Azis mengangguk. "Nggak pa-pa, bu. Ibu kan gak tahu."

Percakapan di atas menggambarkan bahwa komunikasi baik orang tua dan anak dapat menyelesaikan masalah sulit. Sebagai orang tua, kita emang wajib marah dan menghukum anak yang berperilaku buruk. Namun, kita juga harus menanyakan alasan perilaku tersebut dengan lembut.

"Mengapa harus lembut?"

Allah berfirman, "Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.. (Q.s. Ali Imran|3|: 159)

Orang tua Bukan Monster Jahat

Azis menunduk. Di lantai tergeletak piring yang pecah berantakan. Piring kesayangan ibu hadiah dari nenek. Ibu kesal. Mata ibu melotot ke arah Aziz yang nggak berani mengangkat wajahnya.

"Kenapa kamu selalu nakal, Aziz! Nggak pernah menurut sama ibu."

Ibu terus mengomeli Aziz. Ia nggak melihat tangan Aziz yang memegang kertas ulangannya. Tadi, ia buru-buru ingin menunjukkan hasil ujiannya, tangannya nggak sengaja mendorong piring ibu hingga jatuh. 

Aziz takut melihat kemarahan ibunya. Ia nggak berani menunjukkan hasil ujiannya sekarang. Ia takut ibu nggak sayang lagi padanya.

"Merupakan sifat dasar manusia bahwa ia akan mengalami gejolak perasaan menghargai yang amat dalam terhadap orang lain yang menawarkan kebaikan hati kepadanya (Sidney D. Craigh)

Berdasarkan perilaku ibu, Azis akan merasa takut pada ibu. Seolah ibu adalah monster jahat. Ia khawatir ibu nggak mencintainya.

Bandingkan dengan perilaku di bawah ini;

"Azis, kenapa kamu memecahkan piring? Itu nggak baik. Jelaskan pada ibu."

Ibu marah pada Azis, tapi ibu tetap memberi kesempatan pada Azis untuk memberi alasan perilaku buruknya. Memperlakukan Aziz dengan lembut. Ibu hanya marah pada perilaku Azis. Bukan menuduh atau berprasangka buruk pada orangnya.

Sebagai orang tua, kita harus menghitung perhatian positif dan perhatian negatif secara seimbang. Lalu, berusaha memaksimalkan perhatian positif agar anak termotivasi untuk berbuat baik. 

"Omelan dan pujian perlu seimbang agar omelan nggak dirasa berlebihan oleh anak."

Aku bisa membayangkan Benu yang nggak betah di rumah. Ibunya sering mengomeli dirinya tanpa henti. Ia juga nggak peduli dengan omelan ibunya. Masuk telinga kiri, keluar telinga kanan.

Benu jadi anak yang suka membantah. Saat ibunya marah, ia akan balas mengomel. Ia bahkan berani membanting pintu di depan ibunya.

Berbeda dengan Ari yang senang berada di rumah. Ia juga anak yang mudah diatur dan nggak mudah marah. Sopan dan tenang.

"Menurut data seorang anak rata-rata menerima 460 komentar negatif/kritik dan hanya menerima 75 komentar positif/dukungan tiap hari."

Dwi selalu bangun pagi dan shalat shubuh tepat waktu. Ia pulang ke sekolah dan dengan semangat mengulang pelajaran. Tapi, ibu nggak pernah memujinya.

Namun saat Dwi mendapat nilai merah di ulangan hariannya, ibu marah. Ia mengomel dan menganggap Dwi pemalas. Ibu nggak menghargai kerja keras Dwi.

Dwi merasa kecewa dan kesal. Ia pun berubah jadi anak yang malas bangun pagi. Ia nggak peduli saat ibu mengomelinya. Toh, ibu nggak peduli usahanya.

Padahal, ibu sangat sayang Dwi. Ibu hanya nggak bisa menunjukkan kasih sayangnya dengan benar. Ia menganggap apa yang dilakukannya nggak keliru.

Imam Bukhari dan Muslim menyebutkan bahwa pernah suatu hari Nabi mencium cucunya, Hasan bin Ali. Saat itu Aqra bin Nabis Attamimi berkata, "Sesungguhnya aku mempunyai 10 anak, tetapi tak ada satu pun dari mereka yang pernah aku cium."

Mendengar itu, Rasulullah memandangnya dan berkata,

"Barang siapa yang tidak mengasihi, tidak akan dikasihi."

Diskusi

Kasih sayang, adalah bentuk cinta. Sedangkan mendidik anak dengan cinta adalah cara menunjukkan bahwa kita mencintai mereka. Kita, sebagai orang tua perlu mendemonstrasikan rasa cinta kita agar mereka mengerti.

Buku Mendidik dengan Cinta ini berisi 9 bagian yang menarik buat para orang tua. Terutama bagian seni berkomunikasi yang membahas tentang bagaimana cara membangun komunikasi produktif. Selain bagian kedelapan, Melejitkan Potensi Anak. Bagian yang membahas cara terbaik mengenal Potensi Anak dan memotivasi anak untuk mengembangkan potensi terbaiknya.

So, gaes..tunggu apa lagi. Yuk, baca buku ini bareng aku. Insya Allah bermanfaat ya..


Judul buku    : Mendidik dengan Cinta: Karena anak begitu berharga, maka tumbuh kembangnya harus dijaga dan dibina

Penulis           : Irawati Istadi

Penyunting     : Irin Hidayat

Penerbit          : Pro- U Media, Yokyakarta, 2016

ISBN              : 978-602-7820-47-0

Tebal buku      : 388 halaman

And The Mountains Echoed: Harapan dalam Keputusasaan

Manaar tergeletak di kasur tipis, butut dan bau   di antara kasur-kasur serupa di ruangan sempit itu. Tubuhnya kurus dengan benjolan membesa...