Monday, 18 May 2020
Pride and Prejudice's Vs Great Expectation's Reviews
Review HardBook Vs e-Book: Manakah Yang Lebih Mudah Bagi Siswa?
Keep light and overtake (Ali bin Abi Thalib)
Mengingat hal tersebut, kemudahan dari ketersediaan buku sangat membantu guru dalam proses belajar. Guru nggak perlu teriak-teriak ngajar di kelas yang siswanya cowok semua untuk mengajar. Siswa dapat membuka buku dan belajar mandiri atau kelompok dengan bimbingan guru.
Anyway, aku nggak akan bicara tentang hal yang belum kupahami. Aku hanya tahu kalau e-book itu lebih kekinian dan murah dibanding hardbook yang terbuat dari kertas. Dua jenis buku yang punya implikasi unik bagiku sebagai guru dalam menjalankan proses belajar bersama siswa di ruang kelas. Aku juga nggak akan cerita tentang masalah harian di kelas, seperti: sebagian besar siswa di kelas hanya bawa badan aka tidak bawa buku dan pen. Semuanya ditinggal di kelas dan sering hilang. Entah siapa yang ambil. So, awal belajar pasti disibukkan dengan lebih siswa yang pinjam buku, pen atau alasan lain. Well, aku nggak akan cerita itu. Aku hanya akan cerita tentang pengalamanku terkait hardbook dan e-book. Itu aja.
Perubahan zaman yang diikuti perkembangan artificial inteligency tak mungkin bisa dihindari. Akibatnya, mau tidak mau sistem pembelajaran pun harus mengikuti. Tujuannya agar proses belajar jadi lebih innovative dan efisien.
Implikasi dari hal ini tentunya adanya perubahan di hampir semua aspek pendidikan. Penggunaan sistem manual pun mulai dialihkan ke sistem komputerisasi digital, seperti: dapodik, e-raport, dss, Rumah Belajar, dll. Perubahan yang memaksa semua unsur terkait untuk bersinergi/ berkolaborasi untuk membantu percepatan peningkatan kualitas belajar siswa.
Menurut data update sekolahku, dari sekitar 1.009 siswa hanya 30% yang punya gawai dan akses rutin internet. Sedangkan akses hardbook bisa mencapai 75%. Perbandingan mencolok mengingat masih rendahnya daya dukung sekolah.
Terkadang, aku memaksa siswa untuk membaca e-book dalam proses belajar. Harapannya agar mereka terbiasa. Problem yang muncul adalah keluhan tidak punya gawai, kuota atau baterai lemot. Akhirnya, aku kembali ke hardbook.
Thursday, 14 May 2020
Review Kumpulan Cerita Abu Nawas: Kisah Penuh Hikmah
Abu Nawas, pujangga berdarah Arab dan Persia yang dikenal dengan karya bertemakan anggur, nafsu, dan kecabulan. Dia yang bernama Abu Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami (756-814 M) juga dikenal dengan syair khamar hingga sempat dijuluki Zhindiq, perusak agama. Meski begitu, karya besarnya melewati zaman, menembus alam pikir hingga hari ini.
Abu Nawas lahir di Ahvaz, Persia (Iran). Tanah kelahiran banyak pujangga seperti Ferdowsi, Nezami Ganzavi, Parvin E'tesami, Forough Farrokzad, dan masih banyak lagi. Bisa dibilang, Abu Nawas adalah salah satu pujangga besar kelahiran Persia yang cukup dikenal dengan karya-karyanya. Terlebih dengan ambivalensinya sebagai seorang penyair yang dengan berani mencemooh agama dan Tuhan lewat karyanya hingga pertobatannya dan rasa takutnya pada pedihnya siksa neraka.
Bicara tentang Abu Nawas, mengingatkanku tentang kajian Fahruddin Faiz dalam Ngaji Filsafat yang membawas lima fase seluruh kehidupan Abu Nawas. Lima fase yang ditandai oleh ciri-ciri syair khas miliknya. Dari seorang pemabuk hingga menjalani pertobatan di akhir kehidupannya. Bisa dibilang kehidupan Abu Nawas penuh pergolakan dan ketidakpuasan. Mungkin kegelisahan itu yang menjadikan karya Abu Nawas begiitu menyentuh, manusiawi.
Pernah aku membaca bahwa seseorang yang jiwanya gelisah, dan selalu mencari akan selalu bergerak dan kreatif. Menciptakan karya yang tak lekang zaman karena mencerminkan dinamika seorang anak manusia yang terus berjuang hingga menemukan jalan kebenaran. Jalan pertobatan. Syair pertobatannya yang terkenal adalah "...ilahi
lastu..." berjudul Al I'tiraf. Syair yang sempat dibawakan oleh Hadad Alwi
dalam album 'Cinta Rasul' di tahun 1999. Syair indah yang hingga hari ini pun masih dikumandangkan.
Beberapa fase yang mempengaruhi syair Abu Nawas dirangkum oleh Fahrudin Faiz. Lima fase kehidupan yang mungkin saja dialami sebagian dari kita tanpa disadari. Sedang Abu Nawas yang sempat menjalani fase yang paling rendah (penuh kemaksiatan) dalam hidupnya hingga kehidupan esoteric/pertapa ala sufi, beberapa dari kita masih terus tenggelam (terbiasa) dalam kenyamanan dosa. Abu Nawas mengakhiri kehidupannya dalam pertobatan pada Tuhan sebagai hamba-Nya yang hina dan penuh dosa.
Lima fase yang Fahruddin rangkum adalah
Pertama, syair yang berbau khamar, suka ria, mabuk, dan erotis. Kedua, syair-syair yang berisi retorika satire (sindiran) yang mendorong orang untuk mabuk. Ketiga, sindiran pada kesalehan formal, yakni mereka yang menjalankan agama sebagai bungkus. Keempat, syair seputar pentingnya menikmati hidup. Kelima, fase kesadaran akan pentingnya pertobatan.
Kecerdasan Abu Nawas tak disertai dengan kepuasan,
hingga hidupnya berantakan. Meski di akhir kehidupannya ia menjalankan
pertobatan. Ia juga memberikan kontribusi besar dalam tradisi pertapa, pujian,
elegi, censur, dan puisi kritis/hinaan. Seorang pujangga yang berani dan
kreatif di zamannya.
Nah, aku akan kutip salah satu cerita Abu Nawas yang
kusuka. Cerita yang merefleksikan kecerdikan Abu Nawas.
Raja ingin menguji kecerdasan Abu Nawas. Jadi, ia mengundang Abunawas ke istananya.
"Anda menginginkan saya, Yang Mulia?"
"Ya, kamu telah membodohi saya berulang kali. Dan itu berlebihan. Saya ingin kamu meninggalkan negri ini. Kalau tidak, kamu harus masuk penjara."
Jika itu yang Tuanku inginkan," kata Abunawas dengan sedih, "Aku akan lakukan perintah Tuan."
"Ingat, mulai besok kamu tidak boleh menginjakkan kaki di atas tanah negri ini lagi," kata Raja dengan serius.
"Baik, Yang Mulia."
Abu Nawas meninggalkan istana dengan sedih. Keesokan paginya Raja memerintahkan dua pengawalnya untuk mendatangi rumah Abu Nawas. Mereka terkejut. Abu Nawas masih ada di sana. Ia sedang berenang di kolam kecil di halaman depan.
"Hey, Abu Nawas, kenapa kamu belum meninggalkan negri ini? Raja telah memerintahkanmu untuk tidak menampakkan kakimu di tanah negeri ini. Bukankah begitu?"
"Benar. Raja telah mengatakan hal itu," jawab Abu Nawas dengan santai. "Tapi lihatlah diriku. Apakah aku menginjak tanah? Tidak. Aku berenang. Aku ada di dalam air."
Para pengawal tidak bisa membantah Abu Nawas. Jadi mereka pergi dan kembali ke istana untuk melaporkan apa yang mereka lihat. Raja penasaran dengan alasan Abu Nawas tidak meninggalkan negri. Jadi ia memanggil Abu Nawas untuk menghadapnya. Abu Nawas datang dengan menggunakan enggrang.
"Abu Nawas, aku pasti akan menghukummu karena kamu tak melaksanakan perintahku. Dan sekarang, lihatlah dirimu! Kamu berjalan menggunakan enggrang seperti anak kecil. Apakah kamu gila?" kata Raja dengan marah.
"Aku ingat dengan jelas apa yang anda katakan, Yang Mulia," jawab Abu Nawas dengan tenang. "Pagi ini aku mandi di kolam hingga aku tak harus berdiri di atas tanah. Dan sejak kemarin aku berjalan menggunakan enggrang. Jadi seperti yang anda lihat. Aku tidak menapakkan kaki di atas tanah."
Raja tak bisa mengatakan apa-apa. Ia pikir Abu Nawas adalah orang yang sangat cerdik. Ia menawarkan Abu Nawas minum. Abu Nawas merasa senang dan tersenyum.
Terlihat jelas di cerita ini bagaimana Abu Nawas mencemooh kekuasaan Raja. Dia dengan berani mengkritik kekuasaan yang tak berpihak pada rakyat. Abu Nawas menampar keras kekuasaan Raja dengan caranya. Ia melakukan politik praktis demi menyelamatkan kepentingannya (nyawanya). Sebagaimana seorang miskin yang harus pintar-pintar berniaga agar bisa bertahan hidup.
Membaca kisah Abu Nawas yang selalu lolos dari sikap semena-mena Raja dengan rasa humor dan kecerdikan ini menurutku merupakan kritik pedas betapa orang biasa itu tak punya kekuasaan di depan penguasa tanpa pengetahuan. Cerita yang sesuai dengan fase kedua hidup Abu Nawas.
Adapun syair-syair Abu Nawas yang menggelitik dan sedikit berbau kritik karena kedekatannya dengan khamar yang jelas dilarang dalam agama (mungkin) tercermin di syair ini:
Jauhkan masjid untuk hamba-hamba, yang engkau diami
Menari dengan kami mengelilingi para peminum khamer,
untuk minum bersama-sama
Tuhanmu tidak mengatakan 'celakalah bagi orang-orang
yang mabuk'
Tetapi, Tuhan berfirman, "celakalah orang-orang yang shalat diantara kita"
Dengan syair ini Abu Nawas menyindir abid (ahli ibadah) yang menjual agamanya demi tahta atau uang. Mungkin pada saat itu pun Abu Nawas merasakan bahwa para abid pun ada yang cenderung membela kepentingan penguasa dibalik jubah keagamaannya.
Sungguh ini pun mengingatkanku dengan cerita pendeta jahat dalam Si Cantik dari Notredame. Pendeta yang menganggap ibadahnya dapat membeli kejahatannya.
Dengan kata lain, syair ini pun mencerminkan keadaan sosial politik pada zamannya.
Ada lagi
syair yang Abu Nawas buat untuk Khalifah Harun Al Rasyid. Syair yang begitu
disukai khalifah, hingga Abu Nawas dihadiahkan 4000 dirham.
Kemejanya basah tertuang air
Pipinya mengembang menyimpan malu
Udara membalutnya dalam telanjang
Lebih tipis dari udara
Bau wangi mengalir seperti air
Ke dalam air yang menular dalam
wadah
Setelah selesai, dia terbang penuh
riang
Segera mengambil jubahnya
Dia melihat seseorang sedang
mengamati dan mendekat
Bayangan itu telah menggelapkan
cahaya
Fajar subuh menghilang, bersembunyi
di bawah malam
Air mengalir di atas air
Maha suci bagi Tuhan, dan Dia telah
membebaskannya
Sebagai yang
terbaik pada wanita
Well, membaca syair ini, terasa fase yang pertama ya?
Menurutku ini fase penyair Persia muda berbakat ini tenggelam dalam harta dan
dunia khamer. Kata orang sih, jadi mengingatkan kita pada Ariel 'Noah'. Seniman muda bertalenta yang kaya dan dicintai. Tak heran Abu Nawas dikenal juga sebagai penyair khamer
(syu'ara'al khamriyat).
Kemudian fase kehidupan Abu Nawas berubah, hingga pada titik kegelisahan yang tak tertahankan. Mungkin rasa bosan akan gelimang maksiat, perempuan dan hura-hura membuatnya lebih berani dan terbuka pada ketidakbenaran di sekitarnya. Dia tak takut mengguncang tatanan yang ada, karena sudah berada di titik terbawah. Lalu, berusaha untuk bangkit. Kembali dan berserah diri pada Tuhan.
Kita sih bisa membandingkan syair khaamarnya yang berbau erotis dengan syair Al I'tiraf (Pengakuan) ini, lalu merenungkannya.
Ilaahi lastu lil firdausi ahlaan wa laa aqwaa naaril jahiimi
(Wahai Tuhanku! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim
Fa hablii taubatan waghfir zunuubii fa innaka ghaafiruddzambiil azhiimi
(Maka berilah aku taubat/ampunan dan ampunilah dosaku, sesunggunya engkau Maha Pengampun dosa yang besar)
Dzunuubii mitslu a'daadir rimaali fa hablii taubatan yaa dzaaljalaali
(Dosaku bagai bilangan pasir, maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan
Wa umrii naaqushun fii kulii yaumi wa dzambii za-idun kaifah timaali
(Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya
Ilaahii 'bdukal 'aashii ataaka muqirran bidzdzunuubi wa qad da'aaka
(Wahai, Tuhanku! Hamba-Mu yang berbuat dosa telah datang kepada-Mu dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada-Mu)
Fa in taghfir fa anta lidzaaka ahlun wa in tathrud faman narjun siwaaka
(Maka jika engkau mengampuni, maka Engkaulah yang berhak mengampuni. Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau?)
Syair yang penuh dengan pengharapan pada pengampunan
Tuhan semata. Total berserah diri pada Tuhan. Kupikir inilah fase terakhir
dalam hidup Abu Nawas. Pertobatan.
Kupikir, tak ada seorang pun yang berhak menilai orang lain. Sebagaimana kita pun belum tentu lebih baik dari orang itu. Mengingatkanku akan kisah Si Separoh Mencari Tuhan dalam buku Si Kabayan bahwa ibadah yang semata-mata karena mengharapkan imbalan adalah kulit. Sedang sebaik-baik ibadah hanyalah karena mengharap ridho Allah semata. Wallahu a'lam bis-shawab.
Tuesday, 12 May 2020
Resensi Si Kabayan: Dongeng Sunda Hits Tahun 90an
Judul buku : Si Kabayan
Dikisahkan kembali : Ajib Rosidi
Penerbit : Jakarta, Gunung Agung
Tahun terbit : 1985
Pencetak : PT. Saksama, Jakarta
Tebal Buku : 167 halaman
Mengenal kembali kesusasteraan rakyat daerah yang bernilai merupakan hal yang menyenangkan. Sayangnya, cerita-cerita rakyat seperi dongeng Si Kabayan masih kalah gaungnya dibanding drakor atau serial marvel yang sangat digandrungi generasi Z ini.
Saturday, 9 May 2020
Review Novel Of Mice And Men Karya John Steinbeck
Courtesy cover: google |
Penulis : John Steinbeck
Tebal buku : 53 halaman
Versi buku : pdf
Copyright John Steinbeck, 1937
Sementara Lennie, seorang buruh lugu berbadan besar dan kuat. Ia adalah gambaran pekerja kelas bawah yang membiarkan dirinya dibawa oleh pusaran kekuasaan. Asalkan ia bisa tetap hidup bersama orang yang ia sayangi (George). Kepasrahan total pada keadaan.
Seperti novel karya John Steinbeck yang lain, Of Mice and Men bisa jadi terinspirasi dari keadaan pekerja kasar di sekitar sang penulis. Realitas yang terkesan kasar dan keras. Sudut pandang khas yang beda dengan penulis lain, seperti Anton Chekhov.
Sementara Checkov terkesan lebih stright on membahas masalah kebobrokan sosial yang ia amati di sekitarnya, John Steinbeck masih secara tak langsung menyindir keadaan sosial di zamannya.
Aku sih, pernah sedikit baca karya-katya John Steinbeck yang lain. Meski begitu, kesanku terus berbeda-beda saat membaca ulang buku-buku tersebut. Perubahan itu mungkin terjadi karena pemahamanku terhadap realitas sosial di sekitarku yang berbeda, atau karena alasan lain. Entahlah. Pastinya, buku bagus emang bikin kita terus berpikir. Setuju, kan?
Sinopsis
Cerita ini diawali oleh percakapan dua sahabat George dan Lennie. Keduanya dipertemukan oleh nasib yang tak selalu baik. Sifat George yang tak sabaran, banyak bicara, dan cerdik sering menyelamatkan mereka dari kenaifan Lennie. George yang terkadang kesal dengan sifat impulsif Lennie. George harus terus mengawasi Lennie terkait banyak hal. Salah satunya adalah kebiasaan Lenny membelai tikus. Mereka juga harus lari dari peternakan sebelumnya karena Lennie membelai paha seorang gadis sebagaimana ia pikir membelai tikus.
Konflik baru muncul saat mereka bekerja di tempat baru, peternakan yang dimiliki oleh seorang yang galak tapi takut pada istrinya. George berusaha keras agar Lennie terhindar kontak verbal dengan para pekerja lain. Meski usahanya sering berakhir dengan masalah lain.
Keinginan Lennie untuk memiliki binatang peliharaan untuk ia sayang pun membuat pekerja lain sadar bahwa Lennie berbeda. Lennie pun harus mengembalikan anak anjing yang ia pinjam agar tidak mati. (Yups, tenaga Lennie terlalu kuat. Ia sering tak sadar mematahkan leher binatang peliharaan yang menggigitnya).
Mimpi George dan Lennie untuk memiliki tanah, rumah, dan kebun milik mereka sendiri didengar oleh si tua Candy, salah satu pekerja yang cacat tangannya. Ia ingin ikut bersama mereka. Menawarkan uangnya untuk membeli tanah agar ia bisa memiliki rumahnya sendiri. Candy merasa kesal karena harus membiarkan para pekerja membunuh anjing kesayangannya. Hanya karena anjing itu sudah tua dan dianggap tak berguna. Padahal ia memelihara anjing itu sejak kecil.
Sifat impulsif dan naif Lennie menimbulkan konflik lain. Tangan Curley remuk saat Lennie membela diri dari serangannya. Rasa bingung dan takut Lennie pun membuatnya tanpa sengaja membunuh istri Curley.
Candy begitu marah pada istri Curley yang menggagalkan niatnya untuk ikut bersama Lennie dan George. Ia terus memaki mayat istri Curley yang seperti sedang tidur. Musnah sudah mimpinya memiliki tanah dan rumah serta kebun sendiri. Mengetahui hal ini George begitu geram. Ia sadar beginilah jadinya jika ia melepaskan pandangannya dari Lennie.
Nah, bagaimana kelanjutannya? Apakah Lennie dan George akan terus bersama? Apakah Curley akan membalas dendam atas kematian istrinya? Bagaimana nasib Lennie selanjutnya? Jawabannya ada di buku ini dan kupikir asyik kalau membacanya sendiri. Selain kita bisa belajar tentang keadaan masyarakat pekerja di zaman itu, kita juga tahu bahwa hidup itu berharga. Do not take it for granted! Banyak orang yang harus berjuang keras untuk hal sederhana yang kita miliki, seperti: rumah, keluarga dan teman baik. So, at least, setelah baca buku ini kita jadi lebih menghargai apa yang kita miliki hari ini.
Kelebihan buku
Buku Of Mice And Men ini sangat menarik untuk dibaca. Selain kaya dengan sudut pandang kaum marginal buruh yang tak punya tanah, buku ini juga mengisi sekilas pandang penulis tentang caranya melihat perbedaan. Melihat diri dan mahluk lain dari semesta yang harusnya sama.
Kekurangan Buku
Buku ini terlalu berat buat anak-anak atau pencinta light reading. Menurutku, mungkin karena segmen pasarnya bukan anak-anak dan pembaca biasa. Butuh pemahaman yang dalam tentang sejarah Amerika di tahun 1937an untuk mengerti kedalaman cerita ini. Meski, mungkin bisa juga dibuat versi sederhananya untuk bacaan mendidik buat anak-anak.
Bandarlampung, 8 Mei 2020
Tuesday, 5 May 2020
Review Rumi The Book of Love: Poems of Ecstasy and Longing
Monday, 4 May 2020
Review Novel Nefertari Sang Ratu Heretik Karya Michelle Moran
Ambisi. Kehancuran. Cinta. Garis. Keturunan. Harapan Babak baru segera dimulai. Darah terakhir siap melanjutkan tahta kekuasaan sang pendahulunya, Nefertari, semua harapan keluarga tertuju padanya (kutipan sampul novel).
Mesir zaman lampau yang jadi latar belakang kisah ini punya nilai eksotis yang tidak dimiliki kisah-kisah kontemporer yang berkembang sekarang. Aspek sejarah yang mewarnai jalan cerita bisa bikin kita penasaran. Apalagi diwarnai dengan konflik yang tak lekang oleh zaman. Cinta.
Di novel ini juga kita dapat mengenal nama dewa-dewa yang dipercaya oleh rakyat Mesir. Dewa-dewa yang dipuja dan ditakuti karena kekuatannya yang dapat merubah nasib manusia.
Sebelumnya, kita akan diperkenalkan karakter yang dikagumi di novel ini. Nefertari. Sosok wanita yang terbuang karena dianggap keturunan dari Nefertiti, penganut heretik yang dibenci sekaligus ditakuti. Nefertiti, sang Ratu yang cantik dan cerdas. Dan Nefertari duanggap tak hanya mewarisi kecantikan dan kecerdasannya, ia pun dianggap mewarisi ilmu sesat!
Aliran sesat yang dianut Nefertiti adalah menyembah hanya satu dewa. Isis. Kepercayaan sesat yang akhirnya menumbuhkan kebencian rakyat Mesir yang politheime.
Stigma buruk yang melekat pada diri Nefertari dibentuk oleh pihak oposisi kerajaan yang tetap ingin melanjutkan garis kekuasaannya berupaya keras untuk menyingkirkan Nefertari dari kerajaan. Membuangnya jauh bagaimanapun caranya. Hingga tak ada jalan lain bagi Nefertari untuk bertahan kecuali melawan.
Mereka takut Nefertari akan bangkit dan merebut kekuasaan orang tuanya kembali! Apalagi melihat kedekatannya dengan Ramses, putra mahkota Firaun Seti.
Kisah cinta yang jadi tema sentral di novel luar biasa ini. Rasa yang menumbuhkan rasa benci, nafsu dan kehausan akan dendam. Cerita yang diawali dengan Nefertari kecil yang masih berusia enam tahun dan Ramses yang kala itu memohon pada dewa Amun untuk kesembuhan adiknya yang sakit. Meminta agar Anubis, dewa kematian tidak membawa adiknya pergi. Sayangnya, pangeran kecil Pili harus pergi bersama Anubis. Meski di tengah protes dan permohonan Firaun Ramses.
"Para dewa takkan mendengarkan permohonan anak-anak! Hal hebat apa saja yang telah kau capai sehingga Amon sudi mendengar permohonanmu! Perang apa yang telah kau menangkan! Monumen-monumen apa yang telah kau bangun!"
Ucapan pendeta agung Kuil Amun inilah kupikir yang jadi titik awal perubahan cara pikir Firaun Ramses untuk membuktikan dirinya sebagai calon pengganti Firaun Mesir Hulu. Di mata calon Firaun ini, hanya pahlawan yang doanya akan didengar oleh dewa-dewa.
Sementara Nefertari yang harus menghadapi kebencian dari Henuttaway harus menerima kenyataan pahit. Ramses dijauhkan darinya oleh tugas sebagai asisten Firaun dan pernikahan Ramses dengan Iset yang lembut dan cantik. Nefertari patah hati.
Perasaan sendiri dan ditinggalkan ternyata hal yang glamour baginya. Karena Woserit, pendeta agung Firaun tak membiarkannya. Ia mengirim Nefertari ke Kuil Hathor untuk belajar. Jauh dari Firaun Ramses. Usaha untuk mengecoh Henuttaway bahwa Nefertari telah menyerah. Padahal ini adalah strategi Woserit untuk mendekatkan Nefertari dengan Firaun Ramses, mempersiapkannya untuk jadi Ratu utama.
Skandal masa lalu Iset dengan kekasih lamanya pun jadi senjata Woserit untuk membakar hati Nefertari. Memberinya harapan untuk bersama Firaun Ramses. Woserit terus melatih Nefertari dan mengajarkan trik untuk bertahan di kerajaan sekaligus merebut hati Firaun Ramses.
Sedangkan Paser, wasir Firaun Seti sekaligus guru Nefertari juga ikut menjejali Nefertari dengan pengetahuan bahasa asing. Ilmu yang diharapkan dapat membantunya menaiki tampuk Ratu Firaun yang berkuasa.
Bagaimanakah nasib Nefertari selanjutnya? Apakah Firaun Ramses akan mempersunting Nefertari sebagai Ratunya? Siapakah Woserit sebenarnya? Kenapa Woserit mau membantu Nefertari naik tahta sebagai Ratu utama? Jawaban yang akan kamu peroleh setelah membaca buku setebal. 443 halaman ini.
Judul Buku : Nefertari Sang Ratu Heretik
Judul asli : The Heretik Queen
Penulis : Michele Moran
Tebal buku : 443 halaman
Penerjemah : Nadya Adwiani
Editor : Saifudin, Selvenia Gusnaeni, Amanda Setiarini M
Cover : Yudi Nur Riyadi
Harga : -
Penerbit : Percetakan Erlangga
Tahun : 4 November 2009
Bandarlampung, 4 May 2020
Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis NIlai-Nilai Kebajikan Universal Sebagai Pemimpin
Assalamualaikum, bapak/ ibu hebat. . Tabik pun.. Salam bahagia. Setelah saya mempelajari modul 3.1, maka saya akan membagikan Koneksi Anta...
-
Aku suka sekali makan coklat. Tapi, aku nggak begitu suka ikan. Aku juga nggak suka bawang merah. Jika makan sayur, aku akan membuang bawang...
-
“… Saya tidak pernah meragukan kebenaran itu sejak (kebenaran) itu ditunjukkan kepada saya. Musa tidak merasa takut bagi dirinya sendiri, ...
-
Seorang pemuda mengerutkan dahinya, hatinya terenyuh melihat seorang ayah yang memukul anaknya di tepi jalan. Ia berjanji pada dirinya sendi...