Saturday 13 June 2020

New Normal: Sebuah Harapan Perubahan

Well, ngomongin new normal ini sesaat alam pikirku yang awam ini terbesit tentang sesuatu yang nggak normal. Seperti kalau seseorang yang diminta untuk jangan menoleh ke kanan, secara nggak sadar kita malah menengok ke kanan. Entahlah, kenapa begitu. Kupikir hal ini kuserahkan pada ahlinya saja.

Secara harfiah bahasa yang kupahami, new normal itu berarti suatu hal normal yang baru. Mungkin perubahan perilaku Entah deh, karena beberapa konsep normal pun menurutku berbeda tiap orang. Sebagai contoh; Seorang yang terbiasa hidup mewah dan kecukupan yang terbiasa dengan makanan enak dan barang branded akan berbeda konsep normalnya dengan orang miskin yang biasa makan seadanya sekedar pengganjal perut dan barang yang sangat terbatas. Atau konsep new normal yang tujuannya adalah keselamatan bersama yang menggunakan azas gotong royong. Bukan bersama dalam konteks sebagian saja. Sementara sebagian yang lain ditinggalkan atau hanya diperhatikan secara sesaat saja. Artinya di sini konsep gotong royong yang hanya berdasar unsur kepentingan 'baju' sebagian saja.



Sedangkan konsep new normal yang lain adalah persiapan kebiasaan hidup baru yang lebih harmonis dengan alam dalam nuansa gotong-royong sebagai akibat dari peristiwa luar biasa  pandemi ini. Konsep yang lebih ramah dengan sekitar dan menjaga keberlangsungan kehidupan masyarakat. Menumbuhkan rasa simpati pada sesama dan lingkungan berikut yang hidup di dalamnya. Sebut saja perubahan prilaku dengan rajin cuci tangan dan memakai masker, kita akan melindungi diri kita dan orang lain dari bahaya menyebarnya pandemi ini. Insya Allah. Apalagi kalau kita mau sedikit berbagi dengan orang sekitar yang menerima dampak langsung dari pandemi ini. Yah, nggak usah muluk-muluk sih, aku biasanya beli kebutuhan pokok dari warung terdekat rumah. Tujuanku ya, selain membantu diriku aku juga ikut menjaga keberlangsungan usaha kecil tetanggaku.

Wuih, gaes.. aku pun nggak ngerti aku ngomong apaan. Okelah, nggak apa ya. New normal di era digital ini juga kan membuka ruang hijau pemikiran, meski yang kupikir ini pun bukannya baru dan normal sekali. Bingung? Aku  juga. Mungkin sama bingungnya dengan para pedagang atau orang awam yang nggak ngerti tentang istilah-istilah yang belakangan muncul sejak pandemi ini. Mereka sih lebih ngerti dengan harga cabe yang melorot hingga di angka dua ribuan perkilo dari tangan petani.  Harga yang dipicu rendahnya permintaan pasar dan banyaknya supply.


Okey, kembali ke new normal yang mungkin erat kaitannya dengan banyak hal mengingat pandemi ini mempersempit ruang gerak hampir semua orang yang dipaksa stay at home sebagai mitigasi penyebaran Covid 19. Hal yang menyisakan hancurnya perekonomian banyak pelaku bisnis di seluruh dunia.


Barusan aku ngobrol dengan beberapa teman yang bisnis tenda dan tata rias pengantin selama tiga bulan ini nol pemasukan. Bahkan seorang teman yang bisnis percetakan curhat kalau ia rugi puluhan juta karena sekolah yang udah pesen untuk cetak soal ujian semester dan US, membatalkan dan menarik semua uang mereka. Padahal kertas sudah dibeli dan sebagian naskah sudah naik cetak. So, ia sekarang harus menjual beberapa barang miliknya untuk menutupi hutang. Begitu pun bisnis lain yang terpaksa menghentikan usaha sementara demi kebaikan bersama.

Nah, gaes.. terlepas apa pun pengertian new normal menurut jumhur ahli yang bicara di telivisi, bagi pemain kelas bawah aka akar rumput ini adalah harapan untuk memperoleh sumber penghasilan kedua. Tentunya dengan tidak meninggalkan sumber penghasilan pertama yang sekarang belum pulih. Contohnya begini, seorang petani cabe yang pendapatannya anjlok hingga terjun bebas di angka dua ribu musti aka kudu cari pendapatan lain. Usaha yang bisa dilakukan berkat mulai dibukanya pasar-pasar dan mal juga warung makan sebagai sarana baru mengais rezeki yang baru. Petani tersebut bisa saja bekerja sampingan sebagai pedagang buah atau menjual langsung produk yang dihasilkan agar memperoleh pendapatan tambahan. Sambil terus mengumpulkan modal untuk menanam cabe nanti. Pointnya sih, ya gitu. Sekarang semua orang harus bisa bertahan hidup dengan menanggulangi kebutuhan perut yang hampir sulit dipenuhi jika stuck at home unless you have savings.

Bagi aku yang seorang guru honor swasta yang bekerja di sekolah swasta yang notabene mengandalkan pemasukan dari spp siswa, pandemi ini sangat mempengaruhi ritme gaji bulanan. Beberapa kolega guru bahkan terpaksa dirumahkan tanpa gaji karena rendahnya pemasukan sekolah. Padahal mereka telah mengabdi bertahun-tahun. Implikasi yang membuahkan keresahan kami semua.


Proses mitigasi penyebaran pandemi ini telah menelurkan empat kali perubaham keputusan sejak awalnya di tanggal 17 Maret 2020. Surat keputusan gubernur yang memerintahkan sekolah untuk mengadakan aktivitas pembelajaran di rumah melalui daring. Konsep pembelajaran yang kudengar akan diluncurkan bertahap melalui ujian dengan sistem digital di tahun 2017 an. Bedanya sekarang harus dilakukan di rumah dengan keterbatasan sarana dan pengawasan sekolah. Dengan kata lain, hampir semua aktivitas mengikutsertakan peran aktif keluarga di rumah. Privilage yang mungkin tak dimiliki semua siswa karena berbagai alasan termasuk masalah finansial.

Seperti yang dulu pernah kuceritakan, eh pernah gak ya? Lupa aku. Okeh, anggap saja sudah ya haha. Maksa ya?
Baiklah, bagi yang belum tahu akan kuceritakan sekilas tentang sekolahku. Nggak banyak, lho..

Sekolahku itu sekolah swasta yang berdiri di tahun 2004 dengan siswa yang awalnya hanya puluhan. Seiring perjalanan waktu dan hebatnya tim marketing sekolah yang melibatkan guru, siswa di sekolahku sekarang menginjak angka seribuan. Alhamdulillah, ya. Sayangnya, perubahan itu tidak diikuti dengan peminat SMK yang kisaran menengah ke bawah. Hal yang berimbas dengan tingginya angka tunggakan. Apalagi sekarang karena pandemi yang meniadakan kontak fisik guru dan siswa. Hingga tagihan bengkak di angka satu milyar lebih. Hal yang memungkinkan guru bakal tidak di gaji bulan depan. Sedih ya?

Jujur sih..bagiku dan teman-teman, harapan yang muncul di masa new normal yang memberi kelonggaran aktivitas di sekolah bikin kami semangat. Sejak senin kemarin kami semua menghubungi wali murid untuk mencicil tunggakan mereka. Usaha yang direspon positif dari pihak wali murid. Tentu saja semua dilakukan sesuai petunjuk pemerintah yang dikeluarkan gubernur. FYI, untuk SMK/SMA sederajat di Lampung, aturannya mengikuti SK Gubernur Lampung. Sedangkan SD dan SMP di Bandarlampung, mengikuti aturan dari Walikota Bandarlampung, Herman HN.

Sumber Keuangan Kedua Bagi Guru 

Welll,  seperti yang kita ketahui, sebagaimana siswa yang punya keahlian yang berbeda, guru pun punya skill beda-beda. So, usaha kami untuk mengatasi permasalahan kantong pun beda-beda. Ada yang ngojek, dagang online, atau bikin kue atau sayur mateng yang dijual di pasar. Aku, sendiri, berusaha dengan jualan. Lumayanlah, aku bisa dapet tambahan beli kuota buat pembelajaran daring.


Beberapa dari kami saling tukaran produk jualan agar nambah konsumen. Bahkan saling bertukar tips untuk nambah konsumen.

Begini nih  tips simpel mendapatkan konsumen;
  1. Sering update status di medsos tentang produk jualan kita
  2. Rajin silahturahmi dengan temen sambil nawarin produk kita. So, dia kasian atau gak enak dan beli dagangan kita.
  3. Rajin promosi keunggulan produk kita sama temen-temen sambil maksa mereka untuk beli. Mengingatkan mereka betapa hidup tak utuh tanpa dagangan kita wkwk
  4. Deketin ortu, saudara, adik dan paksa dengan cara apa pun untuk beli. Janjikan pada mereka bahwa kamu akan lakukan hal yang sama jika mereka jualan juga.
  5. Jika semua tips gagal, ulangi terus sampai berhasil sambil cari cara terbaik untuk marketing dan memperbaiki produk. Pointnya sih, pantang nyerah aja. Kayak Jack Ma gitu gaes..
Kalau ngulik dikit dari buku yang kubaca sih, manusia dalam upaya mempertahankan keberlangsungan hidupnya, selalu memanfaatkan sesamanya sebagai alat, dan menjadikan mereka sebagai pelayan atau budak. (Al Huda Volume 1 2006: hal 105)

Pendapat yang dikolaborasi  oleh Allamah dan Muthahari dari pandangan Darwinian mengenai struggle for life. Sedikit beda dengan  pandangan filsafar eksistensial Heidegger bahwa wilayah eksistensi manusia adalah alat atau sarana memperluas dan pengembang eksistensi masing-masing wujud. 

Eh, mulai ngelantur aku, hehe

Point yang aku mau garis bawahi di sini adalah masa new normal ini adalah masa harapan bagi perubahan yang memberi nilai kebermanfaatan lebih dari tiap individu. Nilai kemanusiaan yang menumbuhkan rasa kasih sayang pada ciptaan Tuhan. Kiranya perenungan selama stay at home menetaskan perombakan pola pikir yang diimplementasikan oleh gaya hidup harmonis yang sehat. Misalnya; kita bisa memanfaatkan kebaikan temen dan keahliannya demi membangun rumah kita. Tentu saja dengan membayar upah sesuai kerja kerasnya. Sikap yang menyeimbangkan hubungan saling memanfaatkan antar sesama yang lebih manusiawi. 

Okelah, demikian ceritaku hari ini yang mungkin bisa diambil hikmahnya. Moga masa new normal ini kita makin lebih rajin berdoa dan berusaha untuk kebaikan seluruh umat di dunia. Aamin.

Salam literasi!

Bandarlampung, 12 Juni 2020

Wednesday 10 June 2020

Review Buku Tafsir Surat-Surat Pilihan, Mengungkap Hikmah Al-quran

Peradaban kita adalah bukti merdekanya suatu kaum. Kita harus menyadari bahwa adanya suatu bangsa tergantung kepada peradabannya yang tetap berdiri pada azas peradaban pendahulunya, yang tidak dimasuki peradaban baru, dan jika tidak demikian, maka bangsa itu akan lenyap atau menjadi "anak pungut".(hal 14)

Buku yang dihadiahkan oleh Quito bin  Motinggo Busye pada bapakku di 19 Agustus 2005 ini merupakan salah satu tulisan ulama Iran, Murtadha Muthahhari. Seorang ulama yang dikenal dengan kezuhudan dan keillmuaannya. Ulama besar yang disegani di zamannya.

Buku yang membahas tentang tafsir surat Al-Insyirah, surat Al-Qadr, surat Az-Zilzal, surat Al-'Adiyat dan surat Al-Ashr ini menjelaskan dengan gamblang hal-hal yang mungkin belum diketahui pembaca. Buku yang baik dibaca bagi yang ingin menimba ilmu Islam. Bonus lain, Murthada Muthahari ini adalah ulama besar yang memahami keilmuan lintas mazhab dalam.Islam, hingga pemahaman kita tentang Al-quran akan melebihi diri kita sebelum membaca buku ini. Insya Allah. Paling tidak, kupikir, dengan membaca buku ini, kita akan memahami bahwa iqro adalah kewajiban.

Kata-kata mengesankan yang kutangkap di awal buku ini adalah tulisan Sa'adi yang bunyinya begini, " Dusta yang putih (yang baik) lebih baik dari jujur yang merusak." Ucapan yang dianggap beberapa orang sebagai alasan untuk tidak mempelajari bahasa Arab karena mengajarkan dusta. Padahal bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan Al-quran. Hal yang akhirnya mengajak orang-orang meninggalkannya, dan lebih mempelajari bahasa yang digunakan oleh Shakespeare yang dianggap lebih jujur. 

Sa'adi pun menceritakan tentang seseorang yang dihadapkan pada raja dan akan dihukum mati. Padahal ia tak bersalah. Lalu, orang itu mencaci maki raja. Raja bertanya apa yang orang itu katakan, dan seorang menteri yang mencintai kebaikan menjawab, "Dan orang-orang yang dapat menahan amarahnya serta memaafkan kesalahan manusia." Salah seorang menteri jahat yang hadir pada waktu itu,  berkata kepadanya, "Tidak boleh berdusta di hadapan raja, kita para menteri mesti selalu jujur". Orang itu memaki-maki raja. Tetapi raja yang arif itu berkata, "Sesungguhnya dusta yang putih yang dikatakan menteri itu demi kemaslahatan umum, lebih utama daripada kejujuranmu yang akan membangkitkan kerusakan. Maka dusta demi kemaslahatan umum lebih baik dari pada jujur yang akan merusak." (hal. 15)

Kutipan ini membangunkanku tentang kekayaan bahasa yang dapat merubah nasib seseorang. Betapa kata-kata itu dapat menentukan kehidupan seseorang baik secara langsung atau tak langsung. Bahkan melebihi tajamnya pedang. Kebayang kan bagaumana berbahayanya kata-kata di lidah orang jahat, begitu pun manfaat yang ditimbulkannya saat kita-kata ada di tangan dan lidah orang yang benar. 

Meskipun aku sangat mengerti kemampuanku yang amat terbatas dalam bidang keislaman, terutama untuk memahami luasnya tafsir surat-surat Al-quran, aku tetap berusaha membaca. Meski terbata-bata. Dan, Alhamdulillah, buku ini tertulis dalam bahasa Indonesia dengan penjelasan yang sederhana dan gamblang hingga aku dapat membacanya dengan perlahan-lahan bak siput sambil berharap kebaikan Allah membuka hatiku agar dapat memahaminya.

Baiklah, gaes, sebagaimana layaknya bayi yang baru mulai belajar, aku akan membaca buku ini dan menuliskan yang kupahami saja. Selebihnya, bisa kita diskusikan di lain kesempatan. Insya Allah. Oh, ya sebelum aku lupa, maklum lah-aku lebih sering baca buku terjemahan bahasa Inggris, kali ini aku akan mulai seperti penulis ini. Semoga syafaat tercurah bagi kita yang meneladani kebaikan. 

Alhamdu lillahi Rabbil 'Alamin, segala puji bagi Allah, pengatur semesta alam, Pencipta seluruh mahluk. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada hamba Allah, Rasul-Nya, Nabi-Nya dan Pilihan-Nya, pemuka kita dan pemimpin kita, Abal Qasim, Muhammad Saw, dan kepada keluarganya yang baik dan suci.

Awal buku ini membahas surat Al-Insyirah. Surat Al-Insyirah Al-Muharakah ini adalah surah yang diriwayatkan pada Rasul Saw. Surat ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, mengingatkan akan anugerah Allah dan pertolongan-Nya kepada Rasulullah. Bagian kedua, berupa suatu pengajaran, yaitu inayah dan penjelasan tentang suatu sebab ('illah). Dan bagian ketiga, berisi penarikan kesimpulan.

Menurut jumhur ulama, dikarenakan keterkaitan antara surat Adh-Dhuha dan surat Al-Insyirah, maka keduanya dianggap sebagai satu surat. Bukan dua surat yang terpisah. Demikian juga surat Al-Fil dan surat Quraisy. 

Penjelasan mendalam di surat ini yang menggelitikku adalah mengenai makna syarh (melapangkan). Para mufassir memandang secara umum syarhush shadr ialah sa'atush shadr (luas dada). Ungkapan lazim dalam bahasa Arab yang termaktub dalam sebuah hadis;

"Tanda kepemimpinan seseorang itu adalah luasnya dada."

Makna yang bukan dalam pengertian secara fisik seseorang yang beedada besar. Sa'atush shadr disini maksudnya adalah orang yang dapat menyelenggarakan tugas yang dipikul dengan baik dan sabar. Hal yang merujuk pada kemampuan seseorang dalam memikul beban yang berat serta kemampuannya bersabar.

Kita bisa mengambil contoh seorang kepala keluarga, bila ingin mengatur rumah tangganya dengan baik, dia harus memiliki sufat yang lapang dada. Jadi, semakin luas maqom kepimimpinannya, makin berlapang dada dan besar sifat sabarnya.

Nah, itu baru pengertian satu kata. Penjelasannya bisa begitu dalam dan indah. 

Selanjutnya, dalam Tafsir Surat Al-'Adiyat yang masih terdapat perbedaan apakah surat ini makkiyah atau madaniyyah. Dari segi penukilannya juga terdapat sebab-sebab yang tidak begitu jelas. Kalau dilihat dari dialektikanya, Surat ini tergolong Surat yang mempunyai ayat-ayat pendek, mirip Surat-Surat makkiyyah. Sedangkan Surat-Surat makkiyyah diturunkan pada permulaan bi'tsah Rasulullah dan memiliki ciri-ciri tahdzir (mewanti-wanti), tadakir (memberi peringatan) dan takhwif (menakut-nakuti). Adapun Surat-Surat madaniyyah pada umumnya menjelaskan hukum-hukum dan undang-undang, oleh karenanya panjang-panjang dan terperinci. (hal 65)

Al-quran ingin menyatakan melalui Surat ini tentang peperangan yang merupakan perkara suci bagi Allah. Bahkan dalam beberapa riwayat, ayat-ayat ini diturunkan berkenaan dengan salah satu peperangan yang dinamakan Dzatus Salasil (yang mempunyai rantai) karena musuh banyak yang ditawan dan diikat satu persatu hingga membentuk rantai.

Anyway, gaes... buku tafsir bercover hitam dengan tebal 92 halaman ini sangatlah layak untuk kamu baca. Selain sebagai pengingat kita, buku ini pun memberi semangat bagi generasi digital ini tentang pentingnya belajar bahasa Arab untuk memahami Al-quran. Sebagaimana ingin mengenal Islam, pelajarilah bahasanya. 

Akhirnya, aku akan menutup tulisan ini dengan, 

Wa tawashau bish- Shabr
Dan saling berwasiat dalam kesabaran

Manusia itu wajib mengetahui bahwa dia harus mengerjakan amal salih secara terus-menerus. Dia harus memiliki sifat sabar, dia harus punya perlawanan, dia harus tetap berjuang hingga datang pertolongan Allah kepadanya. (hal. 89)

Bandarlampung, 10 Juni 2020

Monday 8 June 2020

Shahnameh: The Tragedy of Iranian's Kings


Shahnameh yang ditulis oleh Ferdowsi selama lebih dari 30 tahun ini mengingatkanku akan cerita Beawulf. Cerita klasik yang menggambarkan tentang kepahlawanan, keberanian, keteguhan hati, kesetiaan dan cinta. Kisah yang berakar dari mitos kuno yang membumi dalam budaya masyarakat. Pemikiran yang terefleksi dari karya fenomenal ini adalah bukti kekayaan imajinasi manusia. 

Karya yang aslinya berbentuk syair terpanjang dalam sejarah Iran ini teediri dari ribuan kata hikmah tentang kehidupan. Gambaran bagaimana tak ada hal yang baru di atas bumi ini. Bahwa sejak dulu kala kebaikan itu selalu menentang kejahatan. Bahwa manusia itu dengan ijin Tuhan dapat merubah nasibnya dengan berusaha sungguh-sungguh.

Karya klasik berlatar sejarah Iran kuno ini pun jadi rujukan ilmuwam untuk memahami tentang budaya Iran yang erat dengan nilai spiritual. Bagaimana orang Iran kuno memiliki ketaatan dan kesetiaan pada Ormuzd, penguasa semesta. Rasa taat yang kental hingga membutakan kesenangan diri dan rela melepaskan kenikmatan dunia. Bahkan mengorbankan nyawa sekalipun bukan suatu hal yang sulit dilakukan karena kepercayaan atas kehidupan abadi setelah dunia yang fana ini. Pengharapan atas balasan kehidupan lain setelah kematian. Surga. Hal yang membuat orang Iran tak pernah takut atas kematian. Karakter yang digambarkan dengan vivid oleh Ferdowsi dalam tokoh Sam, Zal dan Rostam. Tokoh-tokoh ksatria keturunan Feridoun yang membintangi Shahnameh ini.

Dalam cerita ini akan kita temukan  kehidupan di Iran saat masih menyembah dewa-dewa. Kepercayaan kuno tentang kekuatan gaib yang menyertai penguasa semesta (Ormudz),  kekuatan penguasa jahat (Ahriman) dan putranya (Deev) dan malaikat penolong (Oshrmogh). Mereka percaya bahwa Tuhan yang membimbing, atau menghukum manusia sesuai perbuatannya. 

Shahnameh berturur tentang penyesalan, penderitaan, keserakahan, cinta dan dendam  menenggelamkan kewarasan manusiayang. Bagaimana mereka tergantung akan kebijakan dan keberanian dari Feridoun dikarenakan raja, Shah mereka yang lemah, bodoh dan serakah. Hingga berkali-kali Shah terjebak oleh tipu daya Ahriman dan menjadikan keadaan kerajaan kacau-balau dan hampir musnah. Untunglah, berkali-kali juga Sam dan keturunannya berhasil menyelamatkan kerajaan. Meski karena itu juga tanpa sengaja Rostam putra Zal putra Sam membunuh anaknya sendiri, Sohrab. Peristiwa yang berujung kesedihan berkepanjangan bagi Rostam. Padahal putra Zal yang perkasa ini hampir tak pernah terkalahkan.

Okeh, biar tambah penasaran kuceritakan sedikit cuplikan Shahnameh ini. 

Alkisah dulu Persia dikuasai oleh Kaiumers yang menduduki tahta sebagai penguasa dunia. Kejayaannya bagai matahari. Kemasyurannya membuat Ahriman iri dan bersatu bersama balatentaranya yang dibantu oleh Sang Perkasa Deev untuk menghancurkan Kaiumers serta Saiamuk putra Kaiumers.  

Serosch, malaikat penjaga yang membela manusia dari jeratan Deev, yang mengelilingi bumi selama tujuh kali setiap malam demi menjaga anak-anak Ormuzd, menyadari ancaman Ahriman. Ia mengingatkan Kaiumers. Lalu, mengirimkan Saiamuk untuk melawan Deev. Sayang, Deev ternyata lebih perkasa. Saiamuk hancur di tangan Deev.

Kabar duka ini membuat Kaiumers berkabung selama setahun. Bahkan, binatang buas dan burung-burung pun ikut menangis bersama Kaiumers hingga kesedihan menyelimuti bumi. Langit pun gelap. Serosch pun meminta Shah mengangkat kepalanya untuk menuntut balas. Kaiumers setuju dan mengirim Husheng, putra Saiamuk untuk memimpin pasukan yang terdiri dari mahluk-mahluk buas hingga Deev hitam ketakutan dan kalah. Husheng pun naik tahta.

Husheng, memimpin dengan bijak dan adil selama empat puluh tahun. Keadilan memakmurkan negeri. Kemudian, Tahumers putra Husheng pun bukan penguasa yang tidak hebat. Tahumers membuka mata manusia akan seni menulis dan mendengarkan suara mereka. Hal yang membuat Deev makin iri dan berusaha menyebarkan kejahatan pada manusia.

Tahumers memerintah selama tiga puluh tahun, hingga digantikan oleh Jamshid yang hatinya penuh dengan nasihat ayahnya. Jamshid menguasai tanah yang kejayaannya berusia 700 tahun, dengan Deevs, burung-burung, dan para peri yang patuh padanya. Dunia pun lebih bahagia, tak ada kematian, dan kesedihan. Ia juga membagi manusia dalam kelompok-kelompok; pendeta, tentara, dan suami. Ia pun membagi tahun dalam periode-periode. Dan, dengan bantuan Deev, ia membangun proyek raksasa, Persepolis yang hari ini disebut Tukht-e-Jemsheed yang berarti meaneth the throne of Jamshid. Saat selesai, manusia berkerumun dari seluruh bumi untuk berpesta, Neurouz atau New Day. Kejayaan Jamshid makin harum, dan dunia damai. 

Kemasyuran Jamshid melalaikannya akan sumber dari berkah yang ia dapatkan. Jamshid bahkan menganggap dirinya Tuhan, dan membangun image untuk disembah. Mubid yang mendengarnya menundukkan kepala, Tuhan melepaskan diri dari Jamshid, raja-raja dan tentara memberontak, dan Ahriman menguasai dunia.

Lalu, di sebuah padang pasir Arabia hiduplah seorang raja bernama Mirtas yang bijak dan adil. Mirtas memiliki putra bernama Zohak. Ahriman pun menyamar sebagai saudagar untuk menggoda Zohak untuk meninggalkan nilai kebaikan. Ia berkata pada Zohak, " If thou wilt listen to me, and enter into covenant, I will raise thy head above the sun."

Nah, godaan Ahriman ini menyelimuti hati Zohak hingga tanpa sadar membantu Ahriman untuk menjebak Mirtas. Setelah itu Zohak meletakkan mahkota Thasis di kepalanya. Ahriman juga mengajarkannya seni magic untuk memerintah rakyatnya dalam kebaikan dan keburukan. 

Zohak, yang terpedaya dengan kekuatan magic dari Ahriman, menganggap dirinya berkuasa melebihi Sang Pencipta.  Ia pun menutup telinga dari semua keluhan. Bahkan menjadikan dirinya sebagai penguasa Arabia dan Iran. Penguasa yang lalim hingga kegelapan menutupi dunia.

Namun, Ormuzd tergerak dengan kasih sayangnya pada manusia, dan mengumumkan bahwa mereka tak seharusnya menderita karena dosa Jamshid. Ia pun menjadikan cucu Jamshid lahir ke dunia, Feridoun.

Saat kelahiran Feridoun, Zohak bermimpi tentang seorang pemuda seperti cypress yang menghantamnya ke bumi dengan cow-headed mace. Sang lalim gemetar dan memanggil Mubids untuk menafsir mimpinya. Mubids gelisah mendengarnya, khawatir sang Lalim akan gusar dengan tafsir mimpinya. Mereka pun butuh waktu tiga hari untuk memberanikan diri menyatakan arti mimpi tersebut.

Demikianlah, mubids lari ketakutan dengan amarah Zohak setelah menggambarkan arti mimpinya. Menjadikan Zohak menderita. Pahit dan tak bahagia. 

Sedang ibu Feridoun ketakutan Shah akan membinasakan anaknya. Ia pun menyembunyikan Feridoun di hutan dan dirawat oleh sapi hebat, Purmaieh yang rambutnya bagai peacock keindahan. Purmaieh merawat Feridoun selama tiga tahun di hutan hingga sang ibu yang ketakutan meminta seorang petapa di Gunung Alberz.

Kekejaman Zohak menimbulkan penentangan dari seorang pandai besi, Kaweh yang memiliki tujuh belas putra. Semuanya dibunuh oleh anak buah Shah kecuali satu putra, hingga Kaweh menuntut keadilan. Shah yang takut dengan amarah Kaweh, melepaskan satu putra Kaweh. Ia juga dengan berani menentang Shah dan bergabung menuju istana Feridoun.

Setelah enam belas tahun berlalu, Feridoun turun dari Gunung Alberz. Ia mencari sang ibu untuk mengetahui asal-usulnya dan bersumpah untuk menumpas Zohak dan kroninya menjadi debu. Feridoun memohon doa sang ibu dan bergabung bersama Kaweh. 

" Mother, I go to wars, and it remaineth for thee to pray God for my safety."

Feridoun membawa gada raksasa yang polanya hingga ke bumi, dengan ujungnya adalah kepala sapi sebagai pengingat atas pengasuhnya, Purmaieh. Ia juga menggunakan standar Kaweh dari brokat indah Roum dengan permata yang menggantung. Saat siap, mereka bergerak mencari Zohak yang ada di Ind karena mencari Feridoun. Lalu, mereka pun menuju Baghdad yang ada di tepi Tigris. Mereka berhenti dan meminta penjaga membuka gerbang penyebrangan. Para penjaga menolak, kecuali merela menunjukkan stempel raja. Feridoun pun dengan berani menyebrangi Tigris diikuti pasukannya. Kuda-kuda mereka yang berani berhasil menyebrangi Tigris hingga ke tepian. Mereka pun tiba di kota yang sekarang disebut Jerusalem, dan berdiri di depan bangunan megah yang Zohak bangun. Saat Feridoun memasuki kota, orang-orang yang membenci Zohak mengelilingi Feridoun yang akhirnya membasmi Zeev dan memutuskan kejahatan yang menaungi tembok kota. Berkat izin Tuhan dan restu ibu, Feridoun menaiki singgasana dan meletakkan mahkota di kepalanya dan menyebut dirinya Shah.

Selanjutnya, Zohak yang mengetahui berita tersebut, kembali ke kota. Tapi tentara Feridoun melawannya bersama rakyatnya. Sepanjang hari bebatuan jatuh dari dinding, panah dan tombak pun menghujani bagai awan gelap hingga Feridoun berhasil menaklukkan Zohak. Tapi Serosch melarang Feridoun untuk membunuh Zohak, "Not so, strike not, for Zohak's hour is not  yet come." Seroch meminta Feridoun mengikat Zohak di sebuah batu dengan rantai. Feridoun membawa Zohak ke gunung Demawend dan meninggalkannya di sana menderita. Matahari panas yang membakar di lereng tandus, tak ada semak atau pohon yang menaunginya, serra rantai yang mengelupas di kulitnya, lidahnya pun mengering kehausan. Akhirnya, bumi pun menimbun Zohak si zalim. Sementara Feridoun bertahta.

Gaes.. FYI ini baru bagian awal cerita dari karya epic ini, masih ada kisah Zal yang dibesarkan oleh The Birth of God, kisah cinta Zal dan Rodabeh, Rostam putra Zal, The March into Mazandaren yang berkisah tentang shah lemah yang jatuh di pelukan godaan Ahriman, dan kisah-kisah lain yang sayang jika tak dibaca. Kisah-kisah kuno yang mungkin menginspirasi kisah legendaris yang datang setelahnya. Sebagaimana kisah Shakespeare yang mungkin terinspirasi oleh cerita sebelumnya. 

Okeh, kembali ke kisah Feridoun yang bakalan menjaga keberlangsungan tahta Shah. Kita akan mengetahui tentang kisah tragis yang bikin kita berpikir dan menyadari bahwa cinta itu abadi  dan berjalan beriringan bersama kesedihan, kematian, pengorbanan dan keberanian. 

Hal yang begitu menyentuh hatiku adalah bagaimana hancurnya hati Rostam saat ia mengetahui bahwa pemuda perkasa yang tak sengaja ia bunuh adalah Sohrab, putranya sendiri. 

"Bearest thou about thee a token of Rostam, that I may know that the words which thou speakest are true? For I am Rostam the unhappy, and may my name be struck from the list of men!"

Penderitaan Rostam karena dosanya membunuh putranya seolah tak tertanggungkan. Ia bahkan bersumpah untuk tak akan mengangkat pedangnya lagi. Rostam tenggelam dalam duka.

"I that am old have killed my son. I that am strong have uprooted this mighty boy. I have torn of my child, I have laid low the head of a Pehliva."

Ratapan Rostam ini adalah gambaran betapa perang bisa menutupi rasa kasih sayang. Menyisakan segala yang seolah kemenangan dan kejayaan kecuali ketenangan jiwa dan kebahagiaan. 

Membaca kisah ini juga bikin kita makin mengerti bahwa kebahagiaan dan kekayaan itu bukan dari kekuasaan dan kecantikan dunia, tapi dari ketaatan dan kepatuhan pada Tuhan dan orang tua kita. Kisah epik yang apik dibaca buat semua umur.

Bandarlampung, 8 Juni 2020

Sunday 7 June 2020

Review Buku Tales of Unease karya Sir Arthur Conan Doyle



Tales of Unease yang ditulis oleh  Sir Arthur Conan Doyle ini terdiri dari lima belas cerita yang sarat dengan petualangan berlatar tempat-tempat yang belum pernah kukunjungi. Bahkan, penulis yang menghasilkan karya Sherlock Holmes bersama Watson ini menurutku dapat menceritakan detil fisik dan suasana yang dapat menjalin cerita dengan apik. Membuatku bisa membayangkan dan seolah menyaksikan kejadian tersebut.

Mungkin, profesi Conan Doyle yang juga seorang dokter lah yang menjadikan karyanya, termasuk The Tale of Unease ini seolah nyata. Selain keahliannya menjalin kata-kata sebagai storyteller, pencerita yang ulung. Seorang yang melenakan pembaca lewat kata dan membawa mereka jauh melewati imajinasi yang tak terbayangkan. Larut dalan cerita yang membaurkan mimpi dan kenyataan dalam sebuah buku.

Tale of Unease yang dimulai dengan kisah The Ring of Thoth yang melukiskan ide cerita dalam gambaran yang tak subtle tentang karakter Vansittart Smith, pelajar Inggris yang inconsisten dengan pilihan karir dan hidupnya serta bagaimana caranya meraih keinginannya. Hingga ia bertemu dengan seorang immortal berkebangsaan Mesir, Sosra yang punya satu keinginan. Mengakhiri hidupnya agar bisa bersatu dengan kekasihnya, Atma yang telah mati beratus tahun lalu.

Membaca kisah The Ring of Thoth ini pasti akan menghadirkan perbedaan persepsi tentang arti kehidupan ini. Membuat kita berhati-hati dengan apa yang kita inginkan. Karena kadang yang kita inginkan belum tentu yang terbaik bagi kita. Bahkan terkadang, keinginan bisa bikin hidup kita menderita. Seperti Sosra yang ingin hidup kebal dari penyakit dan kematian, menyesali hidupnya dan meratapi pilihannya karena ia tak bisa bersama Atma, kekasihnya. Kematian yang awalnya tak ia inginkan, justru menjauhkannya dari yang paling ia cintai.

Cerita selanjutnya berjudul The Lord of Chateau Noir. Berkisah tentang pembunuhan anak buah Kolonel Von Gramm. Kisah yang melibatkan polisi  saksi, dan tertuduh yang diawali dengan bagaimana Von Gramm berusaha mengumpulkan bukti-bukti untuk menangkap si pembunuh. Berdasarkan kesaksian disimpulkan bahwa tersangka utama adalah seorang Count yang dianggap unstable sejak kematian anak satu-satunya. Penelusuran dari penyidikan polisi terus berlangsung. Bahkan Captain Baumgarten berhasil menggrebek kediaman Count of Chateau Noir. Sayang, Baumgarten awalnya tak berhasil menemui Chateau Noir. Hingga ia dijamu oleh Chateau butler dan tak menyadari bahwa dirinya dijebak.

Kisah berlatar perang ini menggambarkan kebencian Chateau Noir atas tentara German yang punya andil atas pembunuhan anaknya. Meski begitu, ia tak membalas kematian anaknya dengan membunuh Baumgarten. Meski tak bisa dijadikan pembenaran bahwa ia tak membunuh anak buah Van Gramm.

Sungguh, membaca kisah ini bikin aku terus menduga-duga dan penasaran. Membuatku berpikir bahwa penulis memang membiarkan pembaca untuk menyimpulkan sendiri akhir dari cerita ini. Menjadikan kita merasa addicted dengan cerita-cerita selanjutnya.

Terbayang kan gimana seseorang bisa ketagihan untuk terus membaca dan membaca cerita Conan yang mengasyikkan ini ? Bagaimana seorang Conan Doyle dengan pengetahuan akademis yang ia miliki bisa membawa latar suatu peristiwa bisa terkesan nyata. Hingga pembaca diajak untuk menyelidiki penyebab suatu, mengumpulkan bukti dan mencari jalan keluarnya. Mungkin ini yang jadi kekuatan buku-buku Conan Doyle di mata pembaca setianya..

Selain itu, kekuatan tulisan ini bisa jadi didasari oleh tempat-tempat eksotis yang pernah penulis kunjungi. Serta ketajaman intuisi penulis menuangkan ide cerita dalam buku hingga aku pun senang membaca buku yang bisa dibaca semua umur ini.

Eh, masih ada tiga belas cerita di buku ini yang belum kupahami. Sepertinya perlu kubaca ulang hehe. Tunggu besok, ya! See ya!

Anyway, thaks for dropping in^^

Bandarlampung, 7 Juni 2020

Judul buku : The Tales of Unease
Penulis        : Sir Arthur Conan Doyle
ISBN            : 81-7826-415-3
Penerbit      : Rohan Book Company
Terbit           : 2003
Printed at    : Verdhman Offset, Delhi
Tebal            : 248 halaman

Monday 18 May 2020

Pride and Prejudice's Vs Great Expectation's Reviews

Novel merupakan karya sastra yang mencerminkan kehidupan masyarakat di mana penulis hidup. Meski tak terlepas dari kreativitas atau imajinasinya yang mungkin melewati zaman. 

Karya sastra adalah buah ekspresi yang mungkin membebaskan manusia dari keterikatannya dengan semesta luas yang terbatas ini. Sebuah karya yang bisa melebihi batas kehidupan itu sendiri. Abadi.

Bahkan novel seperti Pride and Prejudice yang diciptakan oleh seorang wanita, Jane Austen yang karya-karyanya berisi tentang romantika ala renaisanse yang berbeda dengan novel  San Pek Eng Tay. 

Lalu, novel Great Expectation yang bercerita tentang pahitnya kehidupan dengan pengharapan yang besar. Kepahitan hidup yang jadi realitas yang harus dihadapi.

Sementara Pride and Prejudice berakhir bahagia, Great Expectation berakhir dalam penerimaan akan realita kehidupan. Bahwa hidup tak selalu berakhir sesuai harapan.

Aku masih ingat saat baca Pride and Prejudice waktu zaman kuliah dulu. Sekitar tahun 2000. Kebetulan aku bantu temen ambil novel ini sebagai bahan skripsinya. Zaman itu aku lagi hobi banget baca buku romance dari novel NH Dini, Rudyard Kipling, dan Jane Austen. 

Aku baca Emma, Sense and Sensibility, dan Pride and Prejudice. Dari semua karya Jane Austen, aku paling suka Pride and Prejudice. Sayangnya, filnya nggak segreget novelnya.

Kalau kubandingin karakter-karakter dari Pride and Prejudice yang menonjolkan tokoh heroine, Great Expectation menampilkan tokoh hero (Pip). Mungkin itu karena penulis Pride and Prejudice adalah seorang wanita, dan Great Expectation ditulis oleh seorang pria, Charles Dicken.

Latar belakang keluarga heroine ( Elizabeth Bennet) dalam Pride and Prejudice adalah keluarga bangsawan menengah yang punya title, meski tak punya uang aka miskin. Sementara Pip dalam Great Expectation berasal dari keluarga miskin. Seorang orphan yang tak punya uang dan title.

Perjuangan keluaga Elizabeth Bennet mengangkat derajat keluarganya adalah dengan menikah dengan suami kaya. Marriage in convinience. Sedangkan Pip berjuang keras dan bekerja di London untuk merubah nasibnya. Impian keduanya hampir sama. Bahagia.

Sayangnya, akhir cerita memang tak sesuai harapan kita. Begitu juga dalam Great Expectation. Sekeras apa pun usahanya, mimpinya tetap mengalir bagai pasir di jemari tangannya.

Bisa kukatakan dengan sederhana bahwa membaca Pride and Prejudice akan bikin kamu tersenyum. Berkhayal jadi heroine, Elizabeth Bennet atau sang hero yang kaya, muda dan tampan, Darcy. Alam pikirmu akan tenang.

Sedangkan akhir cerita Pip akan bikin kita mengerutkan dahi dan berpikir. Tentang hidup, persahabatan, atau tentang cinta yang tak bisa kita miliki.

Bandarlampung, 18 Mei 2020


Review HardBook Vs e-Book: Manakah Yang Lebih Mudah Bagi Siswa?


Keep light and overtake (Ali bin Abi Thalib)

Seperti yang kita pahami, menuntut ilmu adalah kewajiban. Tentunya hal itu tak terlepas dari harapan kita agar hidup lebih mudah dan menyenangkan.

Nah, salah satu cara untuk membuat hidup lebih mudah adalah dengan menciptakan produk inovasi, teknologi buatan. Produk yang tercipta dari proses belajar yang berkelanjutan. Tentunya dengan terus memperbaiki kompetensi / kemampuan, mengevaluasi diri dalam menyelesaikan masalah.

Penyelesaian masalah yang timbul dalam kehidupan ditawarkan dalam banyak bentuk; sederhana/mudah, sedang, atau kompleks/ rumit. Proses yang disesuaikan dengan masalah yang ada, seperti: proses bikin buku/ kertas, makin rumit proses pembuatannya, makin innovative hasilnya. Begitu pun sebaliknya.

Seperti isi buku yang kompleksitas masalah yang ditulis dan dibahas akan mempengaruhi value buku tersebut. Memberikan manfaat lebih yang dapat membantu kita menyelesaikan masalah. 


Buku juga merefleksikan keadaan zaman, perubahan yang dinamis di kalangan masyarakat terutama dunia pendidikan. Hal yang dapat menstimulus percepatan perubahan manusia ke arah yang lebih baik.

Dalam perkembangannya, buku juga menjadi catatan penting yang dapat digunakan pelaku penting di kelas untuk mengembangkan diri. Pelaku pendidikan yang langsung bersentuhan dengan buku, guru dan siswa yang berproses bersama demi meraih tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.

Dalam proses pembelajaran sesuai standar pencapaian belajar,  seorang siswa membutuhkan bimbingan orang tua, ustad/ ustazah, guru atau trainer/ mentor. Tujuannya agar proses berjalan secara sistematis, efisien dan terukur. Proses panjang yang butuh pengorbanan waktu, tenaga, dan uang. Juga kolaborasi dari semua aspek masyarakat.

Untuk mempermudah proses training/ pembelajaran, guru dan anak/ siswa tentu saja membutuhkan sarana belajar,  buku sebagai sumber materi belajar. Buku yang berisi kurikulum pembelajaran, materi, dan teknis pembelajaran.

Buku yang dalam proses perkembangannya terus berubah sesuai perkembangan zaman. Perubahan zaman dari yang serba konvensional/ manual hingga digital yang praktis dan mudah. Perubahan yang menuntut guru dan siswa untuk terus belajar dan belajar.

Perubahan zaman yang dipengaruhi oleh berkembangnya teknologi buatan yang bertujuan mempermudah kita menjalani aktivitas sehari-hari juga mempengaruhi buku. Perubahan yang terlihat dari bentuk, isi, ataupun penggunaan buku.

Produk artificial inteligency yang mengubah human behaviour termasuk dalam proses pembelajaran yang melibatkan buki terus memaksa pelaku pendidikan untuk merubah konsep pembelajaran di kelas. Sederhananya sih, seperti mengubah penggunaan buku tebal yang berat dengan gawai ringan. Produk teknologi yang membantu proses belajar hanya dalam satu sentuhan jari saja.

Produk yang memunculkan efek signifikan bagi pengguna, terutama bagi siswa. Efek yang memaksa siswa untuk merubah cara belajar.

Pada dasarnya, siswa yang notabene adalah generasi Z ini tidak mengalami banyak kesulitan untuk mengikuti perubahan zaman. Generasi Z, terutama siswa SMK yang kuajar adalah generasi yang cerdas. Mudah beradaptasi dengan teknologi baru.

Aku sih sering memperhatikan anak-anak ini bergelut main game dengan gawainya selama  berjam-jam dengan asyik, meski di jam pelajaran. Bahkan ada yang bisa bikin applikasi game dan menghasilkan uang bulanan. 

Sayangnya, generasi Z yang kuajar ini (SMK) tidak memiliki kecenderungan membaca buku teks. Maksudku, anak-anak SMK ini lebih tertarik dengan dunia praktik. Beberapa menganggap praktik lebih menantang dibanding membaca yang hanya sekedar teori. Konsep ini tertanam mungkin karena tujuan siswa masuk SMK adalah untuk bekerja.

Apa pun opini siswa (SMK) tersebut, membaca buku itu penting untuk mempermudah proses belajar. Buku yang dapat menyimpan teknis  dan tulisan untuk dipelajari dan praktekkan. Ilmu praktis yang berguna di dunia kerja.

Sebagai guru, aku sih tidak bisa membayangkan mengajar dan belajar tanpa buku. Betapa sulitnya harus mengingat semua yang kupelajari. Apalagi dengan keterbatasanku. Artinya, akan banyak hal yang tanpa sengaja akan hilang atau terlupakan. Sedih kan membayangkan ilmu menghilang? Apalagi hanya karena tak ada catatan dalam bentuk tulisan dalam buku. Apapun bentuknya.

Aku beruntung mendapati teknologi yang akhirnya menghasilkan kertas atau yang terbaru sekarang ini, e-book. Kebayang kan repotnya bawa buku dari daun, batu atau kain yang berat, langka, mahal atau mudah rusak itu. Pastinya, banyak dari kita yang sulit untuk mengakses buku-buku model jadul itu.

Aku sebagai guru SMKS, sadar dengan keterbatasan SDM guru (di tempatku), baik dalam segi kuantitas maupun kualitas. FYI, banyak guru SMK yang ngajar mapel tidak linear dengan bidang keilmuannya, misalnya: guru Fisika ngajar otomotif, guru PKN ngajar Bahasa Indonesia, guru MTK ngajar TIK. Itu pun diperparah dengan sumber ajar mapel produktif (otomotif, listrik TIK dll) yang terbatas. Plus jam mengajar yang mencapai lebih dari 30 jam. Beberapa mengajar lebih dari 40 jam! Alhasil, guru SMK kelelahan dengan tugasnya mencari bahan mengajar dan jam mengajar yang padat. Belum lagi kalo harus mengurus anak yang bolos, berantem, dan alpa. Bahkan guru pun harus mengurus tugas tambahan seperti: BKK, LSP atau kegiatan rutin ujian, perpisahan atau kegiatan lain. Untungnya sih,  guru jadi lebih banyak belajar dan dapat uang tambahan. Meski belum juga dapat memenuhi kebutuhan buku sebagai bahan ajar.

Mengingat hal tersebut, kemudahan dari ketersediaan buku sangat membantu guru dalam proses belajar. Guru nggak perlu teriak-teriak ngajar di kelas yang siswanya cowok semua untuk mengajar. Siswa dapat membuka buku dan belajar mandiri atau kelompok dengan bimbingan guru. 

Anyway, aku nggak akan bicara tentang hal yang belum kupahami. Aku hanya tahu kalau e-book itu lebih kekinian dan murah dibanding hardbook yang terbuat dari kertas. Dua jenis buku yang punya implikasi unik bagiku sebagai guru dalam menjalankan proses belajar bersama siswa di ruang kelas. Aku juga nggak akan cerita tentang masalah harian di kelas, seperti: sebagian besar siswa di kelas hanya bawa badan aka tidak bawa buku dan pen. Semuanya ditinggal di kelas dan sering hilang. Entah siapa yang ambil. So, awal belajar pasti disibukkan dengan lebih siswa yang pinjam buku, pen atau alasan lain. Well, aku nggak akan cerita itu. Aku hanya akan cerita tentang pengalamanku terkait hardbook dan e-book. Itu aja.

Nah, agar lebih afdol, aku akan ceritakan sedikit tentang sejarah kertas yang berhasil kucatat.

Sejarah kertas

Kertas yang awalnya ditemukan di abad kedua di Cina oleh Cai Lun. Saat itu Cina ada di bawah pemerintahan dinasti Han dengan Kaisar Ho-Ti sebagai penguasa. 

Kertas yang aksesnya masih terbatas di kalangan istana dan pelajar. Hanya sebagian kecil orang biasa yang bisa mengakses kertas pada zaman itu.

Proses pembuatan kertas pun masih dirahasiakan hingga para pembuat kertas tersebut tertawan dan membocorkan rahasia tersebut di tahun 751. Hingga menyebarlah kertas di seluruh dataran Eropa dan ditemukannya mesin pencetak kertas oleh Johann Gutenberg.

Lalu muncullah ide e-book oleh Brown di tahun 1930an gara-gara ia nonton sebuah moving-film. Ia ingin bisa membaca dengan cepat.

"To continue reading at today's speed, I must have a machine." (Brown, 1930)

Impian Brown terwujud 40 tahun kemudian, yaitu: di tahun 1971 dengan diluncurkannya Project Gutenberg dan didigitalkannya Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat oleh Michael S. Hart. Ini dianggap sebagai e-book pertama di dunia.

Kemudian di 1998 muncul  empat kejadian yang berkaitan dengan e-book
1. E-book pertama kali diluncurkan
2. ISBN e-book pertama kali diperoleh
3. Perpustakaan AS pertama kali meluncurkan e-book gratis melalui layanan website
4. Google didirikan oleh Larry Page dan Sergey Brin


Hingga di tahun 2013 penjualan e-book mengalahkan penjualan buku dengan keuntungan sekitar 3 juta dollar. Sekitar 20% dari total penjualan.

Perubahan zaman yang diikuti perkembangan artificial inteligency tak mungkin bisa dihindari. Akibatnya, mau tidak mau sistem pembelajaran pun harus mengikuti. Tujuannya agar proses belajar jadi lebih innovative dan efisien.

Implikasi dari hal ini tentunya adanya perubahan di hampir semua aspek pendidikan. Penggunaan sistem manual pun mulai dialihkan ke sistem komputerisasi digital, seperti: dapodik, e-raport, dss, Rumah Belajar, dll. Perubahan yang memaksa semua unsur terkait untuk bersinergi/ berkolaborasi untuk membantu percepatan peningkatan kualitas belajar siswa.

Penggunaan Hardbook vs E-Book 

Euforia penggunaan e-book yang mulai muncul di tahun 2007 saat peluncuran Kindle e-book reader Amazon di AS mengubah behavior belajar siswa dan guru. Menciptakan peluang belajar yang lebih luas. 

Sayangnya untuk implementasi di sekolahku sendiri,  kemudahan penggunaan e-book belum dibarengi dengan ketersediaan fasilitas gawai dan akses internet. Keterbatasan akses e-book ini jadi kendala krusial dalam proses belajar siswa dan guru (jika harus menggunakan e-book).

Meski zaman digital sekarang menuntut guru dan siswa untuk memggunakan e-book yang lebih ramah lingkungan, belum semua sekolah siap untuk memfasilitasi (terutama sekolahku).

Menurut data update sekolahku, dari sekitar 1.009 siswa hanya 30% yang punya gawai dan akses rutin internet. Sedangkan akses hardbook bisa mencapai 75%. Perbandingan mencolok mengingat masih rendahnya daya dukung sekolah. 

Bahkan beberapa siswaku (yang punya gawai) masih merasa kesulitan untuk belajar menggunakan e-book karena belum terbiasa. Mereka lebih nyaman menggunakan hardbook. 

"E-book nggak bisa dicoret-coret dan dibolak-balik. Nggak kerasa bacanya." Itu kata sebagian besar siswaku.

Aku hanya tertawa mendengarnya. Apalagi dengan sikap mereka yang lebih senang main game di gawainya daripada baca e-book. Alasannya pening. Lebih enak hardbook.

Terkadang, aku memaksa siswa untuk membaca e-book dalam proses belajar. Harapannya agar mereka terbiasa. Problem yang muncul adalah keluhan tidak punya gawai, kuota atau baterai lemot. Akhirnya, aku kembali ke hardbook.

Jadi kupikir-pikir sih, terlepas apapun bukunya, yang penting anak jadi lebih mudah belajar. Bukan jadi lebih sulit.  Bukankah teknologi itu mempermudah hidup kita? Mungkin, butuh proses dan paksaan keadaan untuk percepatan sebuah perubahan. 

Seperti pandemi yang memaksa percepatan penggunaan teknologi buku digital di ruang kelas daring. E-book yang gratis dan murah.  Solusi yang mungkin sesuai dengan konsep guru merdeka, siswa senang, dan target belajar tercapai.

Bandarlampung, 17 Mei 2020

Thursday 14 May 2020

Review Kumpulan Cerita Abu Nawas: Kisah Penuh Hikmah


Abu Nawas, pujangga berdarah Arab dan Persia yang dikenal dengan karya  bertemakan anggur, nafsu, dan kecabulan. Dia yang bernama Abu Ali Al-Hasan bin Hani  Al-Hakami (756-814 M) juga dikenal dengan syair khamar hingga sempat dijuluki Zhindiq, perusak agama. Meski begitu, karya besarnya melewati zaman, menembus alam pikir hingga hari ini.


Abu Nawas lahir di Ahvaz, Persia (Iran). Tanah kelahiran banyak pujangga seperti Ferdowsi, Nezami Ganzavi, Parvin E'tesami, Forough Farrokzad, dan masih banyak lagi. Bisa dibilang, Abu Nawas adalah salah satu pujangga besar kelahiran Persia yang cukup dikenal dengan karya-karyanya. Terlebih dengan ambivalensinya sebagai seorang penyair yang dengan berani mencemooh agama dan Tuhan lewat karyanya hingga pertobatannya dan rasa takutnya pada pedihnya siksa neraka. 


Bicara tentang Abu Nawas, mengingatkanku tentang kajian Fahruddin Faiz dalam Ngaji Filsafat yang membawas lima fase seluruh kehidupan Abu Nawas. Lima fase yang ditandai oleh ciri-ciri syair khas miliknya. Dari seorang pemabuk hingga menjalani pertobatan di akhir kehidupannya. Bisa dibilang kehidupan Abu Nawas penuh pergolakan dan ketidakpuasan. Mungkin kegelisahan itu yang menjadikan karya Abu Nawas begiitu menyentuh, manusiawi.


Pernah aku membaca bahwa seseorang yang jiwanya gelisah, dan selalu mencari akan selalu bergerak dan kreatif. Menciptakan karya yang tak lekang zaman karena mencerminkan dinamika seorang anak manusia yang terus berjuang hingga menemukan jalan kebenaran. Jalan pertobatan. Syair pertobatannya yang terkenal adalah "...ilahi lastu..." berjudul Al I'tiraf. Syair yang sempat dibawakan oleh Hadad Alwi dalam album 'Cinta Rasul' di tahun 1999. Syair indah yang hingga hari ini pun masih dikumandangkan.


Beberapa fase yang mempengaruhi syair Abu Nawas dirangkum oleh Fahrudin Faiz. Lima fase kehidupan yang mungkin saja dialami sebagian dari kita tanpa disadari. Sedang Abu Nawas yang sempat menjalani fase yang paling rendah (penuh kemaksiatan) dalam hidupnya hingga kehidupan esoteric/pertapa ala sufi, beberapa dari kita masih terus tenggelam (terbiasa) dalam kenyamanan dosa. Abu Nawas mengakhiri kehidupannya dalam pertobatan pada Tuhan sebagai hamba-Nya yang hina dan penuh dosa.

 

Lima fase yang Fahruddin rangkum adalah 

 

Pertama, syair yang berbau khamar, suka ria, mabuk, dan erotis. Kedua, syair-syair yang berisi retorika satire (sindiran) yang mendorong orang untuk mabuk. Ketiga, sindiran pada kesalehan formal, yakni mereka yang menjalankan agama sebagai bungkus. Keempat, syair seputar pentingnya menikmati hidup. Kelima, fase kesadaran akan pentingnya pertobatan.

 

Kecerdasan Abu Nawas tak disertai dengan kepuasan, hingga hidupnya  berantakan. Meski di akhir kehidupannya ia menjalankan pertobatan. Ia juga memberikan kontribusi besar dalam tradisi pertapa, pujian, elegi, censur, dan puisi kritis/hinaan. Seorang pujangga yang berani dan kreatif di zamannya.

 

Nah, aku akan kutip salah satu cerita Abu Nawas yang kusuka. Cerita yang merefleksikan kecerdikan Abu Nawas.

 

Raja ingin menguji kecerdasan Abu Nawas. Jadi, ia mengundang Abunawas ke istananya.

"Anda menginginkan saya, Yang Mulia?"

"Ya, kamu telah membodohi saya berulang kali. Dan itu berlebihan. Saya ingin kamu meninggalkan negri ini. Kalau tidak, kamu harus masuk penjara."

 Jika itu yang Tuanku inginkan," kata Abunawas dengan sedih, "Aku akan lakukan perintah Tuan."

"Ingat, mulai besok kamu tidak boleh menginjakkan kaki di atas tanah negri ini lagi," kata Raja dengan serius.

"Baik, Yang Mulia."

Abu Nawas meninggalkan istana dengan  sedih. Keesokan paginya Raja memerintahkan dua pengawalnya untuk mendatangi rumah Abu Nawas. Mereka terkejut. Abu Nawas masih ada di sana. Ia sedang berenang di kolam kecil di halaman depan.

"Hey, Abu Nawas, kenapa kamu belum meninggalkan negri ini? Raja telah memerintahkanmu untuk tidak menampakkan kakimu di tanah negeri ini. Bukankah begitu?"

"Benar. Raja telah mengatakan hal itu," jawab Abu Nawas dengan santai. "Tapi lihatlah diriku. Apakah aku menginjak tanah? Tidak. Aku berenang. Aku ada di dalam air."

Para pengawal tidak bisa membantah Abu Nawas. Jadi mereka pergi dan kembali ke istana untuk melaporkan apa yang mereka lihat. Raja penasaran dengan alasan Abu Nawas tidak meninggalkan negri. Jadi ia memanggil Abu Nawas untuk menghadapnya. Abu Nawas datang dengan menggunakan enggrang.

"Abu Nawas, aku pasti akan menghukummu karena kamu tak melaksanakan perintahku. Dan sekarang, lihatlah dirimu! Kamu berjalan menggunakan enggrang seperti anak kecil. Apakah kamu gila?" kata Raja dengan marah. 

"Aku ingat dengan jelas apa yang anda katakan, Yang Mulia," jawab Abu Nawas dengan  tenang. "Pagi ini aku mandi di kolam hingga aku tak harus berdiri di atas tanah. Dan sejak kemarin aku berjalan menggunakan enggrang. Jadi seperti yang anda lihat. Aku tidak menapakkan kaki di atas tanah."

 Raja tak bisa mengatakan apa-apa. Ia pikir Abu Nawas adalah orang yang sangat cerdik. Ia menawarkan Abu Nawas minum. Abu Nawas merasa senang dan tersenyum.

 

Terlihat jelas di cerita ini bagaimana Abu Nawas mencemooh kekuasaan Raja. Dia dengan berani mengkritik kekuasaan yang tak berpihak pada rakyat. Abu Nawas menampar keras kekuasaan Raja dengan caranya. Ia melakukan politik praktis demi menyelamatkan kepentingannya (nyawanya). Sebagaimana seorang miskin yang harus pintar-pintar berniaga agar bisa bertahan hidup.


Membaca kisah Abu Nawas yang selalu lolos dari sikap semena-mena Raja dengan rasa humor dan kecerdikan ini menurutku merupakan kritik pedas betapa orang biasa itu tak punya kekuasaan di depan penguasa tanpa pengetahuan. Cerita yang sesuai dengan fase kedua hidup Abu Nawas.


Adapun syair-syair Abu Nawas yang menggelitik dan sedikit berbau kritik karena kedekatannya dengan khamar yang jelas dilarang dalam agama (mungkin) tercermin di syair ini:

 

Jauhkan masjid untuk hamba-hamba, yang engkau diami

Menari dengan kami mengelilingi para peminum khamer, untuk minum bersama-sama

Tuhanmu tidak mengatakan 'celakalah bagi orang-orang yang mabuk'

Tetapi, Tuhan berfirman, "celakalah orang-orang yang shalat diantara kita"


Dengan syair ini Abu Nawas menyindir abid (ahli ibadah) yang menjual agamanya demi tahta atau uang. Mungkin pada saat itu pun Abu Nawas merasakan bahwa para abid  pun ada yang cenderung membela kepentingan penguasa dibalik jubah keagamaannya.


Sungguh ini pun mengingatkanku dengan cerita pendeta jahat dalam Si Cantik dari Notredame. Pendeta yang menganggap ibadahnya dapat membeli kejahatannya. 


Dengan kata lain, syair ini pun mencerminkan keadaan sosial politik pada zamannya.


Ada lagi syair yang Abu Nawas buat untuk Khalifah Harun Al Rasyid. Syair yang begitu disukai khalifah, hingga Abu Nawas dihadiahkan 4000 dirham. 

 

Kemejanya basah tertuang air

Pipinya mengembang menyimpan malu

Udara membalutnya dalam telanjang

Lebih tipis dari udara

Bau wangi mengalir seperti air

Ke dalam air yang menular dalam wadah

Setelah selesai, dia terbang penuh riang

Segera mengambil jubahnya

Dia melihat seseorang sedang mengamati dan mendekat

Bayangan itu telah menggelapkan cahaya

Fajar subuh menghilang, bersembunyi di bawah malam

Air mengalir di atas air

Maha suci bagi Tuhan, dan Dia telah membebaskannya

Sebagai yang terbaik pada wanita


Well, membaca syair ini, terasa fase yang pertama ya? Menurutku ini fase penyair Persia muda berbakat ini tenggelam dalam harta dan dunia khamer. Kata orang sih, jadi mengingatkan kita pada Ariel 'Noah'. Seniman muda bertalenta yang kaya dan dicintai. Tak heran Abu Nawas dikenal juga sebagai penyair khamer (syu'ara'al khamriyat). 

 

Kemudian fase kehidupan Abu Nawas berubah, hingga pada titik kegelisahan yang tak tertahankan. Mungkin rasa bosan akan gelimang maksiat, perempuan dan hura-hura membuatnya lebih berani dan terbuka pada ketidakbenaran di sekitarnya. Dia tak takut mengguncang tatanan yang ada, karena sudah berada di titik terbawah. Lalu, berusaha untuk bangkit. Kembali dan berserah diri pada Tuhan.


Kita sih bisa membandingkan syair khaamarnya yang berbau erotis dengan syair Al I'tiraf (Pengakuan) ini, lalu merenungkannya.

 

Ilaahi lastu lil firdausi ahlaan wa laa aqwaa naaril jahiimi

(Wahai Tuhanku! Aku bukanlah ahli surga, tapi aku tidak kuat dalam neraka Jahim

Fa hablii taubatan waghfir zunuubii fa innaka ghaafiruddzambiil azhiimi

(Maka berilah aku taubat/ampunan dan ampunilah dosaku, sesunggunya engkau Maha Pengampun dosa yang besar)

Dzunuubii mitslu a'daadir rimaali fa hablii taubatan yaa dzaaljalaali

(Dosaku bagai bilangan pasir, maka berilah aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan

 

Wa umrii naaqushun fii kulii yaumi wa dzambii za-idun kaifah timaali

(Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya

 

Ilaahii 'bdukal 'aashii ataaka muqirran bidzdzunuubi wa qad da'aaka

(Wahai, Tuhanku! Hamba-Mu yang berbuat dosa telah datang kepada-Mu dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada-Mu)

Fa in taghfir fa anta lidzaaka ahlun wa in tathrud faman narjun siwaaka

(Maka jika engkau mengampuni, maka Engkaulah yang berhak mengampuni. Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau?)

 

Syair yang penuh dengan pengharapan pada pengampunan Tuhan semata. Total berserah diri pada Tuhan. Kupikir inilah fase terakhir dalam hidup Abu Nawas. Pertobatan.


Kupikir, tak ada seorang pun yang berhak menilai orang lain. Sebagaimana kita pun belum tentu lebih baik dari orang itu. Mengingatkanku akan kisah Si Separoh Mencari Tuhan dalam buku Si Kabayan bahwa ibadah yang semata-mata karena mengharapkan imbalan adalah kulit. Sedang sebaik-baik ibadah hanyalah karena mengharap ridho Allah semata. Wallahu a'lam bis-shawab. 


Bandarlampung, 14 Mei 2020

And The Mountains Echoed: Harapan dalam Keputusasaan

Manaar tergeletak di kasur tipis, butut dan bau   di antara kasur-kasur serupa di ruangan sempit itu. Tubuhnya kurus dengan benjolan membesa...