Wednesday 10 June 2020

Review Buku Tafsir Surat-Surat Pilihan, Mengungkap Hikmah Al-quran

Peradaban kita adalah bukti merdekanya suatu kaum. Kita harus menyadari bahwa adanya suatu bangsa tergantung kepada peradabannya yang tetap berdiri pada azas peradaban pendahulunya, yang tidak dimasuki peradaban baru, dan jika tidak demikian, maka bangsa itu akan lenyap atau menjadi "anak pungut".(hal 14)

Buku yang dihadiahkan oleh Quito bin  Motinggo Busye pada bapakku di 19 Agustus 2005 ini merupakan salah satu tulisan ulama Iran, Murtadha Muthahhari. Seorang ulama yang dikenal dengan kezuhudan dan keillmuaannya. Ulama besar yang disegani di zamannya.

Buku yang membahas tentang tafsir surat Al-Insyirah, surat Al-Qadr, surat Az-Zilzal, surat Al-'Adiyat dan surat Al-Ashr ini menjelaskan dengan gamblang hal-hal yang mungkin belum diketahui pembaca. Buku yang baik dibaca bagi yang ingin menimba ilmu Islam. Bonus lain, Murthada Muthahari ini adalah ulama besar yang memahami keilmuan lintas mazhab dalam.Islam, hingga pemahaman kita tentang Al-quran akan melebihi diri kita sebelum membaca buku ini. Insya Allah. Paling tidak, kupikir, dengan membaca buku ini, kita akan memahami bahwa iqro adalah kewajiban.

Kata-kata mengesankan yang kutangkap di awal buku ini adalah tulisan Sa'adi yang bunyinya begini, " Dusta yang putih (yang baik) lebih baik dari jujur yang merusak." Ucapan yang dianggap beberapa orang sebagai alasan untuk tidak mempelajari bahasa Arab karena mengajarkan dusta. Padahal bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan Al-quran. Hal yang akhirnya mengajak orang-orang meninggalkannya, dan lebih mempelajari bahasa yang digunakan oleh Shakespeare yang dianggap lebih jujur. 

Sa'adi pun menceritakan tentang seseorang yang dihadapkan pada raja dan akan dihukum mati. Padahal ia tak bersalah. Lalu, orang itu mencaci maki raja. Raja bertanya apa yang orang itu katakan, dan seorang menteri yang mencintai kebaikan menjawab, "Dan orang-orang yang dapat menahan amarahnya serta memaafkan kesalahan manusia." Salah seorang menteri jahat yang hadir pada waktu itu,  berkata kepadanya, "Tidak boleh berdusta di hadapan raja, kita para menteri mesti selalu jujur". Orang itu memaki-maki raja. Tetapi raja yang arif itu berkata, "Sesungguhnya dusta yang putih yang dikatakan menteri itu demi kemaslahatan umum, lebih utama daripada kejujuranmu yang akan membangkitkan kerusakan. Maka dusta demi kemaslahatan umum lebih baik dari pada jujur yang akan merusak." (hal. 15)

Kutipan ini membangunkanku tentang kekayaan bahasa yang dapat merubah nasib seseorang. Betapa kata-kata itu dapat menentukan kehidupan seseorang baik secara langsung atau tak langsung. Bahkan melebihi tajamnya pedang. Kebayang kan bagaumana berbahayanya kata-kata di lidah orang jahat, begitu pun manfaat yang ditimbulkannya saat kita-kata ada di tangan dan lidah orang yang benar. 

Meskipun aku sangat mengerti kemampuanku yang amat terbatas dalam bidang keislaman, terutama untuk memahami luasnya tafsir surat-surat Al-quran, aku tetap berusaha membaca. Meski terbata-bata. Dan, Alhamdulillah, buku ini tertulis dalam bahasa Indonesia dengan penjelasan yang sederhana dan gamblang hingga aku dapat membacanya dengan perlahan-lahan bak siput sambil berharap kebaikan Allah membuka hatiku agar dapat memahaminya.

Baiklah, gaes, sebagaimana layaknya bayi yang baru mulai belajar, aku akan membaca buku ini dan menuliskan yang kupahami saja. Selebihnya, bisa kita diskusikan di lain kesempatan. Insya Allah. Oh, ya sebelum aku lupa, maklum lah-aku lebih sering baca buku terjemahan bahasa Inggris, kali ini aku akan mulai seperti penulis ini. Semoga syafaat tercurah bagi kita yang meneladani kebaikan. 

Alhamdu lillahi Rabbil 'Alamin, segala puji bagi Allah, pengatur semesta alam, Pencipta seluruh mahluk. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada hamba Allah, Rasul-Nya, Nabi-Nya dan Pilihan-Nya, pemuka kita dan pemimpin kita, Abal Qasim, Muhammad Saw, dan kepada keluarganya yang baik dan suci.

Awal buku ini membahas surat Al-Insyirah. Surat Al-Insyirah Al-Muharakah ini adalah surah yang diriwayatkan pada Rasul Saw. Surat ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, mengingatkan akan anugerah Allah dan pertolongan-Nya kepada Rasulullah. Bagian kedua, berupa suatu pengajaran, yaitu inayah dan penjelasan tentang suatu sebab ('illah). Dan bagian ketiga, berisi penarikan kesimpulan.

Menurut jumhur ulama, dikarenakan keterkaitan antara surat Adh-Dhuha dan surat Al-Insyirah, maka keduanya dianggap sebagai satu surat. Bukan dua surat yang terpisah. Demikian juga surat Al-Fil dan surat Quraisy. 

Penjelasan mendalam di surat ini yang menggelitikku adalah mengenai makna syarh (melapangkan). Para mufassir memandang secara umum syarhush shadr ialah sa'atush shadr (luas dada). Ungkapan lazim dalam bahasa Arab yang termaktub dalam sebuah hadis;

"Tanda kepemimpinan seseorang itu adalah luasnya dada."

Makna yang bukan dalam pengertian secara fisik seseorang yang beedada besar. Sa'atush shadr disini maksudnya adalah orang yang dapat menyelenggarakan tugas yang dipikul dengan baik dan sabar. Hal yang merujuk pada kemampuan seseorang dalam memikul beban yang berat serta kemampuannya bersabar.

Kita bisa mengambil contoh seorang kepala keluarga, bila ingin mengatur rumah tangganya dengan baik, dia harus memiliki sufat yang lapang dada. Jadi, semakin luas maqom kepimimpinannya, makin berlapang dada dan besar sifat sabarnya.

Nah, itu baru pengertian satu kata. Penjelasannya bisa begitu dalam dan indah. 

Selanjutnya, dalam Tafsir Surat Al-'Adiyat yang masih terdapat perbedaan apakah surat ini makkiyah atau madaniyyah. Dari segi penukilannya juga terdapat sebab-sebab yang tidak begitu jelas. Kalau dilihat dari dialektikanya, Surat ini tergolong Surat yang mempunyai ayat-ayat pendek, mirip Surat-Surat makkiyyah. Sedangkan Surat-Surat makkiyyah diturunkan pada permulaan bi'tsah Rasulullah dan memiliki ciri-ciri tahdzir (mewanti-wanti), tadakir (memberi peringatan) dan takhwif (menakut-nakuti). Adapun Surat-Surat madaniyyah pada umumnya menjelaskan hukum-hukum dan undang-undang, oleh karenanya panjang-panjang dan terperinci. (hal 65)

Al-quran ingin menyatakan melalui Surat ini tentang peperangan yang merupakan perkara suci bagi Allah. Bahkan dalam beberapa riwayat, ayat-ayat ini diturunkan berkenaan dengan salah satu peperangan yang dinamakan Dzatus Salasil (yang mempunyai rantai) karena musuh banyak yang ditawan dan diikat satu persatu hingga membentuk rantai.

Anyway, gaes... buku tafsir bercover hitam dengan tebal 92 halaman ini sangatlah layak untuk kamu baca. Selain sebagai pengingat kita, buku ini pun memberi semangat bagi generasi digital ini tentang pentingnya belajar bahasa Arab untuk memahami Al-quran. Sebagaimana ingin mengenal Islam, pelajarilah bahasanya. 

Akhirnya, aku akan menutup tulisan ini dengan, 

Wa tawashau bish- Shabr
Dan saling berwasiat dalam kesabaran

Manusia itu wajib mengetahui bahwa dia harus mengerjakan amal salih secara terus-menerus. Dia harus memiliki sifat sabar, dia harus punya perlawanan, dia harus tetap berjuang hingga datang pertolongan Allah kepadanya. (hal. 89)

Bandarlampung, 10 Juni 2020

No comments:

Post a Comment

And The Mountains Echoed: Harapan dalam Keputusasaan

Manaar tergeletak di kasur tipis, butut dan bau   di antara kasur-kasur serupa di ruangan sempit itu. Tubuhnya kurus dengan benjolan membesa...