Aroma camilan berbumbu kacang yang sedap menyeruak di udara. Beberapa orang terlihat menelan ludah. Membayangkan nikmatnya somay ala pasar tempel yang lezat dan murah.
Kenikmatan yang bakal membekas di hati seperti sebuah cerita. Hikayat lama seperti Hikayat Kalilah dan Dimnah yang menyuguhkan asupan humor, edukasi, dan motivasi buat kita. Apalagi jika kita mendengarkannya saat masih kanak-kanak.
Bukankah ada dua hal yang paling mengesankan di dunia? Yang pertama adalah makanan yang lezat. Sedangkan yang kedua adalah teman yang baik.
Makanan lezat akan mengenyangkan. Sementara teman baik akan membuat hidup lebih bahagia. Tak lengkap jika keduanya terpisah. Benar, kan?
Pengertian Hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa. Bentuk sastra yang melenakan imajinasi kita. Terlebih bagiku yang senang dengan kisah raja-raja zaman old.
Hikayat juga dianggap memberi pesan moral yang dekat dengan kehidupan kita. Nasehat yang dapat menuntun kita untuk hidup yang lebih baik
Ciri-ciri Hikayat
Pernah dengar atau membaca cerita yang dimulai dengan, " Pada zaman dahulu kala di sebuah kerajaan...?" Pasti pernah, ya?
Kalimat itu merupakan salah satu ciri dari hikayat, yaitu: istana sentris. Tak heran jika kita temukan latar cerita adalah kerajaan atau kesultanan. Lengkap dengan raja, ratu, putri, dan pangeran.
Nah, bagi aku yang lahir di tahun 90an merasakan banget euforia dari cerita lama. Sebut saja Hikayat Hang Tuah. Kisah seorang biasa yang jadi laksamana laut terkenal.
Sementara Hikayat Kalilah dan Dimnah yang berpokok dan beranting yang ditulis oleh seorang pemikir di zamannya. Baidaba. Penulis hikayat yang menulis karya legendaries menggunakan binatang sebagai tokohnya. Sebagaimana orang Hindustani percaya bahwa mereka berasal dari binatang.
Sedangkan ciri-ciri yang lain adalah
- Anonym, artinya hikayat biasanya Tak diketahui pengarangnya. Berbeda dengan Hikayat Kalilah dan Dimnah yang kita tahu ditulis oleh Baidaba.
- Statis adalah sifat lain hikayat. Artinya kisahnya tak ada perubahan nasib berarti pada tokohnya.
- Klise, artinya hikayat biasanya menceritakan hal yang sama berulang-ulang.
- Didaktis. Bersifat mendidik. Memberikan pendidikan moral dan agama dengan perumpamaan yang unik. Seperti hikayat Kalilah dan Dimnah.
- Universal. Hikayat menceritakan kehidupan manusia pada umumnya. Artinya, semua orang mungkin pernah mengalaminya.
Manfaat mengenal Hikayat Lama
Seperti yang kita tahu, hikayat menceritakan kehidupan manusia sehari-hari. Kita pun dapat menarik hikmah dibalik tiap cerita. Lalu, mengamalkannya dalam kehidupan kita.
Adapun manfaat mengenal hikayat lama adalah
- Menghibur. Hikayat yang berasal dari bahasa Arab "haka" yang berarti menceritakan ini dibuat berdasarkan tujuannya. Misalnya, hikayat Abu Nawas yang hidup di zaman Harun Al Rashid. Jenaka dan menghibur.
- Mengedukasi. Ada juga Hikayat Kalilah dan Dimnah. Hikayat yang umurnya lebih dari dua abad lalu ini ditulis Baidaba untuk menyadarkan raja Hindustani yang lalim.
- Memberi motivasi.
- Pembangkit semangat. Kisah dalam Hikayat Kalilah dan Dimnah ini pun menyiratkan bahwa semua orang punya hak sama untuk kebaikan.
- Membangun rasa cinta negeri.Tanpa sadar, dengan membaca karya sastra yang indah ini menyadarkan kita akan harga diri bangsa. Kita wajib mencintai karya negeri sendiri. Menumbuhkannya lewat diri kita.
- Membangun rasa percaya diri dan kepahlawanan. Rasa cinta pada negeri yang tersirat pada hikayat ini akan menimbulkan rasa percaya diri dan kepahlawanan. Rela berkorban.
Sejarah Hikayat Kalilah dan Dimnah
Kisah ini dimulai dengan seorang guru, Baidaba yang prihatin atas keadaan negerinya. Raja yang lalim menjadikan kondisi rakyat kesusahan. Ia nggak bisa berdiam diri, dan berusaha mengingatkan sang Raja.
Maharaja Dabsyalim murka atas sikap Baidaba yang lancang. Ia menghukum Baidaba. Bahkan berniat membunuhnya.
Namun, raja membatalkan niatnya. Ia hanya memenjarakan Baidaba. Sementara itu, pengikut Baidaba yang ketakutan kabur menyelamatkan diri.
Maharaja yang sebenarnya cerdas ini tak dapat memejamkan matanya. Menyesali perbuatannya. Lalu, ia membebaskan Baidaba dan menjadikannya sebagai penasihatnya.
Maharaja pun meminta Baidaba menulis karya yang dapat ia nikmati. Baidaba menyanggupi dengan syarat waktu dan teman yang dapat membantunya. Baidaba pun mengurung diri selama setahun guna menyelesaikan karya fenomenal di zamannya. Hikayat Kalilah dan Dimnah.
Setelah setahun Baidaba dapat mempresentasikan karyanya di depan Maharaja Dabsyalim dan seluruh negri. Mendengar hikayat ini, Maharaja merasa bangga dan puas. Ia menghadiahkan Baidaba keistimewaan atas kerja kerasnya ini.
Hikayat Kalilah dan Dimnah
Oya, gaes Hikayat ini kan berpokok dan beranting. Artinya, kita akan temukan dalam hikayat ini berhikayat lagi. So, kita harus fokus bacanya. Kalau tidak, kita mungkin akan bingung.
Aku akan kasih contoh cerita kedua dari Hikayat ini. So, kamu nggak akan bingung seperti aku. Eh, kalau masih bingung, ya baca ulang saja hehe
Dimnah Hendak Menghadap Raja Singa
Di antara berbagai-bagai jenis binatang yang di bawah perintah raja singa itu ada dua ekor bernama Kalilah dan yang seekor lagi bernama Dimnah. Karena melihat raja tiada pernah keluar - keluar lagi, maka pada suatu hari berkatalah Dimnah kepada Kalilah, "Hai saudaraku, tahukah engkau apa sebabnya maka raja kita kelihatan berduka cita tidak keluar - keluar dari tempatnya seperti sehari-hari?"
"Apa gunanya engkau tanyakan hal itu," jawab Kalilah. "Kita hamba rakyar wajib berusaha menyenangkan hati raja, dan menjauhkan segala yang akan menyusahkan kepadanya. Bukan kita yang patut mencampuri hal raja dan memperkatakannya. Sebab itu janganlah engkau menanyakan hal itu juga. Ketahuilah orang yang suka mencampuri urusan orang yang bukan urusannya sendiri, mungkin serupa halnya dengan kera yang mencampuri pekerjaan tukang kayu."
"Bagaimana ceritanya?" tanya Dimnah.
"Ada seorang tukang bekerja membelah kayu pada suatu tempat yang banyak kera di situ. Waktu tengah hari pulanglah ia pergi makan, dan karena kayu itu baru seperduanya digergaji, pada bagian yang sudah terbelah itu dipasangnya baji. Perbuatannya itu diintai oleh seekor kera. Sepeninggal orang tadi, turunlah kera itu dari pohon kayu, pergi demi baji tadi duduk di atas kayu tadi. Dengan sekuat-kuat tulangnya dicabutnya baji tadi. Demi baji tadi terlepas, tersepitlah ekornya hingga hancur, dan matilah ia kesakitan. Setelah orang itu kembali dan dilihatnya ada kera mati tersepit, berkata ia, "Begini jadinya kalau orang suka mencampuri pekerjaan yang bukan pekerjaannya."
"Mengertilah aku maksud ceritamu itu," jawab Dimnah. "Aku pun tahu bahwa tidaklah tiap-tiap orang yang dekat kepada raja berbahagia. Sungguhpun demikian hendaklah diingat pula, tidaklah tiap-tiap orang yang mendekatkan dirinya kepada raja, hanya sekedar untuk keperluan isi perutnya belaka.
Pengisi perut mudah dicari. Tetapi yang terutama ialah supaya kawan dapat disenangkan dan musuh dipertakuti. Ada orang yang rendah cita-citanya. Orang demikian mudah puas hatinya dengan barang yang tidak berharga. Tak ubahnya dengan anjing, kenyang dengan sepotong tulang yang kering. Adapun orang yang tinggi himmahnya, sekali-kali tiada mau puas dengan barang yang kurang. Ia tetap berjuang hingga tercapai olehnya kedudukan yang berpatutan dengan dirinya. Ibarat singa yang telah menangkap seekor kelinci itu karena melihat ada unta yang mungkin jadi mangsanya. Demikian pulalah orang yang berbudi. Kalau anjing yang sedang mengibas-ngibaskan ekornya itu diam dengan sepotong roti dilemparkan kepadanya, maka gajah yang tahu akan harga diri dan kekuatannya, belum mau makan, sekalipun makanannya telah dibawakan kepadanya, sebelum dibujuk dengan kata yang manis-manis dan mukanya diusap-usap. Maka orang yang berbudi tinggi, berharta pula, dan suka berbuat baik kepada ahli dan sanak saudara, panjang umurnya, sekalipun hidupnya di dunia tiada lama.."
Wuih, panjang ya? Ini masih bersambung, sih. Kamu bisa baca bukunya kalau penasaran hehe..
Sekilas tentang Hikayat Kalilah dan Dimnah
Cerita dimulai dengan sejarah Hikayat Kalilah dan Dimnah. Hikayat yang dibuat dua puluh abad lalu oleh seorang pemikir di zamannya. Baidaba. Kitab yang dibuat atas permintaan sang raja.
Selanjutnya ada seorang pedagang yang melakukan perjalanan bersama seorang pembantunya dan dua ekor lembu. Syatrabah dan Bandabah. Suatu ketika Syatrabah terjebak di lumpur. Sulit untuk keluar.
Karena harus segera tiba ke tujuan, sang pedagang meninggalkan lembu itu di tepi hutan. Sendirian. Tanpa teman.
Untungnya, Syatrabah dapat keluar dari lumpur. Ternyata, ia berada di dekat padang rumput yang subur. Syatrabah bisa makan dengan puas dan menjadi gemuk.
Selanjutnya, sang raja Singa yang tak pernah mendengar suara lenguhan lembu merasa ketakutan. Sang raja singa tak berani keluar dari rumahnya. Ia juga sering merasa gelisah.
Dimnah yang mengetahui keadaan raja singa berusaha mencari tahu. Ia mempersembahkan Syatrabah pada raja. Raja merasa bahagia. Apalagi mengetahui kebijaksanaan Syatrabah, hingga menjadikan Syatrabah sebagai penasihatnya.
Perasaan dengki yang dalam melihat kedekatan raja dan Syatrabah membuat Dimnah menyusun rencana untuk memfitnah Syatrabah. Raja yang termakan hasutan Dimnah akhirnya membunuh Syatrabah. Menyisakan penyesalan yang dalam di hati raja.
Kalilah yang menyesali perbuatan Dimnah tak dapat menahan kemarahannya. Ia mengutuk perbuatan Dimnah yang tak sesuai dengan ucapannya. Mengingkari ilmu yang dimilikinya.
Nah, itu bagian cerita Kalilah dan Dimnah. Masih ada sekitar tiga belas hikayat yang tertulis di buku ini. Setiap hikayat berhikayat lagi. Jadi ya banyak banget ceritanya.
Cerita yang cukup mengesankanku adalah kisah persahabatan gagak, tikus, dan kura-kura. Gimana ketiganya bisa terus bebas dari bahaya berkat kesetiaan mereka. Ibarat bagi yang lemah itulah senjata terbaik.
Apalagi kisah tentang pertapa dengan cerpelai. Gimana pertapa menyesali perbuatannya yang tergesa-gesa. Ia membalas budi baik dengan tindakan kejam.
Eh, pengen tahu ceritanya? Kamu bisa baca buku ini di perpustakaan. Aku sih minjam buku ini gratis.
Diskusi
Seperti yang dikatakan tokoh tikus dalam kitab ini bahwa hanya orang berakal yang akan menempuh jalan yang aman, menjauhi jalan yang berbahaya. Kita pun harus melakukan hal terbaik yang kita bisa lakukan. Tidak mengerjakan keburukan dengan sengaja.
Hikayat ini juga menurutku menginformasikan pada kita bahwa ilmu yang baik itu yang kita amalkan, bukan hanya pengetahuan. Apalagi buat berbangga-bangga. Seolah ilmu itu hanya melekat di bibir saja.