Pernah dengar tentang Salman Rusdhie yang
pernah diancam dengan hukuman mati oleh mendiang pemimpin Revolusi Islam Iran
di tahun 1990an? Tulisan Salman yang kontrovesial berjudul Ayat-ayat Setan yang
dianggap menghina umat Islam di seluruh dunia. Karya Salman ini juga yang bikin
ia terkenal.
Sayangnya ketenaran itu mengakibatkan ia
jadi buruan banyak orang. Buku itu pun masih jadi perdebatan panas meski telah
berlalu tiga puluh tahun. Aku masih ingat gimana pemuka agama melarang buku ini untuk dibaca. Khawatir mengganggu pemikiran terkait keyakinan. Akidah.
Okey, aku nggak akan ngomongin masalah karya
Salman Rushie yang sensitif bagi umat Islam. Aku hanya ingin kasih contoh
gimana tulisan itu bisa mengakibatkan reaksi bagi pembacanya. Dampak yang tak
terelakkan baik secara budaya dan kepercayaan.
Berbeda dengan karya Salman Rusdie ysng
berjudul Ayat-ayat Setan, buku lain miliknya yang berjudul Rambut Sang Nabi
mencerminkan kegelisahannya sebagai seorang imigran. Kegelisahannya karena tak
bisa pulang ke kampung.
Gambaran tentang kehidupan orang-orang
yang tenggelam dalam prasangka, keserakahan, dan nafsu penghambaan akan dunia.
Gambaran orang-orang yang merasa terangnya dunia, serta kenikmatannya adalah
puncak pencarian. Kegelisahan tanpa batas.
Menurutku, karya Salman Rusdhie ini cocok
dibaca buat kamu yang ingin tahu tentang India atau Inggris dari kaca mata anak
India. Karyanya mungkin bisa kasih gambaran gimana seorang anak India yang
hidup di masa postcolonial. Anak-anak yang gelisah mencari jati dirinya.
Sinopsis Rambut Sang
Nabi
Kisah dimulai dengan kematian Eliot Crane.
Ia bunuh diri dengan senjata milik ayahnya. Meninggalkan dunia ini dengan gagasannya.
Sebelumnya ia telah melakukan perjalanan
bersama istrinya, Lucy Evans yang bekerja di kantor surat kabar. Ia menemukan
dirinya dengan gagasan tentang kematian. Cara untuk meninggalkan.
Selanjutnya ada kisah tentang Columbus. Seorang
asing yang mengabdi pada Ratu Isabella. Pengandaian tentang posisi seorang
penjajah dan terjajah.
Mempermainkan Columbus menyenangkan sang
Ratu. Ia memperingatkan diri sendiri dengan
sang Ratu mungkin ia akan terbantu untuk mencapai kehendaknya. Dengan mendengus
melata-lata membabi ia dengan kakinya. Giginya digeremus-gerumuskan.” (hal 40)
Sedangkan cerita yang jadi judul buku ini “Rambut
Sang Nabi” mengisahkan tentang seorang rentenir yang menemukan sehelai rambut nabi
dalam sebuah botol yang hanyut di sungai. Penemuan yang jadi petaka bagi keluarga Hashim.
Ia berubah wataknya setelah hari itu. Bermetamarfosis
jadi bully di rumahnya sendiri. Menciptakan rasa takut di hati anak-anaknya.
Mereka pun nekat mendatangi daerah kumuh
di Srinagar. Mencari pencuri bayaran bagi benda kesayangan ayah mereka. Pencarian yang berakhir bencana bagi
Atta. Ia terluka parah karena dikeroyok preman di sana.
Hashim yang terpesona dengan temuannya tak
menyadari dirinya. Ia hanyut dan tenggelam dalam godaan penghambaan. Ia merasa telah menemukan yang ia cari.
Akibat hal tersebut, petaka pun datang tak
henti. Kematian menjadi buah lain dari rambut nabi yang dianggap keramat.
Bahkan kegilaan yang menghantui anggota keluarga Hashim yang selamat dari
bencana ini.
Diskusi
Membaca buku ini jujur saja agak membingungkanku. Mungkin karena penyampaiannya atau pengetahuanku yang kurang tentang Salman Rusdhie. Buku yang bikin aku berpikir bahwa ruang membaca harus lebih luas lagi.
Terlepas dari itu, buku ini kupikir bisa
jadi pertimbangan bacaan bagi kamu yang suka dibingungkan oleh kata-kata.
Mengais maksud tersembunyi dari kebingungan. Berharap dapat secercah pesan yang
dapat mencerahkan.
Bandarlampung, 14 Oktober 2020
saya belum pernah baca karya dari Salman Rusdhie ini, walau namanya nggak asing di telinga.
ReplyDeleteSepertinya untuk buku semodel ini, bagusnya dibahas di book club ya. Jadi bisa nangkap maksudnya kemana dan bisa bertukar pikiran.
Bener mbak. Buku model gini lebih asek untuk diskusi. Kalau baca sendiri dan gak diskusi, khawatirnya ngomong sendiri 🤗
ReplyDeleteApalagi Salman Rusdhie sendiri adalah penulis buku yg sempat jadi kontroversial. Bahkan sampai kini buku tulisannya tetap jadi bahan debat di berbagai kalangan..