Wednesday 24 June 2020

Review Buku Akhirnya Kutemukan Kebenaran



Pernah mendengar tentang kisah perjalanan mencari kitab suci seorang pendeta Budha bersama pengikutnya dalam mencari kebenaran? Kisah perjalanan ke Barat yang penuh liku dan penderitaan. Kisah yang mempresentasikan akan sulitnya seorang manusia yang tulus dan jujur dalam mencari kebenaran.

 

Pertanyaannya sekarang, apakah semua orang beruntung bertemu dan berhasil dalam menemukan apa yang dicari? Apakah kebenaran itu sendiri merupakan jawaban akan semua masalah yang ada dalam kehidupan kita? Lalu, setelah menemukannya, apakah manusia beruntung tersebut dapat melepaskan pemahaman yang ia miliki sebelumnya jika itu tak sesuai dengan kebenaran yang ia temui setelahnya ? Atau mengambil sebagian dan melepaskan sebagian demi keselamatan diri?

 

Nah, pertanyaan dan jawaban dari apa yang menderu di dada manusia yang terus mencari ini terlukis dalam kisah nyata sederhana di buku bersampul biru ini. Buku yang berjudul “Akhirnya Kutemukan Kebenaran” yang berjudul asli Tsuma tadaitu karya Dr. Muhammad Al-Tijani Al-Samawi ini mengisahkan perjalanan spiritual sang penulis dalam pencariannya menemukan kebenaran. Sebuah kisah yang sangat mengena di hatiku karena kejujuran penulis yang pasti bisa diambil hikmahnya.

 

Penulis yang namanya diambil karena kecintaan pada aliran tarekat Tijaniah yang beraliran Maliki yang banyak dianut di Tunisia. Sebuah nama istimewa mengingat keluarga Tijani merupakan pengikut tarekat yang pertama kali sejak kedatangan salah satu anak Syaikh Sayyidi Ahmad Tijani yang datang dari Jazair mengunjungi kota Qafsyah dan tinggal di rumah keluarga as Samawi.

 

FYI  bahwa tarekat Tijaniyah ini tersebar luas di Maghribi, Jazair, Tunisia, Libya, Sudan, dan Mesir. Para pengikutnya dikenal cukup taasub atau fanatik hingga tak datang menziarahi kuburan wali lain. Mereka percaya semua wali belajar secara silsilah, kecuali Syaikh Ahmad Tijani. Beliau dipercaya  belajar langsung pada Nabi Muhammad saw secara yaqazatan, yakni  secara nyata. Bukan mimpi. Meski jarak zaman terpisah selama 15 abad. Bahkan tarekat ini percaya bahwa sembayang sempurna yang dilakukan Syaikh lebih baik 40 kali dari mengjhatamkan Al quran.

 

Buku yang diawali dengan perjalanan awalnya mengenal dunia spiritualisme melalui sang ibu. Bagaimana kehidupan keluarga yang begitu kental dengan sentuhan keagamaan dan semangat sang ibu untuk membesarkan Tijani kecil dengan cinta yang begitu dalam- terpisah dengan tarekat sufi yang begitu menjamur di utara Afrika.

 

Dikisahkan bahwa Tijani merupakan orang pertama seusianya yang menginjakkan kaki di tanah suci,   terutama di kota Qafsah.

Usiaku delapan belas tahun tahun ketika Gerakan Pramuka Tunisia menunjukku untuk mewakili negara dalam Seminar Pertama Penelitian Arab dan Islam di Mekkah. …(hal. 13)

 

Perjalanan Tijani ke beberapa kota lain seperti Athena, Amman, sebelum akhirnya tiba di Mekkah untuk mengikuti seminar dan melaksanakan ibadah haji dan umroh ini membuatnya terkenal dan dikagumi. Ia pun mengenal beberapa ulama besar yang membuatnya mempertanyakan tentang dirinya. Kesadaran yang membuatnya mengkritisi keyakinannya selama ini.

 

Dialog-dialog bernas yang ditulisnya dibuku ini pun membawa kita lebih jauh tentang beberapa kekeliruan pemahaman karena sumber data yang tidak valid. Bahwa kita tak bisa menilai sesuatu atau seseorang berdasar dari orang-orang yang tak berilmu atau dugaan saja. Sebagaimana kita tak bisa menuduh seseorang berbohong, atau mencuri kecuali orang itu mengakui kejahatannya atau kita memiliki bukti yang valid atas tuduhan tersebut.

 

So, membaca buku ini Insya Allah bisa membuka ruang pemikiran baru tentang khazanah perbedaan. Kita jadi lebih mengetahui bahwa perbedaan itu kiranya tidak menjadikan manusia itu tak layak untuk dikasihi dan dicintai. Paling tidak, kita harus mengetahui dengan jelas tentangnya. Tentu saja hal itu dapat dilakukan dengan banyak mendengar, membaca dan belajar. Berusaha untuk open minded atas segala perbedaan dan merenungkannya. Bukankah manusia itu tercipta berbeda-beda dalam bentuk tubuh, warna kulit, cara hidup, dan cara ibadah? Tapi, yakinlah bahwa semua mahluk itu beribadah dengan caranya dan pengetahuannya masing-masing. Tiap diri nanti akan dimintai pertanggungan-jawabnya di hadapan Allah tanpa kecuali. So, tak ada yang berhak menilai sesuatu atau menghakimi kecuali Allah.


Salam literasi^^


Judul buku               : Akhirnya Kutemukan Kebenaran Kisah Pengembaraan Intelektul dan Spiritual

Judul asli                 : Thumma Ihtadaitu

Penulis                     : Dr. Muhammad al-Tijani al-Samawi

Edisi Bahasa Arab : Cetakan Beirut, Lebanon 1411 H

Penerjemah            : Hesein Shahab

Penerbit                  : Pustaka Pelita

Tebal buku             : 264 halaman

 

Bandarlampung, 24 Juni 2020


Monday 22 June 2020

Review Buku Lukisan Keabadian karya Kahlil Gibran



Mungkin sudah banyak yang familiar dengan Sang Nabi dari Lebanon yang bagai matahari di zamannya ini. Kahlil Gibran, seorang penyair yang sangat concern dengan eksistensi manusia sebagai bagian dari semesta luas ciptaan Sang Khalik ini. Seorang penyair yang mengingatkanku akan penyair Iqbal dan Rumi. 

Penyair yang lahir di tahun 1883 ini menciptakan karya-karya abadi yang membumi. Penuh dengan amarah dan kritis sekaligus kekaguman akan dunia ini hingga ia tenggelam dan mabuk dalam kefanaan ini. Hingga keabadian ini diraih melalui pemikiran yang mengkristal di lubuk hati pecintanya.

Sebagaimana buku karya Khalil Gibran "Lukisan Keabadian" ini menohok zona pikirku yang terlanjur ada di zona nyaman. Zona yang melenakanku hingga lupa hingga bertemu dengan buku ini. Lagi. Membuatku kembali ingat dan memohon ampun pada Allah atas kelalaianku. Astagfirullah.

"Manusia begitu tergantung pada perkara profan yang membekukan bagai salju. Tapi aku mendamba pendar cahaya cinta kasih yang kan menyucikan hati dan menghanguskan ketamakan dengan apinya." (hal.4)

Kutipan puisi ini merefleksikan betapa manusia itu sering meributkan hal-hal yang di permukaan terlihat serius. Lalu, melupakan perkara signifikan yang seharusnya diselesaikan. Sedangkan seorang pemikir sufi ini telah melepaskan kesenangan dunia. Ia berusaha menyucikan diri sebersih-bersihnya demi meraih cinta kasih Tuhan. Bebas dari ketamakan yang tanpa batas ini.

Sementara itu, Iqbal pun menjelaskan betapa sebagian cara pikir sebagian manusia itu keliru. Bahkan selalu berusaha mencari pembenaran atas yang dilakukan dengan dalih memberi kebaikan pada orang lain karena menyerahkan harapan mahluk lain akan pahala.

"...Dan apabila bukan karena saya tiada 'kan didirikan rumah ibadat, tiada menara atau istana. Akulah api keberanian yang membangun ketetapan hati.. Akulah sumber buah pikiran yang asli. ..Akulah tangan yang menggerakkan tangan manusia.... Akulah setan yang hidup abadi. Akulah setan yang selalu diperangi agar manusia selalu diperangi agar manusia dapat hidup lestari. Jika mereka menghentikan perlawanan terhadapku, kecerobohan bakal mematikan pikiran, perasaan dan jiwa, sesuai hukuman mitos besar mereka."

Kata-kata yang seolah membenarkan keberadaan penjahat di tengah masyarakat. Pendapat yang menyatakan bahwa seorang polisi seharusnya melestarikan keberadaan penjahat demi lestarinya pekerjaan mereka. Bahkan berterima kasih pada penjahat karena berkat mereka polisi punya pekerjaan dan harapan masa depan yang baik. 

Sudut pandang setan yang terluka dan hampir mati hingga ia memohon belas kasihan pada sang  pendeta ini mengingatkanku akan cerita dialog antara setan dan Tuhan yang pernah kubaca. Kisah yang kurang lebih menyatakan tentang kebaikannya membantu Tuhan menguji ketaatan manusia. Menurut setan, ia bisa menyortir manusia karena ia tak bisa menggoda manusia-manusia yang tulus ikhlas. Berkat dirinya, hanya manusia-manusia hina yang jatuh dan terjerembab bersamanya di neraka. Abadi.

Sang pendeta yang sejenak ragu ini pun luluh dengan argumentasi setan atas kebermanfaatan eksistensinya di dunia ini. Dalam pemikiran sang pendeta, umat manusia akan tenggelam dalam kenyamanan dan lupa pada Tuhan jika mereka tak lagi harus berperang melawan setan. Bukankah sebagian doa-doa yang meluncur dari bibir-bibir pendoa adalah agar dijauhkan dari godaan setan. Nah, jika setan mati, maka manusia akan berhenti beribadah. Mereka mungkin akan melupakan gereja-gereja dan masjid-masjid. Kenapa harus beribadah, sementara alasan beribadah telah mati? Lalu, sang pendeta pun berusaha menyelamatkan setan dengan susah payah demi menyelamatkan iman manusia.

Kritik tulisan ini jelas bersentuhan dengan keyakinan seorang anak manusia. Bagaimana sudut pandang rasional yang diambil sang pendeta adalah yang paling mungkin kita ambil. Padahal cara pandang ini masih melekatkan sesuatu dari hal yang sifatnya material. Padahal alasan penciptaan dunia ini adalah semata-mata karena Allah, untuk menyembah Allah. Beribadah karena Allah. Bukan beribadah karena sekedar melepaskan diri dari godaan setan. 

Penghambaan mahluk juga bukan pada  benda-benda atau pada yang mewakili. Meski manusia pun terus larut tanpa sadar. Bahkan tertipu oleh manisnya anggur dunia dan berharap abadi di dalamnya. 

Memang sih, tak ada salahnya menikmati manisnya dunia ini sebagaimana seorang kafilah yang melakukan perjalanan menuju tujuannya. Ia tak akan berlama-lama meski tempat itu indah dan makanannya enak. Ia hanya sejenak singgah dan segera bergegas melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Seberapa menyenangkannya pun tempat singgah, manusia akan rindu pulang (kembali pada Allah melalui kematian).

Ada juga dialog antara Najib dan Aminah yang juga membuka mataku tentang pemahaman 'kebenaran'. Sebuah dialog tentang Tuhan dan iman. Bahwa sesungguhnya indra pun dapat meraih keberadaan Tuhan karena imannya. Sebagaimana "Mustahil bagi danau yang untuk memperhatikan di kedalamannya bayangan gunung mana pun, jikalau tidak berada di dekat danau itu". (hal. 183). Bukankah yang tak ada tak bisa menghadirkan yang ada?

Well, membaca sambil merenungkan  tentang kedalaman buku karya Sang Nabi dari Lebanon ini pastilah akan memperkaya khazanah batin kita. Mengatupkan kembali keping cinta yang tercecer demi rasa cinta pada Tuhan dan alasan penciptaan dunia ini. Semoga buku ini bisa jadi inspirasi kebangkitan pemikiran kita. So, yuk baca lagi..

Salam literasi^^

Judul buku  : Lukisan Keabadian
Judul asli      : A Treasury of Kahlil Gibran
Penulis         : Kahlil Gibran
Penterjemah : Dewi Chandraningrum
Penyunting    : Saat Langit Lembayung
Desain Cover : Hitam Studio
Penerbit          : Fajar Pustaka Baru
Tebal                : 297 halaman


Bandarlampung, 22 Juni 2020

Monday 15 June 2020

Review Buku Al Huda: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Islam


Buku kumpulan jurnal Al-Huda yang ada di tanganku ini kiranya masih relevan mengahadapi perubahan zaman. New normal yang menjadi keadaan sebagai mitigasi pandemi yang melanda umat seluruh dunia. Perubahan yang juga membutuhkan strategi baru demi mengatasi kebutuhan perut. Hal yang niscaya dilakukan adalah beradaptasi dalam segala bidang termasuk mencari sumber keuangan kedua.  Respon alami mengingat pergerakan orang yang terbatas mengakibatkan sumber keuangan utama tergoyahkan.

Nah, kali ini aku nggak membahas tentang New Normal dan upaya masyarakat demi menjaga keberlangsungan kehidupannya. Aku hanya akan membahas tentang nafs dalam konsep pemikiran Islam yang mungkin jadi penggerak utama dalam menghadapi perubahan new normal ini. Isu yang dibahas oleh penulis dengan rinci dan gamblang.

Pengertian Nafs

Nafs, anti sosial yang maknanya adalah esensi, jiwa yang menghidupkan, psikis, ruh, pikiran, kehidupan, dan hasrat. Kecenderrungan nafs adalah memaksakan hasrat-hasrat dalam pemuasan diri sendiri. Walaupun kepuasan tersebut tak akan pernah terpenuhi. Istilah yang dalam terminologi sufi, istilah nafs secara implisit merujuk pada al-nafs al-ammarah, yaitu jiwa yang rendah yang dikendalikan oleh sifat-sifat jahat.(hal.55)

Penjelasan terperinci tentang nafs ini menjanjikan pada kita tentang pemahaman lebih bahwa nafs ini menggiring manusia pada upaya pencarian cara baru pemuasan diri yang tanpa henti. Hasrat yang menjerumuskan manusia pada apa yang disebut dalam terminologi psikoloanalisis sebagai "the culture of narcissism" - manusia yang mencari ketenaran, popularitas, publisitas dirinya sendiri.

Berbanding terbalik dengan konsep tersebut, kaum sufi, tidak mencari-cari ketenaran tersebut. Mereka menyembunyikan diri dalam jubah kerendah-hatian untuk mencapai kemuliaan. Mereka tidak ingin dimuliakan atau dikenal.(hal. 55)

Konsep kaum sufi yang mengingatkanku dengan beberapa tokoh seperti Muhammad Jalaludin Rumi dan Muhammad Iqbal. Tokoh-tokoh yang melepaskan diri dari konsep hedonisme yang melulu memikirkan diri sendiri. Mereka memiliki kekhawatiran mendalam tentang masa depan generasi muda bahkan sebelum bencana kemanusiaan akibat pandemi ini terjadi. 

Well, aku tahu, menjadikan kaum sufi sebagai tolak ukur bagiku yang awam ini mungkin terlalu tinggi. Meskipun begitu, pengetahuan tentang pemahaman sufi dan nafs ini penting sebagai penyeimbang kehidupan kita menghadapi perubahan New Normal dan pedoman standar mencari sumber keuangan kedua. Konsep yang menjaga keberlangsungan hidup semua mahluk di bumi ini.

Beberapa hal yang mengganggu pemikiranku tentang pembahasan hasrat dan nafs di buku ini adalah bagaimana nafs dianggap sebagai mesin hasrat. Bagaimana nafs menjadi desiring machine. yang mengabaikan semua aturan dan kebiasaan sosial. Hal yang pastinya bertolak belakang dari tujuan New Normal yang menitikberatkan kepentingan masyarakat.
 
Sedangkan dalam pandangan sufisme, nafs yang memeliki kecendurangan sifat-sifat rendah ini tidak dihilangkan keberadaannya. Hasrat-hasrat ini dikendalikan, dimurnikan dan dibersihkan dari sifat rendah duniawi. Hingga tercapailah level nafs yang lebih tinggi, an-nafs al-muthma'inah, nafs yang tenang. Nafs yang bahkan dapat menjadi bara kecintaan pada Tuhan.

Nah, hasrat an-nafs al-muthma'inah ini juga yang jadi motor penggerak perubahan kebudayaan menuju kondisi yang lebih baik. Positive desire yang mendorong kehidupan manusia menuju keadaan masyarakat yang hidup dalam kenyamanan,kemajuan dan kesejahteraan. Keadaan yang diharapkan pada masa New Normal ini.

Sebut saja dorongan positive desire ini dapat menciptakan kebudayaan baru yang lebih sehat. Harmonis dengan alam. Bagaimana sekarang kita lebih menjaga kesehatan diri dengan rajin berolah raga, cuci tangan, dan menggunakan masker. Kebiasaan baru yang dapat mengubah kita lebih sensitif dengan keadaan sekitar kita. Mengendalikan nafs yang berlebihan.

So, gaes.. buku bernas yang berisi jurnal-jurnal keislaman ini membahas tentang banyak hal. Percaya deh, membacanya pasti bikin kita makin mengerti tentang isu-isu sekitar kita.

Bandarlampung, 15 Juni 2020

Saturday 13 June 2020

New Normal: Sebuah Harapan Perubahan

Well, ngomongin new normal ini sesaat alam pikirku yang awam ini terbesit tentang sesuatu yang nggak normal. Seperti kalau seseorang yang diminta untuk jangan menoleh ke kanan, secara nggak sadar kita malah menengok ke kanan. Entahlah, kenapa begitu. Kupikir hal ini kuserahkan pada ahlinya saja.

Secara harfiah bahasa yang kupahami, new normal itu berarti suatu hal normal yang baru. Mungkin perubahan perilaku Entah deh, karena beberapa konsep normal pun menurutku berbeda tiap orang. Sebagai contoh; Seorang yang terbiasa hidup mewah dan kecukupan yang terbiasa dengan makanan enak dan barang branded akan berbeda konsep normalnya dengan orang miskin yang biasa makan seadanya sekedar pengganjal perut dan barang yang sangat terbatas. Atau konsep new normal yang tujuannya adalah keselamatan bersama yang menggunakan azas gotong royong. Bukan bersama dalam konteks sebagian saja. Sementara sebagian yang lain ditinggalkan atau hanya diperhatikan secara sesaat saja. Artinya di sini konsep gotong royong yang hanya berdasar unsur kepentingan 'baju' sebagian saja.



Sedangkan konsep new normal yang lain adalah persiapan kebiasaan hidup baru yang lebih harmonis dengan alam dalam nuansa gotong-royong sebagai akibat dari peristiwa luar biasa  pandemi ini. Konsep yang lebih ramah dengan sekitar dan menjaga keberlangsungan kehidupan masyarakat. Menumbuhkan rasa simpati pada sesama dan lingkungan berikut yang hidup di dalamnya. Sebut saja perubahan prilaku dengan rajin cuci tangan dan memakai masker, kita akan melindungi diri kita dan orang lain dari bahaya menyebarnya pandemi ini. Insya Allah. Apalagi kalau kita mau sedikit berbagi dengan orang sekitar yang menerima dampak langsung dari pandemi ini. Yah, nggak usah muluk-muluk sih, aku biasanya beli kebutuhan pokok dari warung terdekat rumah. Tujuanku ya, selain membantu diriku aku juga ikut menjaga keberlangsungan usaha kecil tetanggaku.

Wuih, gaes.. aku pun nggak ngerti aku ngomong apaan. Okelah, nggak apa ya. New normal di era digital ini juga kan membuka ruang hijau pemikiran, meski yang kupikir ini pun bukannya baru dan normal sekali. Bingung? Aku  juga. Mungkin sama bingungnya dengan para pedagang atau orang awam yang nggak ngerti tentang istilah-istilah yang belakangan muncul sejak pandemi ini. Mereka sih lebih ngerti dengan harga cabe yang melorot hingga di angka dua ribuan perkilo dari tangan petani.  Harga yang dipicu rendahnya permintaan pasar dan banyaknya supply.


Okey, kembali ke new normal yang mungkin erat kaitannya dengan banyak hal mengingat pandemi ini mempersempit ruang gerak hampir semua orang yang dipaksa stay at home sebagai mitigasi penyebaran Covid 19. Hal yang menyisakan hancurnya perekonomian banyak pelaku bisnis di seluruh dunia.


Barusan aku ngobrol dengan beberapa teman yang bisnis tenda dan tata rias pengantin selama tiga bulan ini nol pemasukan. Bahkan seorang teman yang bisnis percetakan curhat kalau ia rugi puluhan juta karena sekolah yang udah pesen untuk cetak soal ujian semester dan US, membatalkan dan menarik semua uang mereka. Padahal kertas sudah dibeli dan sebagian naskah sudah naik cetak. So, ia sekarang harus menjual beberapa barang miliknya untuk menutupi hutang. Begitu pun bisnis lain yang terpaksa menghentikan usaha sementara demi kebaikan bersama.

Nah, gaes.. terlepas apa pun pengertian new normal menurut jumhur ahli yang bicara di telivisi, bagi pemain kelas bawah aka akar rumput ini adalah harapan untuk memperoleh sumber penghasilan kedua. Tentunya dengan tidak meninggalkan sumber penghasilan pertama yang sekarang belum pulih. Contohnya begini, seorang petani cabe yang pendapatannya anjlok hingga terjun bebas di angka dua ribu musti aka kudu cari pendapatan lain. Usaha yang bisa dilakukan berkat mulai dibukanya pasar-pasar dan mal juga warung makan sebagai sarana baru mengais rezeki yang baru. Petani tersebut bisa saja bekerja sampingan sebagai pedagang buah atau menjual langsung produk yang dihasilkan agar memperoleh pendapatan tambahan. Sambil terus mengumpulkan modal untuk menanam cabe nanti. Pointnya sih, ya gitu. Sekarang semua orang harus bisa bertahan hidup dengan menanggulangi kebutuhan perut yang hampir sulit dipenuhi jika stuck at home unless you have savings.

Bagi aku yang seorang guru honor swasta yang bekerja di sekolah swasta yang notabene mengandalkan pemasukan dari spp siswa, pandemi ini sangat mempengaruhi ritme gaji bulanan. Beberapa kolega guru bahkan terpaksa dirumahkan tanpa gaji karena rendahnya pemasukan sekolah. Padahal mereka telah mengabdi bertahun-tahun. Implikasi yang membuahkan keresahan kami semua.


Proses mitigasi penyebaran pandemi ini telah menelurkan empat kali perubaham keputusan sejak awalnya di tanggal 17 Maret 2020. Surat keputusan gubernur yang memerintahkan sekolah untuk mengadakan aktivitas pembelajaran di rumah melalui daring. Konsep pembelajaran yang kudengar akan diluncurkan bertahap melalui ujian dengan sistem digital di tahun 2017 an. Bedanya sekarang harus dilakukan di rumah dengan keterbatasan sarana dan pengawasan sekolah. Dengan kata lain, hampir semua aktivitas mengikutsertakan peran aktif keluarga di rumah. Privilage yang mungkin tak dimiliki semua siswa karena berbagai alasan termasuk masalah finansial.

Seperti yang dulu pernah kuceritakan, eh pernah gak ya? Lupa aku. Okeh, anggap saja sudah ya haha. Maksa ya?
Baiklah, bagi yang belum tahu akan kuceritakan sekilas tentang sekolahku. Nggak banyak, lho..

Sekolahku itu sekolah swasta yang berdiri di tahun 2004 dengan siswa yang awalnya hanya puluhan. Seiring perjalanan waktu dan hebatnya tim marketing sekolah yang melibatkan guru, siswa di sekolahku sekarang menginjak angka seribuan. Alhamdulillah, ya. Sayangnya, perubahan itu tidak diikuti dengan peminat SMK yang kisaran menengah ke bawah. Hal yang berimbas dengan tingginya angka tunggakan. Apalagi sekarang karena pandemi yang meniadakan kontak fisik guru dan siswa. Hingga tagihan bengkak di angka satu milyar lebih. Hal yang memungkinkan guru bakal tidak di gaji bulan depan. Sedih ya?

Jujur sih..bagiku dan teman-teman, harapan yang muncul di masa new normal yang memberi kelonggaran aktivitas di sekolah bikin kami semangat. Sejak senin kemarin kami semua menghubungi wali murid untuk mencicil tunggakan mereka. Usaha yang direspon positif dari pihak wali murid. Tentu saja semua dilakukan sesuai petunjuk pemerintah yang dikeluarkan gubernur. FYI, untuk SMK/SMA sederajat di Lampung, aturannya mengikuti SK Gubernur Lampung. Sedangkan SD dan SMP di Bandarlampung, mengikuti aturan dari Walikota Bandarlampung, Herman HN.

Sumber Keuangan Kedua Bagi Guru 

Welll,  seperti yang kita ketahui, sebagaimana siswa yang punya keahlian yang berbeda, guru pun punya skill beda-beda. So, usaha kami untuk mengatasi permasalahan kantong pun beda-beda. Ada yang ngojek, dagang online, atau bikin kue atau sayur mateng yang dijual di pasar. Aku, sendiri, berusaha dengan jualan. Lumayanlah, aku bisa dapet tambahan beli kuota buat pembelajaran daring.


Beberapa dari kami saling tukaran produk jualan agar nambah konsumen. Bahkan saling bertukar tips untuk nambah konsumen.

Begini nih  tips simpel mendapatkan konsumen;
  1. Sering update status di medsos tentang produk jualan kita
  2. Rajin silahturahmi dengan temen sambil nawarin produk kita. So, dia kasian atau gak enak dan beli dagangan kita.
  3. Rajin promosi keunggulan produk kita sama temen-temen sambil maksa mereka untuk beli. Mengingatkan mereka betapa hidup tak utuh tanpa dagangan kita wkwk
  4. Deketin ortu, saudara, adik dan paksa dengan cara apa pun untuk beli. Janjikan pada mereka bahwa kamu akan lakukan hal yang sama jika mereka jualan juga.
  5. Jika semua tips gagal, ulangi terus sampai berhasil sambil cari cara terbaik untuk marketing dan memperbaiki produk. Pointnya sih, pantang nyerah aja. Kayak Jack Ma gitu gaes..
Kalau ngulik dikit dari buku yang kubaca sih, manusia dalam upaya mempertahankan keberlangsungan hidupnya, selalu memanfaatkan sesamanya sebagai alat, dan menjadikan mereka sebagai pelayan atau budak. (Al Huda Volume 1 2006: hal 105)

Pendapat yang dikolaborasi  oleh Allamah dan Muthahari dari pandangan Darwinian mengenai struggle for life. Sedikit beda dengan  pandangan filsafar eksistensial Heidegger bahwa wilayah eksistensi manusia adalah alat atau sarana memperluas dan pengembang eksistensi masing-masing wujud. 

Eh, mulai ngelantur aku, hehe

Point yang aku mau garis bawahi di sini adalah masa new normal ini adalah masa harapan bagi perubahan yang memberi nilai kebermanfaatan lebih dari tiap individu. Nilai kemanusiaan yang menumbuhkan rasa kasih sayang pada ciptaan Tuhan. Kiranya perenungan selama stay at home menetaskan perombakan pola pikir yang diimplementasikan oleh gaya hidup harmonis yang sehat. Misalnya; kita bisa memanfaatkan kebaikan temen dan keahliannya demi membangun rumah kita. Tentu saja dengan membayar upah sesuai kerja kerasnya. Sikap yang menyeimbangkan hubungan saling memanfaatkan antar sesama yang lebih manusiawi. 

Okelah, demikian ceritaku hari ini yang mungkin bisa diambil hikmahnya. Moga masa new normal ini kita makin lebih rajin berdoa dan berusaha untuk kebaikan seluruh umat di dunia. Aamin.

Salam literasi!

Bandarlampung, 12 Juni 2020

Wednesday 10 June 2020

Review Buku Tafsir Surat-Surat Pilihan, Mengungkap Hikmah Al-quran

Peradaban kita adalah bukti merdekanya suatu kaum. Kita harus menyadari bahwa adanya suatu bangsa tergantung kepada peradabannya yang tetap berdiri pada azas peradaban pendahulunya, yang tidak dimasuki peradaban baru, dan jika tidak demikian, maka bangsa itu akan lenyap atau menjadi "anak pungut".(hal 14)

Buku yang dihadiahkan oleh Quito bin  Motinggo Busye pada bapakku di 19 Agustus 2005 ini merupakan salah satu tulisan ulama Iran, Murtadha Muthahhari. Seorang ulama yang dikenal dengan kezuhudan dan keillmuaannya. Ulama besar yang disegani di zamannya.

Buku yang membahas tentang tafsir surat Al-Insyirah, surat Al-Qadr, surat Az-Zilzal, surat Al-'Adiyat dan surat Al-Ashr ini menjelaskan dengan gamblang hal-hal yang mungkin belum diketahui pembaca. Buku yang baik dibaca bagi yang ingin menimba ilmu Islam. Bonus lain, Murthada Muthahari ini adalah ulama besar yang memahami keilmuan lintas mazhab dalam.Islam, hingga pemahaman kita tentang Al-quran akan melebihi diri kita sebelum membaca buku ini. Insya Allah. Paling tidak, kupikir, dengan membaca buku ini, kita akan memahami bahwa iqro adalah kewajiban.

Kata-kata mengesankan yang kutangkap di awal buku ini adalah tulisan Sa'adi yang bunyinya begini, " Dusta yang putih (yang baik) lebih baik dari jujur yang merusak." Ucapan yang dianggap beberapa orang sebagai alasan untuk tidak mempelajari bahasa Arab karena mengajarkan dusta. Padahal bahasa Arab adalah bahasa yang digunakan Al-quran. Hal yang akhirnya mengajak orang-orang meninggalkannya, dan lebih mempelajari bahasa yang digunakan oleh Shakespeare yang dianggap lebih jujur. 

Sa'adi pun menceritakan tentang seseorang yang dihadapkan pada raja dan akan dihukum mati. Padahal ia tak bersalah. Lalu, orang itu mencaci maki raja. Raja bertanya apa yang orang itu katakan, dan seorang menteri yang mencintai kebaikan menjawab, "Dan orang-orang yang dapat menahan amarahnya serta memaafkan kesalahan manusia." Salah seorang menteri jahat yang hadir pada waktu itu,  berkata kepadanya, "Tidak boleh berdusta di hadapan raja, kita para menteri mesti selalu jujur". Orang itu memaki-maki raja. Tetapi raja yang arif itu berkata, "Sesungguhnya dusta yang putih yang dikatakan menteri itu demi kemaslahatan umum, lebih utama daripada kejujuranmu yang akan membangkitkan kerusakan. Maka dusta demi kemaslahatan umum lebih baik dari pada jujur yang akan merusak." (hal. 15)

Kutipan ini membangunkanku tentang kekayaan bahasa yang dapat merubah nasib seseorang. Betapa kata-kata itu dapat menentukan kehidupan seseorang baik secara langsung atau tak langsung. Bahkan melebihi tajamnya pedang. Kebayang kan bagaumana berbahayanya kata-kata di lidah orang jahat, begitu pun manfaat yang ditimbulkannya saat kita-kata ada di tangan dan lidah orang yang benar. 

Meskipun aku sangat mengerti kemampuanku yang amat terbatas dalam bidang keislaman, terutama untuk memahami luasnya tafsir surat-surat Al-quran, aku tetap berusaha membaca. Meski terbata-bata. Dan, Alhamdulillah, buku ini tertulis dalam bahasa Indonesia dengan penjelasan yang sederhana dan gamblang hingga aku dapat membacanya dengan perlahan-lahan bak siput sambil berharap kebaikan Allah membuka hatiku agar dapat memahaminya.

Baiklah, gaes, sebagaimana layaknya bayi yang baru mulai belajar, aku akan membaca buku ini dan menuliskan yang kupahami saja. Selebihnya, bisa kita diskusikan di lain kesempatan. Insya Allah. Oh, ya sebelum aku lupa, maklum lah-aku lebih sering baca buku terjemahan bahasa Inggris, kali ini aku akan mulai seperti penulis ini. Semoga syafaat tercurah bagi kita yang meneladani kebaikan. 

Alhamdu lillahi Rabbil 'Alamin, segala puji bagi Allah, pengatur semesta alam, Pencipta seluruh mahluk. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada hamba Allah, Rasul-Nya, Nabi-Nya dan Pilihan-Nya, pemuka kita dan pemimpin kita, Abal Qasim, Muhammad Saw, dan kepada keluarganya yang baik dan suci.

Awal buku ini membahas surat Al-Insyirah. Surat Al-Insyirah Al-Muharakah ini adalah surah yang diriwayatkan pada Rasul Saw. Surat ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, mengingatkan akan anugerah Allah dan pertolongan-Nya kepada Rasulullah. Bagian kedua, berupa suatu pengajaran, yaitu inayah dan penjelasan tentang suatu sebab ('illah). Dan bagian ketiga, berisi penarikan kesimpulan.

Menurut jumhur ulama, dikarenakan keterkaitan antara surat Adh-Dhuha dan surat Al-Insyirah, maka keduanya dianggap sebagai satu surat. Bukan dua surat yang terpisah. Demikian juga surat Al-Fil dan surat Quraisy. 

Penjelasan mendalam di surat ini yang menggelitikku adalah mengenai makna syarh (melapangkan). Para mufassir memandang secara umum syarhush shadr ialah sa'atush shadr (luas dada). Ungkapan lazim dalam bahasa Arab yang termaktub dalam sebuah hadis;

"Tanda kepemimpinan seseorang itu adalah luasnya dada."

Makna yang bukan dalam pengertian secara fisik seseorang yang beedada besar. Sa'atush shadr disini maksudnya adalah orang yang dapat menyelenggarakan tugas yang dipikul dengan baik dan sabar. Hal yang merujuk pada kemampuan seseorang dalam memikul beban yang berat serta kemampuannya bersabar.

Kita bisa mengambil contoh seorang kepala keluarga, bila ingin mengatur rumah tangganya dengan baik, dia harus memiliki sufat yang lapang dada. Jadi, semakin luas maqom kepimimpinannya, makin berlapang dada dan besar sifat sabarnya.

Nah, itu baru pengertian satu kata. Penjelasannya bisa begitu dalam dan indah. 

Selanjutnya, dalam Tafsir Surat Al-'Adiyat yang masih terdapat perbedaan apakah surat ini makkiyah atau madaniyyah. Dari segi penukilannya juga terdapat sebab-sebab yang tidak begitu jelas. Kalau dilihat dari dialektikanya, Surat ini tergolong Surat yang mempunyai ayat-ayat pendek, mirip Surat-Surat makkiyyah. Sedangkan Surat-Surat makkiyyah diturunkan pada permulaan bi'tsah Rasulullah dan memiliki ciri-ciri tahdzir (mewanti-wanti), tadakir (memberi peringatan) dan takhwif (menakut-nakuti). Adapun Surat-Surat madaniyyah pada umumnya menjelaskan hukum-hukum dan undang-undang, oleh karenanya panjang-panjang dan terperinci. (hal 65)

Al-quran ingin menyatakan melalui Surat ini tentang peperangan yang merupakan perkara suci bagi Allah. Bahkan dalam beberapa riwayat, ayat-ayat ini diturunkan berkenaan dengan salah satu peperangan yang dinamakan Dzatus Salasil (yang mempunyai rantai) karena musuh banyak yang ditawan dan diikat satu persatu hingga membentuk rantai.

Anyway, gaes... buku tafsir bercover hitam dengan tebal 92 halaman ini sangatlah layak untuk kamu baca. Selain sebagai pengingat kita, buku ini pun memberi semangat bagi generasi digital ini tentang pentingnya belajar bahasa Arab untuk memahami Al-quran. Sebagaimana ingin mengenal Islam, pelajarilah bahasanya. 

Akhirnya, aku akan menutup tulisan ini dengan, 

Wa tawashau bish- Shabr
Dan saling berwasiat dalam kesabaran

Manusia itu wajib mengetahui bahwa dia harus mengerjakan amal salih secara terus-menerus. Dia harus memiliki sifat sabar, dia harus punya perlawanan, dia harus tetap berjuang hingga datang pertolongan Allah kepadanya. (hal. 89)

Bandarlampung, 10 Juni 2020

Monday 8 June 2020

Shahnameh: The Tragedy of Iranian's Kings


Shahnameh yang ditulis oleh Ferdowsi selama lebih dari 30 tahun ini mengingatkanku akan cerita Beawulf. Cerita klasik yang menggambarkan tentang kepahlawanan, keberanian, keteguhan hati, kesetiaan dan cinta. Kisah yang berakar dari mitos kuno yang membumi dalam budaya masyarakat. Pemikiran yang terefleksi dari karya fenomenal ini adalah bukti kekayaan imajinasi manusia. 

Karya yang aslinya berbentuk syair terpanjang dalam sejarah Iran ini teediri dari ribuan kata hikmah tentang kehidupan. Gambaran bagaimana tak ada hal yang baru di atas bumi ini. Bahwa sejak dulu kala kebaikan itu selalu menentang kejahatan. Bahwa manusia itu dengan ijin Tuhan dapat merubah nasibnya dengan berusaha sungguh-sungguh.

Karya klasik berlatar sejarah Iran kuno ini pun jadi rujukan ilmuwam untuk memahami tentang budaya Iran yang erat dengan nilai spiritual. Bagaimana orang Iran kuno memiliki ketaatan dan kesetiaan pada Ormuzd, penguasa semesta. Rasa taat yang kental hingga membutakan kesenangan diri dan rela melepaskan kenikmatan dunia. Bahkan mengorbankan nyawa sekalipun bukan suatu hal yang sulit dilakukan karena kepercayaan atas kehidupan abadi setelah dunia yang fana ini. Pengharapan atas balasan kehidupan lain setelah kematian. Surga. Hal yang membuat orang Iran tak pernah takut atas kematian. Karakter yang digambarkan dengan vivid oleh Ferdowsi dalam tokoh Sam, Zal dan Rostam. Tokoh-tokoh ksatria keturunan Feridoun yang membintangi Shahnameh ini.

Dalam cerita ini akan kita temukan  kehidupan di Iran saat masih menyembah dewa-dewa. Kepercayaan kuno tentang kekuatan gaib yang menyertai penguasa semesta (Ormudz),  kekuatan penguasa jahat (Ahriman) dan putranya (Deev) dan malaikat penolong (Oshrmogh). Mereka percaya bahwa Tuhan yang membimbing, atau menghukum manusia sesuai perbuatannya. 

Shahnameh berturur tentang penyesalan, penderitaan, keserakahan, cinta dan dendam  menenggelamkan kewarasan manusiayang. Bagaimana mereka tergantung akan kebijakan dan keberanian dari Feridoun dikarenakan raja, Shah mereka yang lemah, bodoh dan serakah. Hingga berkali-kali Shah terjebak oleh tipu daya Ahriman dan menjadikan keadaan kerajaan kacau-balau dan hampir musnah. Untunglah, berkali-kali juga Sam dan keturunannya berhasil menyelamatkan kerajaan. Meski karena itu juga tanpa sengaja Rostam putra Zal putra Sam membunuh anaknya sendiri, Sohrab. Peristiwa yang berujung kesedihan berkepanjangan bagi Rostam. Padahal putra Zal yang perkasa ini hampir tak pernah terkalahkan.

Okeh, biar tambah penasaran kuceritakan sedikit cuplikan Shahnameh ini. 

Alkisah dulu Persia dikuasai oleh Kaiumers yang menduduki tahta sebagai penguasa dunia. Kejayaannya bagai matahari. Kemasyurannya membuat Ahriman iri dan bersatu bersama balatentaranya yang dibantu oleh Sang Perkasa Deev untuk menghancurkan Kaiumers serta Saiamuk putra Kaiumers.  

Serosch, malaikat penjaga yang membela manusia dari jeratan Deev, yang mengelilingi bumi selama tujuh kali setiap malam demi menjaga anak-anak Ormuzd, menyadari ancaman Ahriman. Ia mengingatkan Kaiumers. Lalu, mengirimkan Saiamuk untuk melawan Deev. Sayang, Deev ternyata lebih perkasa. Saiamuk hancur di tangan Deev.

Kabar duka ini membuat Kaiumers berkabung selama setahun. Bahkan, binatang buas dan burung-burung pun ikut menangis bersama Kaiumers hingga kesedihan menyelimuti bumi. Langit pun gelap. Serosch pun meminta Shah mengangkat kepalanya untuk menuntut balas. Kaiumers setuju dan mengirim Husheng, putra Saiamuk untuk memimpin pasukan yang terdiri dari mahluk-mahluk buas hingga Deev hitam ketakutan dan kalah. Husheng pun naik tahta.

Husheng, memimpin dengan bijak dan adil selama empat puluh tahun. Keadilan memakmurkan negeri. Kemudian, Tahumers putra Husheng pun bukan penguasa yang tidak hebat. Tahumers membuka mata manusia akan seni menulis dan mendengarkan suara mereka. Hal yang membuat Deev makin iri dan berusaha menyebarkan kejahatan pada manusia.

Tahumers memerintah selama tiga puluh tahun, hingga digantikan oleh Jamshid yang hatinya penuh dengan nasihat ayahnya. Jamshid menguasai tanah yang kejayaannya berusia 700 tahun, dengan Deevs, burung-burung, dan para peri yang patuh padanya. Dunia pun lebih bahagia, tak ada kematian, dan kesedihan. Ia juga membagi manusia dalam kelompok-kelompok; pendeta, tentara, dan suami. Ia pun membagi tahun dalam periode-periode. Dan, dengan bantuan Deev, ia membangun proyek raksasa, Persepolis yang hari ini disebut Tukht-e-Jemsheed yang berarti meaneth the throne of Jamshid. Saat selesai, manusia berkerumun dari seluruh bumi untuk berpesta, Neurouz atau New Day. Kejayaan Jamshid makin harum, dan dunia damai. 

Kemasyuran Jamshid melalaikannya akan sumber dari berkah yang ia dapatkan. Jamshid bahkan menganggap dirinya Tuhan, dan membangun image untuk disembah. Mubid yang mendengarnya menundukkan kepala, Tuhan melepaskan diri dari Jamshid, raja-raja dan tentara memberontak, dan Ahriman menguasai dunia.

Lalu, di sebuah padang pasir Arabia hiduplah seorang raja bernama Mirtas yang bijak dan adil. Mirtas memiliki putra bernama Zohak. Ahriman pun menyamar sebagai saudagar untuk menggoda Zohak untuk meninggalkan nilai kebaikan. Ia berkata pada Zohak, " If thou wilt listen to me, and enter into covenant, I will raise thy head above the sun."

Nah, godaan Ahriman ini menyelimuti hati Zohak hingga tanpa sadar membantu Ahriman untuk menjebak Mirtas. Setelah itu Zohak meletakkan mahkota Thasis di kepalanya. Ahriman juga mengajarkannya seni magic untuk memerintah rakyatnya dalam kebaikan dan keburukan. 

Zohak, yang terpedaya dengan kekuatan magic dari Ahriman, menganggap dirinya berkuasa melebihi Sang Pencipta.  Ia pun menutup telinga dari semua keluhan. Bahkan menjadikan dirinya sebagai penguasa Arabia dan Iran. Penguasa yang lalim hingga kegelapan menutupi dunia.

Namun, Ormuzd tergerak dengan kasih sayangnya pada manusia, dan mengumumkan bahwa mereka tak seharusnya menderita karena dosa Jamshid. Ia pun menjadikan cucu Jamshid lahir ke dunia, Feridoun.

Saat kelahiran Feridoun, Zohak bermimpi tentang seorang pemuda seperti cypress yang menghantamnya ke bumi dengan cow-headed mace. Sang lalim gemetar dan memanggil Mubids untuk menafsir mimpinya. Mubids gelisah mendengarnya, khawatir sang Lalim akan gusar dengan tafsir mimpinya. Mereka pun butuh waktu tiga hari untuk memberanikan diri menyatakan arti mimpi tersebut.

Demikianlah, mubids lari ketakutan dengan amarah Zohak setelah menggambarkan arti mimpinya. Menjadikan Zohak menderita. Pahit dan tak bahagia. 

Sedang ibu Feridoun ketakutan Shah akan membinasakan anaknya. Ia pun menyembunyikan Feridoun di hutan dan dirawat oleh sapi hebat, Purmaieh yang rambutnya bagai peacock keindahan. Purmaieh merawat Feridoun selama tiga tahun di hutan hingga sang ibu yang ketakutan meminta seorang petapa di Gunung Alberz.

Kekejaman Zohak menimbulkan penentangan dari seorang pandai besi, Kaweh yang memiliki tujuh belas putra. Semuanya dibunuh oleh anak buah Shah kecuali satu putra, hingga Kaweh menuntut keadilan. Shah yang takut dengan amarah Kaweh, melepaskan satu putra Kaweh. Ia juga dengan berani menentang Shah dan bergabung menuju istana Feridoun.

Setelah enam belas tahun berlalu, Feridoun turun dari Gunung Alberz. Ia mencari sang ibu untuk mengetahui asal-usulnya dan bersumpah untuk menumpas Zohak dan kroninya menjadi debu. Feridoun memohon doa sang ibu dan bergabung bersama Kaweh. 

" Mother, I go to wars, and it remaineth for thee to pray God for my safety."

Feridoun membawa gada raksasa yang polanya hingga ke bumi, dengan ujungnya adalah kepala sapi sebagai pengingat atas pengasuhnya, Purmaieh. Ia juga menggunakan standar Kaweh dari brokat indah Roum dengan permata yang menggantung. Saat siap, mereka bergerak mencari Zohak yang ada di Ind karena mencari Feridoun. Lalu, mereka pun menuju Baghdad yang ada di tepi Tigris. Mereka berhenti dan meminta penjaga membuka gerbang penyebrangan. Para penjaga menolak, kecuali merela menunjukkan stempel raja. Feridoun pun dengan berani menyebrangi Tigris diikuti pasukannya. Kuda-kuda mereka yang berani berhasil menyebrangi Tigris hingga ke tepian. Mereka pun tiba di kota yang sekarang disebut Jerusalem, dan berdiri di depan bangunan megah yang Zohak bangun. Saat Feridoun memasuki kota, orang-orang yang membenci Zohak mengelilingi Feridoun yang akhirnya membasmi Zeev dan memutuskan kejahatan yang menaungi tembok kota. Berkat izin Tuhan dan restu ibu, Feridoun menaiki singgasana dan meletakkan mahkota di kepalanya dan menyebut dirinya Shah.

Selanjutnya, Zohak yang mengetahui berita tersebut, kembali ke kota. Tapi tentara Feridoun melawannya bersama rakyatnya. Sepanjang hari bebatuan jatuh dari dinding, panah dan tombak pun menghujani bagai awan gelap hingga Feridoun berhasil menaklukkan Zohak. Tapi Serosch melarang Feridoun untuk membunuh Zohak, "Not so, strike not, for Zohak's hour is not  yet come." Seroch meminta Feridoun mengikat Zohak di sebuah batu dengan rantai. Feridoun membawa Zohak ke gunung Demawend dan meninggalkannya di sana menderita. Matahari panas yang membakar di lereng tandus, tak ada semak atau pohon yang menaunginya, serra rantai yang mengelupas di kulitnya, lidahnya pun mengering kehausan. Akhirnya, bumi pun menimbun Zohak si zalim. Sementara Feridoun bertahta.

Gaes.. FYI ini baru bagian awal cerita dari karya epic ini, masih ada kisah Zal yang dibesarkan oleh The Birth of God, kisah cinta Zal dan Rodabeh, Rostam putra Zal, The March into Mazandaren yang berkisah tentang shah lemah yang jatuh di pelukan godaan Ahriman, dan kisah-kisah lain yang sayang jika tak dibaca. Kisah-kisah kuno yang mungkin menginspirasi kisah legendaris yang datang setelahnya. Sebagaimana kisah Shakespeare yang mungkin terinspirasi oleh cerita sebelumnya. 

Okeh, kembali ke kisah Feridoun yang bakalan menjaga keberlangsungan tahta Shah. Kita akan mengetahui tentang kisah tragis yang bikin kita berpikir dan menyadari bahwa cinta itu abadi  dan berjalan beriringan bersama kesedihan, kematian, pengorbanan dan keberanian. 

Hal yang begitu menyentuh hatiku adalah bagaimana hancurnya hati Rostam saat ia mengetahui bahwa pemuda perkasa yang tak sengaja ia bunuh adalah Sohrab, putranya sendiri. 

"Bearest thou about thee a token of Rostam, that I may know that the words which thou speakest are true? For I am Rostam the unhappy, and may my name be struck from the list of men!"

Penderitaan Rostam karena dosanya membunuh putranya seolah tak tertanggungkan. Ia bahkan bersumpah untuk tak akan mengangkat pedangnya lagi. Rostam tenggelam dalam duka.

"I that am old have killed my son. I that am strong have uprooted this mighty boy. I have torn of my child, I have laid low the head of a Pehliva."

Ratapan Rostam ini adalah gambaran betapa perang bisa menutupi rasa kasih sayang. Menyisakan segala yang seolah kemenangan dan kejayaan kecuali ketenangan jiwa dan kebahagiaan. 

Membaca kisah ini juga bikin kita makin mengerti bahwa kebahagiaan dan kekayaan itu bukan dari kekuasaan dan kecantikan dunia, tapi dari ketaatan dan kepatuhan pada Tuhan dan orang tua kita. Kisah epik yang apik dibaca buat semua umur.

Bandarlampung, 8 Juni 2020

Sunday 7 June 2020

Review Buku Tales of Unease karya Sir Arthur Conan Doyle



Tales of Unease yang ditulis oleh  Sir Arthur Conan Doyle ini terdiri dari lima belas cerita yang sarat dengan petualangan berlatar tempat-tempat yang belum pernah kukunjungi. Bahkan, penulis yang menghasilkan karya Sherlock Holmes bersama Watson ini menurutku dapat menceritakan detil fisik dan suasana yang dapat menjalin cerita dengan apik. Membuatku bisa membayangkan dan seolah menyaksikan kejadian tersebut.

Mungkin, profesi Conan Doyle yang juga seorang dokter lah yang menjadikan karyanya, termasuk The Tale of Unease ini seolah nyata. Selain keahliannya menjalin kata-kata sebagai storyteller, pencerita yang ulung. Seorang yang melenakan pembaca lewat kata dan membawa mereka jauh melewati imajinasi yang tak terbayangkan. Larut dalan cerita yang membaurkan mimpi dan kenyataan dalam sebuah buku.

Tale of Unease yang dimulai dengan kisah The Ring of Thoth yang melukiskan ide cerita dalam gambaran yang tak subtle tentang karakter Vansittart Smith, pelajar Inggris yang inconsisten dengan pilihan karir dan hidupnya serta bagaimana caranya meraih keinginannya. Hingga ia bertemu dengan seorang immortal berkebangsaan Mesir, Sosra yang punya satu keinginan. Mengakhiri hidupnya agar bisa bersatu dengan kekasihnya, Atma yang telah mati beratus tahun lalu.

Membaca kisah The Ring of Thoth ini pasti akan menghadirkan perbedaan persepsi tentang arti kehidupan ini. Membuat kita berhati-hati dengan apa yang kita inginkan. Karena kadang yang kita inginkan belum tentu yang terbaik bagi kita. Bahkan terkadang, keinginan bisa bikin hidup kita menderita. Seperti Sosra yang ingin hidup kebal dari penyakit dan kematian, menyesali hidupnya dan meratapi pilihannya karena ia tak bisa bersama Atma, kekasihnya. Kematian yang awalnya tak ia inginkan, justru menjauhkannya dari yang paling ia cintai.

Cerita selanjutnya berjudul The Lord of Chateau Noir. Berkisah tentang pembunuhan anak buah Kolonel Von Gramm. Kisah yang melibatkan polisi  saksi, dan tertuduh yang diawali dengan bagaimana Von Gramm berusaha mengumpulkan bukti-bukti untuk menangkap si pembunuh. Berdasarkan kesaksian disimpulkan bahwa tersangka utama adalah seorang Count yang dianggap unstable sejak kematian anak satu-satunya. Penelusuran dari penyidikan polisi terus berlangsung. Bahkan Captain Baumgarten berhasil menggrebek kediaman Count of Chateau Noir. Sayang, Baumgarten awalnya tak berhasil menemui Chateau Noir. Hingga ia dijamu oleh Chateau butler dan tak menyadari bahwa dirinya dijebak.

Kisah berlatar perang ini menggambarkan kebencian Chateau Noir atas tentara German yang punya andil atas pembunuhan anaknya. Meski begitu, ia tak membalas kematian anaknya dengan membunuh Baumgarten. Meski tak bisa dijadikan pembenaran bahwa ia tak membunuh anak buah Van Gramm.

Sungguh, membaca kisah ini bikin aku terus menduga-duga dan penasaran. Membuatku berpikir bahwa penulis memang membiarkan pembaca untuk menyimpulkan sendiri akhir dari cerita ini. Menjadikan kita merasa addicted dengan cerita-cerita selanjutnya.

Terbayang kan gimana seseorang bisa ketagihan untuk terus membaca dan membaca cerita Conan yang mengasyikkan ini ? Bagaimana seorang Conan Doyle dengan pengetahuan akademis yang ia miliki bisa membawa latar suatu peristiwa bisa terkesan nyata. Hingga pembaca diajak untuk menyelidiki penyebab suatu, mengumpulkan bukti dan mencari jalan keluarnya. Mungkin ini yang jadi kekuatan buku-buku Conan Doyle di mata pembaca setianya..

Selain itu, kekuatan tulisan ini bisa jadi didasari oleh tempat-tempat eksotis yang pernah penulis kunjungi. Serta ketajaman intuisi penulis menuangkan ide cerita dalam buku hingga aku pun senang membaca buku yang bisa dibaca semua umur ini.

Eh, masih ada tiga belas cerita di buku ini yang belum kupahami. Sepertinya perlu kubaca ulang hehe. Tunggu besok, ya! See ya!

Anyway, thaks for dropping in^^

Bandarlampung, 7 Juni 2020

Judul buku : The Tales of Unease
Penulis        : Sir Arthur Conan Doyle
ISBN            : 81-7826-415-3
Penerbit      : Rohan Book Company
Terbit           : 2003
Printed at    : Verdhman Offset, Delhi
Tebal            : 248 halaman

And The Mountains Echoed: Harapan dalam Keputusasaan

Manaar tergeletak di kasur tipis, butut dan bau   di antara kasur-kasur serupa di ruangan sempit itu. Tubuhnya kurus dengan benjolan membesa...