Pernah mendengar
tentang kisah perjalanan mencari kitab suci seorang pendeta Budha bersama
pengikutnya dalam mencari kebenaran? Kisah perjalanan ke Barat yang penuh liku
dan penderitaan. Kisah yang mempresentasikan akan sulitnya seorang manusia yang
tulus dan jujur dalam mencari kebenaran.
Pertanyaannya
sekarang, apakah semua orang beruntung bertemu dan berhasil dalam menemukan apa
yang dicari? Apakah kebenaran itu sendiri merupakan jawaban akan semua masalah
yang ada dalam kehidupan kita? Lalu, setelah menemukannya, apakah manusia
beruntung tersebut dapat melepaskan pemahaman yang ia miliki sebelumnya jika
itu tak sesuai dengan kebenaran yang ia temui setelahnya ? Atau mengambil
sebagian dan melepaskan sebagian demi keselamatan diri?
Nah, pertanyaan dan
jawaban dari apa yang menderu di dada manusia yang terus mencari ini terlukis
dalam kisah nyata sederhana di buku bersampul biru ini. Buku yang berjudul “Akhirnya
Kutemukan Kebenaran” yang berjudul asli Tsuma tadaitu karya Dr. Muhammad
Al-Tijani Al-Samawi ini mengisahkan perjalanan spiritual sang penulis dalam
pencariannya menemukan kebenaran. Sebuah kisah yang sangat mengena di hatiku
karena kejujuran penulis yang pasti bisa diambil hikmahnya.
Penulis yang namanya
diambil karena kecintaan pada aliran tarekat Tijaniah yang beraliran Maliki
yang banyak dianut di Tunisia. Sebuah nama istimewa mengingat keluarga Tijani
merupakan pengikut tarekat yang pertama kali sejak kedatangan salah satu anak
Syaikh Sayyidi Ahmad Tijani yang datang dari Jazair mengunjungi kota Qafsyah
dan tinggal di rumah keluarga as Samawi.
FYI bahwa tarekat Tijaniyah ini tersebar luas di
Maghribi, Jazair, Tunisia, Libya, Sudan, dan Mesir. Para pengikutnya dikenal
cukup taasub atau fanatik hingga tak datang menziarahi kuburan wali lain.
Mereka percaya semua wali belajar secara silsilah, kecuali Syaikh Ahmad Tijani.
Beliau dipercaya belajar langsung pada Nabi
Muhammad saw secara yaqazatan, yakni
secara nyata. Bukan mimpi. Meski jarak zaman terpisah selama 15 abad. Bahkan
tarekat ini percaya bahwa sembayang sempurna yang dilakukan Syaikh lebih baik
40 kali dari mengjhatamkan Al quran.
Buku yang diawali
dengan perjalanan awalnya mengenal dunia spiritualisme melalui sang ibu. Bagaimana
kehidupan keluarga yang begitu kental dengan sentuhan keagamaan dan semangat
sang ibu untuk membesarkan Tijani kecil dengan cinta yang begitu dalam-
terpisah dengan tarekat sufi yang begitu menjamur di utara Afrika.
Dikisahkan bahwa
Tijani merupakan orang pertama seusianya yang menginjakkan kaki di tanah suci, terutama
di kota Qafsah.
Usiaku delapan belas tahun tahun ketika Gerakan Pramuka Tunisia
menunjukku untuk mewakili negara dalam Seminar Pertama Penelitian Arab dan
Islam di Mekkah. …(hal. 13)
Perjalanan Tijani ke
beberapa kota lain seperti Athena, Amman, sebelum akhirnya tiba di Mekkah untuk
mengikuti seminar dan melaksanakan ibadah haji dan umroh ini membuatnya
terkenal dan dikagumi. Ia pun mengenal beberapa ulama besar yang membuatnya
mempertanyakan tentang dirinya. Kesadaran yang membuatnya mengkritisi
keyakinannya selama ini.
Dialog-dialog bernas
yang ditulisnya dibuku ini pun membawa kita lebih jauh tentang beberapa
kekeliruan pemahaman karena sumber data yang tidak valid. Bahwa kita tak bisa
menilai sesuatu atau seseorang berdasar dari orang-orang yang tak berilmu atau
dugaan saja. Sebagaimana kita tak bisa menuduh seseorang berbohong, atau
mencuri kecuali orang itu mengakui kejahatannya atau kita memiliki bukti yang
valid atas tuduhan tersebut.
So, membaca buku ini
Insya Allah bisa membuka ruang pemikiran baru tentang khazanah perbedaan. Kita jadi
lebih mengetahui bahwa perbedaan itu kiranya tidak menjadikan manusia itu tak
layak untuk dikasihi dan dicintai. Paling tidak, kita harus mengetahui dengan
jelas tentangnya. Tentu saja hal itu dapat dilakukan dengan banyak mendengar,
membaca dan belajar. Berusaha untuk open minded atas segala perbedaan dan
merenungkannya. Bukankah manusia itu tercipta berbeda-beda dalam bentuk tubuh,
warna kulit, cara hidup, dan cara ibadah? Tapi, yakinlah bahwa semua mahluk itu
beribadah dengan caranya dan pengetahuannya masing-masing. Tiap diri nanti akan
dimintai pertanggungan-jawabnya di hadapan Allah tanpa kecuali. So, tak ada
yang berhak menilai sesuatu atau menghakimi kecuali Allah.
Salam literasi^^
Judul buku : Akhirnya Kutemukan Kebenaran Kisah Pengembaraan Intelektul dan Spiritual
Judul asli : Thumma Ihtadaitu
Penulis : Dr. Muhammad al-Tijani al-Samawi
Edisi Bahasa Arab : Cetakan Beirut, Lebanon 1411 H
Penerjemah : Hesein Shahab
Penerbit : Pustaka Pelita
Tebal buku : 264 halaman
Bandarlampung, 24
Juni 2020
No comments:
Post a Comment