Saturday 5 September 2020

Belajar Lewat Media Digital. Siapa Takut?



Perubahan adalah niscaya. Perubahan yang bernama lain ketidakpastian. Hal yang tak terbantahkan di dunia ini. Apalagi dengan percepatan perubahan dunia yang mengakibatkan kita untuk ikut berubah. Termasuk merubah gaya hidup kita. 

Sayangnya, banyak orang yang nyaman dengan kebiasaan lama. Belum siap menghadapi pola kehidupan new normal hingga menimbulkan krisis di hampir semua aspek kehidupan kita.  

Nah, aku akan bahas aspek yang terkait dengan media pembelajaran dalam kehidupan dengan adaptasi kebiasaan baru (New Normal) menggunakan media digital. Media yang awalnya dikolaborasikan dengan media konvensional.

Aku masih ingat di masa lalu, guruku masih menggunakan media pembelajaran konvensional papan tulis dan kapur tulis. Gimana guruku menulis dengan semangat hingga tangannya putih semua, dan kami dengan senang bergantian menghapus papan tulis. Menyisakan debu kapur yang berterbangan di ruang kelas. Apalagi bisa bercanda dengan teman-teman dengan mengusapkan debu kapur tulis ke wajah mereka. Kami bisa tertawa seharian. 

Setelah kapur tulis dan papan tulis, media pembelajaran berubah. Guru mulai menggunakan spidol yang lebih ramah debu. Terlihat lebih bersih dan efisien, meski menurutku berfungsi sama. Media pembelajaran. Sebagaimana media digital yang kini mulai marak digunakan sebagai jawaban atas masalah krisis pandemi Covid. Media yang perannya dianggap cukup vital dalam proses pembelajaran.

Sebagai guru, media digital sangat membantu dalam proses pembelajaran sehari-hari di masa New Normal ini. Meski kami belum begitu terbiasa. Selayaknya orang yang terkena bencana kemarau setelah lama menjalani kenyamanan dalam limpahan air hujan. Begitu pun keadaan guru-guru yang terbiasa ada di zona aman. Panik dan bingung untuk belajar mengenai media digital yang dapat membantu proses pembelajaran.

Rasa bingung yang membangkitkan kesadaran kami tentang pentingnya belajar tentang media digital. Kami pun jadi berlomba belajar applikasi media digital yang akan digunakan dalam proses belajar via daring.

sumber gambar fixabay


Kesadaran Akan Pentingnya Media Digital Dalam Pembelajaran

Sebenarnya sih, peran penting media digital tak hanya menyentuh satu sisi dari proses pembelajaran saja. Melainkan, sudah sampai ke ranah yang lebih sensitif, yaitu: proses kreatif guru dan siswa dalam prosesnya. Misalnya, seorang guru dapat dengan fleksibel menggunakan media digital tak hanya dalam proses pembelajaran, tapi sebagai media konseling dan pengembangan bakat. Aspek yang output nya dapat mendorong siswa agar dapat menghasilkan produk yang punya nilai jual. 

Output siswa yang diharapkan bisa jadi motivasi untuk terus belajar dan berkarya. Belajar untuk terus mengembangkan potensi terbaiknya lewat media digital. Terutama di masa kehidupan new normal yang memaksa kita lebih sering berada di rumah demi menghindari kerumunan. 

Ruang bengkel yang kosong


Memang sih, nggak mudah beradaptasi dengan gaya hidup baru di masa new normal ini. Perlu penyesuaian dalam beraktivitas.  Kita jadi menyadari bahwa media digital adalah media yang dapat membantu kita survive dalam menghadapi kehidupan adaptasi new normal ini. 

So, dalam proses menghadapi kehidupan new normal ini, kita perlu trik jitu agar bisa menjalani kehidupan ini dengan baik. Trik yang dapat membantu kita mengatasi kesulitas dalam proses pembelajaran.

  1. Santai dan tenang
Proses pembelajaran bersama siswa/anak akan berjalan baik, jika kita sebagai guru dan orang tua dapat membimbing anak dengan santai dan tenang. Tidak buru-buru. Apalagi tegang dan sambil marah-marah.  Kebayang kan, kalau kita jadi murid yang gurunya tegang dan marah-marah? Pasti yang kita  pelajari susah nempelnya. Susah nyambung.
       

Sebaliknya, kita pasti mudah paham jika kita dibimbing guru yang santai dan tenang. Hati jadi adem. Pelajaran jadi terasa lebih mudah. 

     2 Sabar dan Percaya diri 

Tips lain adalah sabar dan percaya diri dalam membimbing anak - anak kita. Meski tidak mudah.  Apalagi menghadapi gejolak emosi day to day anak yang bosan dan kesal dengan keadaan ini. Merasa terkungkung oleh beban belajar via daring yang menumpuk.

Hasilnya, orang tua merasa kehilangan rasa sabar dan percaya dirinya menghadapi anak yang enggan belajar. Orang tua jadi mudah marah. Bahkan main tangan. So, tidak ada jalan lain selain sabar dan percaya diri bahwa kita bisa. Bisa melalui krisis ini. Lalu menjelaskan pada anak bahwa di masa pandemi ini, kita harus bersabar dan berdoa. Berharap pada Tuhan, semua lekas berlalu.

Selanjutnya, tips santai dan sabar ini kupikir dapat mengoptimalkan proses belajar via daring yang dilakukan anak. Proses belajar daring bahkan bisa memacu anak mengembangkan bakatnya lewat media sosial yang ada. Berbagai leaflet lomba online bertebaran di media sosial yang dapat diikuti anak untuk menguji mental atau mengejar hadiah.

Sebut saja lomba yang diadakan oleh Pocari sweat yang diperuntukkan bagi siswa SMA sederajat. Ajang pencarian bakat lewat media digital yang banyak peminatnya. Belum lagi ajang lain seperti: Biocalci Video Competition, Lomba design Logo, Lomba menulis dan lain-lain. Ajang yang dapat menempa kemahiran siswa dalam bermedia sosial secara bijak.


So, Belajar Lewat Media Digital. Siapa Takut?

Proses belajar via daring yang bisa dilakukan di mana saja ini dapat menggunakan berbagai applikasi digital sesuai kebutuhan. Dari whatsapp, instagram. google meet, google classroom, zoom, facebook dan lain-lain. Aplikasi digital tersebut dapat dengan mudah diperoleh gratis di playstore. 

Nah, dengan berbagai kemudahan tersebut, kupikir jadi tak ada alasan buat takut untuk belajar lewat media digital, kan? Selain dapat memperoleh berbagai keuntungan dari segi waktu, dan uang, siswa juga dapat menjembatani keterbatasan lain lewat media digital. Siswa dapat berekspresi bebas lewat media yang ia minati. Berkarya dengan bakat terbaiknya.

Sebagai guru, kami pun berusaha memberi contoh pada siswa didik agar terus semangat belajar lewat media digital. Kami juga mengikuti lomba yang diadakan media online. Termasuk aku. Masalah menang atau kalah, itu adalah bonus.

Sebagaimana ucapan Ali bin Abi Thalib yang sangat meresap dihatiku,

"Wahai manusia, saya tidak menyuruh anda melakukan suatu tindakan, melainkan mula-mula saya sendiri melakukanya mendahului Anda; saya tidak akan mencegah Anda dari sesuatu melainkan saya mencegahnya dahulu dari diri saya." (imam Ali bin Abi Thalib, Puncak Kefasihan: 1997)

So, gimana dengan kamu? Tulis pendapatmu, ya? Terima kasih.

No comments:

Post a Comment

And The Mountains Echoed: Harapan dalam Keputusasaan

Manaar tergeletak di kasur tipis, butut dan bau   di antara kasur-kasur serupa di ruangan sempit itu. Tubuhnya kurus dengan benjolan membesa...