Thursday 10 September 2020

Ali bin Abi Thalib Sosok Mulia Sepanjang Zaman

 


“… Saya tidak pernah meragukan kebenaran itu sejak (kebenaran) itu ditunjukkan kepada saya. Musa tidak merasa takut bagi dirinya sendiri, melainkan dia prihatin atas kemenangan orang bodoh dan berkuasanya kesesatan. Sekarang kita berdiri di simpang jalan kebenaran dan kebatilan. Orang yang yakin akan mendapatkan air, tidak merasakan haus.” (Puncak Kefasihan, hal: 37)

 

Siang itu aku ngobrol bareng seorang teman sambil menikmati bakso Sony yang lumayan terkenal di Bandarlampung. Sambil menyantap bakso yang panas dan lezat, aku memperhatikan sekelilingku. Kulihat sekelompok remaja sedang asyik makan bakso dan minum es cendol Sony yang dingin. Paduan yang maknyus di saat lapar dan haus di siang hari.

Sebenarnya, aku sih tertarik memperhatikan dandanan mereka. Cantik dan imut. Seneng melihatnya. Sayangnya, menurutku mereka terlihat sama dandanannya. Terutama make up  yang dikenakan. Persis seperti artis Korea.

Aku pun (dulu) seorang penggemar drakor aka drama Korea. Jadi, aku mengerti gimana rasanya mengidolai bintang K-Pop selevel Big Bang, Girl Generation, dan SNSD yang super kece itu. Flawless, jago menari dan menyanyi serta jago acting. Package idola yang mendekati sempurna. Gimana nggak kepincut ingin seperti mereka, ya kan?

Mungkin itulah yang bikin gelombang Korean wave merebak di tahun 2000an. Hingga banyak remaja yang berlomba-lomba untuk mengikuti trend yang diperkenalkan bintang idola mereka dari kosmetik, baju, sepatu, jam tangan, hingga gawai Samsung. Bahkan mereka rela menabung dan meminjam uang demi membeli produk yang digunakan idola mereka. Termasuk membeli tiket konser live jika sang idola datang ke Indonesia.

Menurut data KBS World TV yang menyediakan pelayanan streaming program Korea  di twitter saja sudah tembus di angka 100.000 followers.  Sedangkan KPop Indonesian di instagram  ada di angka 417.000 followers dengan  facebooknya yang  bisa meraup traffik pengguna di kisaran 700 ribu likes per tautan.

Dampaknya, sih mulai terasa dari makin maraknya pembelanjaan produk-produk ala Korean. Bahkan mengikuti tren drakor Korea teranyar, seperti The World of The Married, Touch, Dr. Romantic 2, Crash Landing on You dan lain-lain. Para K-Popers  rela mengorbankan banyak waktu dan uang demi bintang pujaan. Mereka ingin diakui sebagai remaja yang mengikuti tren. Tak sadar bahwa tren konsumtif ini tak membawa kebaikan, tapi kemudhorotan.

Ali bin Abi Thalib, Sosok Mulia Sepanjang Zaman


Sekarang ini, bergesernya moral generasi muda yang lebih tertarik dengan gaya hidup kekinian yang cenderung konsumtif, hedonism dianggap hal yang biasa. Padahal gaya hidup pop ini  mengakibatkan generasi muda melupakan budaya Islami yang mengutamakan kesederhanaan. Budaya yang berakar dari pemahaman tentang figur mulia Nabi dan keluarganya. Terutama figur Ali bin Abi Tholib yang dikenal sebagai pintunya ilmu. Pemisah surga dan neraka.

Dalam artikel “Dampak Modernitas K-Pop pada Gaya Hidup Siswi Berbasis Pesantren,” yang ditulis oleh Sholihah dan Sudrajat (2019) dapat diketahui mengenai budaya pop yang bertolak belakang dengan budaya Islam. Dampaknya yang bisa dilihat dari dimensi aktivitas, minat, dan opini.

Pada dimensi aktivitas dapat diketahui dari bagaimana penggemar K-Pop memberikan prioritas dari membelanjakan produk yang berkaitan dengan K-Pop. Pada dimensi minat, penggemar K-Pop akan menyukai dan hanya akan membeli produk bernuansa K-Pop. Pada opini, mereka akan menganggap bahwa K-Popers ini memberi dampak positif bagi intensitas penjualan produk K-Poper yang menguntungkan masyarakat.  Mereka berasumsi bahwa mengikuti perkembangan budaya K-Pop sudah sesuai dengan tuntutan tren modernitas.

Budaya pop yang dianggap tren ini mengakibatkan tingkat konsumerisme yang tinggi di kalangan generasi muda. Budaya konsumtif yang dianggap positif oleh sebagian orang, namun makin menjauhkan generasi muda dari perenungan dan logika. Perenungan bahwa dunia ini hanya sementara, dan logika bahwa K-Pop ini hanyalah satu dari budaya kapitalis yang bikin kita makin lupa pada Allah. Lupa bahwa budaya terbaik adalah yang dicontohkan model pemuda sepanjang zaman. Ali bin Abi Thalib.

 

Mengenal Ali Bin Abi Thalib



Pemuda Ali yang dikenal sebagai sepupu Rasulullah, suami Fatimah Azzahra binti Muhammad, dan ayah dari Hasan dan Husein yang begitu dicintai Nabi. Ali yang sejak kecil selalu berada dalam lingkungan kenabian, dan dalam bimbingan langsung pamannya. Muhammad bin Abdul Mutthalib. Nabi suluh umat. Kedekatan keduanya diibaratkan bagai Harun dan Musa. Tak terpisahkan.

Ali bin Abi Thalib terlahir dari rahim seorang ibu yang bernama Fatimah binti Assad bin Hasyim bin Abd Manaf dan ayah bernama Abu Thalib bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abd Manaf. Diceritakan bahwa sejarah mencatat Ali bin Abi Thalib sebagai pemuda pemberani yang kezuhudannya tergambar dalam perkataan dan perbuatannya.

Beliau dikenal sebagai pemuda pertama yang menerima kenabian, dan orang kedua setelah Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi SAW. Kedekatannya dapat diketahui sejak awal kenabian Rasulullah. Ali selalu mengikuti Nabi bagai anak unta pada induknya.

Ketaatannya pun terlihat dengan kepatuhan Ali untuk tinggal di rumah Nabi dan tidur di kasur Nabi, saat Nabi bersama Abu Bakar Siddiq hijrah ke Madinah. Ali menjalankan perintah Nabi dengan keberanian dan tanpa rasa ragu. Ali tak pernah takut akan kematian.

Dalam sejarah tercatat seorang sahabat Amirul Mukminin, Hammam menanyakan tentang gambaran orang takwa. Ali menjawab dengan anjuran agar bertakwa pada Allah dan melaksanakan amal shaleh karena, “sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.” (QS. 16: 126)

 

Pencapaian Ali bin Abi Thalib

Sebagaimana kita ketahui bahwa pencapaian karir politik Ali bin Abi Thalib dimulai sejak masa kanak-kanak. Di masa anak-anak ia telah menundukkan kepala lelaki Arab yang kenamaan, kepala suku Rabi’ah dan Mudhar. Ia juga mematahkan ujung tombak mereka.

Imam Syafi’i menggambarkan sifat Ali dengan sifat pemikiran yang derajatnya paling baik,

“ Apakah yang dapat kukatakan tentang orang yang dalam dirinya terdapat tiga sifat dengan tiga sifat lainnya, yang tidak pernah bersama-sama dalam diri siapa pun lainnya – kemurahan hati dengan kesusahan, keberanian dengan kebijaksanaan, dan ilmu pengetahuan dengan sifat amaliah.”

Ali mengibarkan bendera Islam di usia 16 tahun sebagai komandan pasukan termuda di zamannya. Ia juga komandan perang Khaibar yang dicatat sebagai perang yang cukup fenomenal. Bagaimana seorang Ali bin Abi Thalib yang mampu mengangkat benteng Khaibar dengan tangannya sendiri, dan memenangkan perang tanpa memakan banyak korban. Keberaniannya juga terbukti dengan ikut dalam hampir di setiap perang (kecuali perang Tabuk)  membela Nabi. Menegakkan panji kebenaran.

Beliau juga ditunjuk sebagai khilafah keempat dalam kepemimpinan umat, menggantikan Usman bin Affan. Masa kepemimpinan yang sulit dengan gejolak politik yang hebat, hingga mengakibkan terjadinya perang Shiffin. Konflik yang ditangani dengan bijak dibawah kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. Beliau mampu meredam konflik dengan mengirim pasukan wanita berpakaian pria untuk mengatasi masalah itu.

Keutamaan Utama Ali bin Abi Thalib sebagai Model Generasi Muda


Adapun keutamaan Ali bin Abi Thalib yang lain adalah kecintaannya pada orang miskin. Meski dalam kesederhanaannya, beliau tak pernah membiarkan orang mengetuk pintu rumahnya dan pergi dengan tangan kosong.

Diceritakan pernah suatu ketika saat ia dan keluarganya harus menahan lapar, dan berpuasa hingga dua hari, hingga Ali mencari rezeki dan mendapat makanan untuk berbuka mereka. Saat itu seseorang datang mengetuk rumahnya untuk meminta makanan, maka diberikanlah makanan tersebut. Keluarga itu kembali berpuasa.

Bandingkan dengan budaya K-Popers yang cenderung berfoya-foya. Menghamburkan uang pada hal yang kurang dibutuhkan, seperti: membeli tiket konser idolanya dengan menghabiskan uang gaji sebulan, atau rela meminjam uang demi membeli busana seperti idola. Mengorbankan hal yang lebih prioritas.

Bukan berarti kita harus hidup menderita dan berkesusahan tanpa hiburan, tapi sesuatu yang berlebihan itu yang tidak dianjurkan. Kecuali, dengan kecintaan kita pada K-Pop akan membawa kita jadi pribadi yang lebih cinta sesama dan sering bersedekah – maka budaya ini baik untuk ditiru.

Sebagaimana kemuliaan Ali bin Abi Thalib dan keluarganya yang bahkan di tengah kesederhanaannya, ia masih mampu bersedekah pada yang membutuhkan. Beliau pun pernah bersedekah di tengah shalatnya. Masya Allah. Ia tak pernah mengecewakan hati orang miskin yang memohon bantuannya.

Ilustrasinya sih, jika dengan mengikuti budaya K-Pop, kita menjadi pribadi baik dan agung, maka budaya ini mungkin bisa dijadikan trensetter. Begitupun sebaliknya. Budaya yang berlebihan itu tak membawa kebaikan. Mendekati jalan yang menyimpang dari kebenaran.

“ Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka akan jadi kayu api bagi neraka jahanam.” (QS, 72:15)

Mengerikan, ya? Ancaman Allah ini kiranya dapat dijadikan pertimbangan dalam mencari teladan terbaik dalam hidup kita. Kita nggak mau jadi kayu api neraka, kan? Jadi, meskipun budaya K-Pop membawa warna lain pada perekenomian Indonesia, kita sebagai generasi muda dapat berpikir dan merenung sebelum bertindak dengan meniru buta.  

Sebagaimana yang dikatakan oleh Syarif Radhi dalam pembuka buku ini bahwa, 

“ …..Mereka telah diberi waktu untuk mencari keselamatan, telah ditunjuki jalan yang benar dan telah diberi kesempatan untuk hidup dan menuntut kebajikan…”(hal: 181)

Semoga kita semua sebagai generasi muda dapat meneladani pribadi-pribadi pilihan Allah, hingga kita termasuk dalam golongan yang beruntung.

28 comments:

  1. Masya Allah, kakak keren tulisannya. Ngingetin sama shabat Rasulullah. Ali pemuda cerdas yang taat....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya..mbak.. Pribadi ini emang luar biasa. Contoh pemuda yang jadi cerminan Nabi yang wajib kita jadikan figure pilihan

      Delete
  2. baca paragraf pertama kok ada bakso sony, dulu tahun 2010 pernah kerja di balam dan hobi makan itu bakso enak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya. Bakso Sony emang lumayan dikenal di Lampung.

      Delete
    2. Emang enak itu bakso. Ada cabangnya di parung. Tapi gak tau siy bener cabangnya apa bukan

      Delete
  3. salfok sama makan bakso efek belum makan haha jadi lapar.
    semoga kita semua bisa menjadi pribadi yang baik dengan mencontoh para pejuang agama. aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin.. moga kita bisa jadikan figure pilihan seperti Nabi dan keluarganya sebagai contoh terbaik..

      Delete
  4. Nah, seharusnya ini tokoh yang dijadikan idola. Selain cerdas, pemberani juga.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener mbak Lusi. Tokoh ini emang legenda banget. Bisa jadi inspirasi kita semua..

      Delete
  5. Aku suka drakor, untungnya udah emak², jadi gak niru² gaya mereka heuheu. Palingan nonton karena riset buat nulis cerpen. Plot twist drakor cakep². Paling suka kalau ngangkat cerita ada mental illnesnya gitu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak Desi, drakor emang punya setting bagus ya. Mungkin itu yg bikin drakor punya fans setia 😊

      Delete
  6. Bakso Sonny di Karang ya kak? Pas siang-siang gini jadi pengen bakso, sambil minum es teh manis. Semoga kita bisa menjadi pribadi yang peduli dan tidak selalu mengutamakan kepentingan pribadi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya.. bakso Sony ada yg di Karang. Cabangnya sih ada di mana2. Di Kedaton, way Halim, Antasari dll. Macam franchise gitu. Tapi yg paling maknyus ya yang di Karang itu..🤗

      Delete
  7. Masya Allah, smoga makin byk yg membahas para sahabah dan sahabiyah sprti ini, agar generasi ke depan smakin maju

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin.. moga generasi muda jadi lebih mengenal figure pilihan seperti beliau ya mbak..

      Delete
  8. Sudah lama sekali saya mendengar cerita tentang Ali Bin Abi Thalib. Dengan membaca artikel ini jadi teringat kembali semua sifat berani dan kebaikan beliau yang bisa kita terapkan di kehidupan sehari-hari ya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak. Ali bin Abi Thalib emang figure teladan yg bisa jadi panutan kita..

      Delete
  9. Saya langsung catat keteladanan Ali bin Abi Thalib, kemurahan hati dengan kesusahan, keberanian dengan kebijaksanaan, dan ilmu pengetahuan dengan sifat amaliah.
    Sependapat dengan mbak, jadi pengingat saya juga sebenarnya, kepada artis lain.

    ps: saya pernah makan di bakso sony mbak heheh. Tempatnya luas sekali ya. Kalau saya main ke Lampung, kita meet up yuk mbak. (jika corona sudah berlalu)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ali bin Abi Thalib emang Sosok teladan. Bagus banget kalo kita mau belajar ttg sepupu Nabi yang juga menantu Nabi ini.

      Ps.. siap mb Renov..🤗 smoga kita selalu sehat ya🥰

      Delete
  10. Kembali lagi pendidikan agama Dalam keluarga harus diterapkan sejak dini agar tidak terbawa ke pusaran Kpop yg melupakan Kita pada Allah Dan Islam

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener mbak Julia. Pendidikan agama harus diterapkan di keluarga. Harapannya tiap keluarga bisa jadi benteng bagi Budaya yg tidak baik..

      Delete
  11. Masya Allah ya walaupun kita dalam kekurangan kita tetap harus bersedekah seperti akhlaknya Ali yang rajin bersedekah walaupun juga mengalami kekurangan

    ReplyDelete
  12. Dulu Kpop cuma dikenal orang2 yang banyak main medsos saja. Sekarang karena marketplace2 dan produk2 dalam negeri banyak pakai kpop idol buat jadi bintang iklan, anak2 juga jadi tau. Bahkan di billboard di jalan juga ada, jadi anakkupun jadi tahun BTS 😅 Tapi nggak sampai tahap ngefans ya. Sebagai ortu juga nggak bisa langsung mengcut karena kalau caranya salah, malah bisa jadi tambah penasaran dan memberontak. Tapi iya aku tau ada anak2 pesantren dan sekolah2 IT ngefans dengan grup idol yang baju mini dan lagunya sarat dengan seksualitas. Jadi ortu harus makin aware.

    ReplyDelete
  13. MasyaAllah, sungguh sosok yg layak diidolakan Ali Bin Abi Thalib ini.

    Aku miris generasi saat ini justru terjebak dalam cinta buta kepada kpop dan drakor. Bahkan muridku bnyk yang kutemukan memakai nama artist drakor idola mrk, casing hp oppa drakor, lihat foto oppa langsung alay.

    ReplyDelete
  14. Aku suka ali bin abi thalib, aku juga suka drakor, juga suka makan bakso sony. Salah gak ya... ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku juga suka kok, Mbak. Kupikir nggak salah, sih. Asalkan rasa suka kita dalam level yang tidak meninggalkan kecintaan kita pada Allah..

      Delete
  15. MasyaAllah ... Ali bin Abi Thalib jiwa keislamannya sudah kuat sejak muda ya, usia 16 tahun. Semoga banyak pemuda yang belajar dari sosok beliau.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin..

      Ya, mbak. sosok Ali bin Abi Thalib ini emang gak ada duanya. Mungkin karena Ali bin Abi Thalib begitu dekat dengan sosok sepupunya. Nabi Muhammad saw..

      Delete

And The Mountains Echoed: Harapan dalam Keputusasaan

Manaar tergeletak di kasur tipis, butut dan bau   di antara kasur-kasur serupa di ruangan sempit itu. Tubuhnya kurus dengan benjolan membesa...