Monday, 29 June 2020
Review Buku Metode Penelitian Untuk Pengajaran Bahasa Inggris
Sunday, 28 June 2020
Review Buku Seri Pemuka Islam Ali Bin Abi Thalib
Happy Moments of First Baby, Pregnancies, and Its Myths
Desire to be a part of the pregnancy and childbirth does not reduce a man's anticipation of discomfort regarding an... Nowhere is the socioeconomic programming so 'hardwired" as in the intense pressure fathers feel to provide financial.(Parenthood in America: An Encyclopedia - Volume 1 page 228)
Thursday, 25 June 2020
Kebijakan Pendidikan di Indonesia Selama Covid 19
Belajar tanpa berpikir itu tidaklah berguna, tapi berpikir tanpa belajar itu sangatlah berbahaya (Soekarno)
- Ketentuan penyesuaian UKT dalam permendikbud 25/2020
- Dana bantuan UKT mahasiswa di tahun 2020
- Kebijakan BOS afirmasi dan BOS kinerja
- Membuat jadwal.
Orang tua dapat membuat jadwal belajar secara fleksible sesuai dengan ritme kegiatan anak. Tujuannya sih, dengan jadwal dan perencanaan belajar yang sistematis. Kebijakannya di serahkan penuh pada orang tua dengan mengacu keputusan dalam rapat komite sekolah.
- Membuat suasana belajar nyaman dan menyenangkan
Selanjutnya, pembelajaran daring selama belajar di rumah saja akan terasa tak membosankan jika suasana belajar dibuat asyik dan santai. Misalnya, orang tua bisa menggunakan sarana video atau gambar atau bahkan mengubah suasana rumah agar lebih menyenangkan.
- Menggunakan metode belajar sambil bermain
Orang tua juga dapat menggunakan metode belajar sambil bermain dengan sarana yang ada di rumah, seperti: gawai untuk pembelajaran komputer, atau kebun di samping rumah untuk pembelajaran pengetahuan alam.
Wednesday, 24 June 2020
Review Buku Akhirnya Kutemukan Kebenaran
Pernah mendengar
tentang kisah perjalanan mencari kitab suci seorang pendeta Budha bersama
pengikutnya dalam mencari kebenaran? Kisah perjalanan ke Barat yang penuh liku
dan penderitaan. Kisah yang mempresentasikan akan sulitnya seorang manusia yang
tulus dan jujur dalam mencari kebenaran.
Pertanyaannya
sekarang, apakah semua orang beruntung bertemu dan berhasil dalam menemukan apa
yang dicari? Apakah kebenaran itu sendiri merupakan jawaban akan semua masalah
yang ada dalam kehidupan kita? Lalu, setelah menemukannya, apakah manusia
beruntung tersebut dapat melepaskan pemahaman yang ia miliki sebelumnya jika
itu tak sesuai dengan kebenaran yang ia temui setelahnya ? Atau mengambil
sebagian dan melepaskan sebagian demi keselamatan diri?
Nah, pertanyaan dan
jawaban dari apa yang menderu di dada manusia yang terus mencari ini terlukis
dalam kisah nyata sederhana di buku bersampul biru ini. Buku yang berjudul “Akhirnya
Kutemukan Kebenaran” yang berjudul asli Tsuma tadaitu karya Dr. Muhammad
Al-Tijani Al-Samawi ini mengisahkan perjalanan spiritual sang penulis dalam
pencariannya menemukan kebenaran. Sebuah kisah yang sangat mengena di hatiku
karena kejujuran penulis yang pasti bisa diambil hikmahnya.
Penulis yang namanya
diambil karena kecintaan pada aliran tarekat Tijaniah yang beraliran Maliki
yang banyak dianut di Tunisia. Sebuah nama istimewa mengingat keluarga Tijani
merupakan pengikut tarekat yang pertama kali sejak kedatangan salah satu anak
Syaikh Sayyidi Ahmad Tijani yang datang dari Jazair mengunjungi kota Qafsyah
dan tinggal di rumah keluarga as Samawi.
FYI bahwa tarekat Tijaniyah ini tersebar luas di
Maghribi, Jazair, Tunisia, Libya, Sudan, dan Mesir. Para pengikutnya dikenal
cukup taasub atau fanatik hingga tak datang menziarahi kuburan wali lain.
Mereka percaya semua wali belajar secara silsilah, kecuali Syaikh Ahmad Tijani.
Beliau dipercaya belajar langsung pada Nabi
Muhammad saw secara yaqazatan, yakni
secara nyata. Bukan mimpi. Meski jarak zaman terpisah selama 15 abad. Bahkan
tarekat ini percaya bahwa sembayang sempurna yang dilakukan Syaikh lebih baik
40 kali dari mengjhatamkan Al quran.
Buku yang diawali
dengan perjalanan awalnya mengenal dunia spiritualisme melalui sang ibu. Bagaimana
kehidupan keluarga yang begitu kental dengan sentuhan keagamaan dan semangat
sang ibu untuk membesarkan Tijani kecil dengan cinta yang begitu dalam-
terpisah dengan tarekat sufi yang begitu menjamur di utara Afrika.
Dikisahkan bahwa
Tijani merupakan orang pertama seusianya yang menginjakkan kaki di tanah suci, terutama
di kota Qafsah.
Usiaku delapan belas tahun tahun ketika Gerakan Pramuka Tunisia
menunjukku untuk mewakili negara dalam Seminar Pertama Penelitian Arab dan
Islam di Mekkah. …(hal. 13)
Perjalanan Tijani ke
beberapa kota lain seperti Athena, Amman, sebelum akhirnya tiba di Mekkah untuk
mengikuti seminar dan melaksanakan ibadah haji dan umroh ini membuatnya
terkenal dan dikagumi. Ia pun mengenal beberapa ulama besar yang membuatnya
mempertanyakan tentang dirinya. Kesadaran yang membuatnya mengkritisi
keyakinannya selama ini.
Dialog-dialog bernas
yang ditulisnya dibuku ini pun membawa kita lebih jauh tentang beberapa
kekeliruan pemahaman karena sumber data yang tidak valid. Bahwa kita tak bisa
menilai sesuatu atau seseorang berdasar dari orang-orang yang tak berilmu atau
dugaan saja. Sebagaimana kita tak bisa menuduh seseorang berbohong, atau
mencuri kecuali orang itu mengakui kejahatannya atau kita memiliki bukti yang
valid atas tuduhan tersebut.
So, membaca buku ini
Insya Allah bisa membuka ruang pemikiran baru tentang khazanah perbedaan. Kita jadi
lebih mengetahui bahwa perbedaan itu kiranya tidak menjadikan manusia itu tak
layak untuk dikasihi dan dicintai. Paling tidak, kita harus mengetahui dengan
jelas tentangnya. Tentu saja hal itu dapat dilakukan dengan banyak mendengar,
membaca dan belajar. Berusaha untuk open minded atas segala perbedaan dan
merenungkannya. Bukankah manusia itu tercipta berbeda-beda dalam bentuk tubuh,
warna kulit, cara hidup, dan cara ibadah? Tapi, yakinlah bahwa semua mahluk itu
beribadah dengan caranya dan pengetahuannya masing-masing. Tiap diri nanti akan
dimintai pertanggungan-jawabnya di hadapan Allah tanpa kecuali. So, tak ada
yang berhak menilai sesuatu atau menghakimi kecuali Allah.
Salam literasi^^
Judul buku : Akhirnya Kutemukan Kebenaran Kisah Pengembaraan Intelektul dan Spiritual
Judul asli : Thumma Ihtadaitu
Penulis : Dr. Muhammad al-Tijani al-Samawi
Edisi Bahasa Arab : Cetakan Beirut, Lebanon 1411 H
Penerjemah : Hesein Shahab
Penerbit : Pustaka Pelita
Tebal buku : 264 halaman
Bandarlampung, 24
Juni 2020
Monday, 22 June 2020
Review Buku Lukisan Keabadian karya Kahlil Gibran
Monday, 15 June 2020
Review Buku Al Huda: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Islam
Saturday, 13 June 2020
New Normal: Sebuah Harapan Perubahan
Secara harfiah bahasa yang kupahami, new normal itu berarti suatu hal normal yang baru. Mungkin perubahan perilaku Entah deh, karena beberapa konsep normal pun menurutku berbeda tiap orang. Sebagai contoh; Seorang yang terbiasa hidup mewah dan kecukupan yang terbiasa dengan makanan enak dan barang branded akan berbeda konsep normalnya dengan orang miskin yang biasa makan seadanya sekedar pengganjal perut dan barang yang sangat terbatas. Atau konsep new normal yang tujuannya adalah keselamatan bersama yang menggunakan azas gotong royong. Bukan bersama dalam konteks sebagian saja. Sementara sebagian yang lain ditinggalkan atau hanya diperhatikan secara sesaat saja. Artinya di sini konsep gotong royong yang hanya berdasar unsur kepentingan 'baju' sebagian saja.
Sedangkan konsep new normal yang lain adalah persiapan kebiasaan hidup baru yang lebih harmonis dengan alam dalam nuansa gotong-royong sebagai akibat dari peristiwa luar biasa pandemi ini. Konsep yang lebih ramah dengan sekitar dan menjaga keberlangsungan kehidupan masyarakat. Menumbuhkan rasa simpati pada sesama dan lingkungan berikut yang hidup di dalamnya. Sebut saja perubahan prilaku dengan rajin cuci tangan dan memakai masker, kita akan melindungi diri kita dan orang lain dari bahaya menyebarnya pandemi ini. Insya Allah. Apalagi kalau kita mau sedikit berbagi dengan orang sekitar yang menerima dampak langsung dari pandemi ini. Yah, nggak usah muluk-muluk sih, aku biasanya beli kebutuhan pokok dari warung terdekat rumah. Tujuanku ya, selain membantu diriku aku juga ikut menjaga keberlangsungan usaha kecil tetanggaku.
Wuih, gaes.. aku pun nggak ngerti aku ngomong apaan. Okelah, nggak apa ya. New normal di era digital ini juga kan membuka ruang hijau pemikiran, meski yang kupikir ini pun bukannya baru dan normal sekali. Bingung? Aku juga. Mungkin sama bingungnya dengan para pedagang atau orang awam yang nggak ngerti tentang istilah-istilah yang belakangan muncul sejak pandemi ini. Mereka sih lebih ngerti dengan harga cabe yang melorot hingga di angka dua ribuan perkilo dari tangan petani. Harga yang dipicu rendahnya permintaan pasar dan banyaknya supply.
Okey, kembali ke new normal yang mungkin erat kaitannya dengan banyak hal mengingat pandemi ini mempersempit ruang gerak hampir semua orang yang dipaksa stay at home sebagai mitigasi penyebaran Covid 19. Hal yang menyisakan hancurnya perekonomian banyak pelaku bisnis di seluruh dunia.
Barusan aku ngobrol dengan beberapa teman yang bisnis tenda dan tata rias pengantin selama tiga bulan ini nol pemasukan. Bahkan seorang teman yang bisnis percetakan curhat kalau ia rugi puluhan juta karena sekolah yang udah pesen untuk cetak soal ujian semester dan US, membatalkan dan menarik semua uang mereka. Padahal kertas sudah dibeli dan sebagian naskah sudah naik cetak. So, ia sekarang harus menjual beberapa barang miliknya untuk menutupi hutang. Begitu pun bisnis lain yang terpaksa menghentikan usaha sementara demi kebaikan bersama.
Nah, gaes.. terlepas apa pun pengertian new normal menurut jumhur ahli yang bicara di telivisi, bagi pemain kelas bawah aka akar rumput ini adalah harapan untuk memperoleh sumber penghasilan kedua. Tentunya dengan tidak meninggalkan sumber penghasilan pertama yang sekarang belum pulih. Contohnya begini, seorang petani cabe yang pendapatannya anjlok hingga terjun bebas di angka dua ribu musti aka kudu cari pendapatan lain. Usaha yang bisa dilakukan berkat mulai dibukanya pasar-pasar dan mal juga warung makan sebagai sarana baru mengais rezeki yang baru. Petani tersebut bisa saja bekerja sampingan sebagai pedagang buah atau menjual langsung produk yang dihasilkan agar memperoleh pendapatan tambahan. Sambil terus mengumpulkan modal untuk menanam cabe nanti. Pointnya sih, ya gitu. Sekarang semua orang harus bisa bertahan hidup dengan menanggulangi kebutuhan perut yang hampir sulit dipenuhi jika stuck at home unless you have savings.
Bagi aku yang seorang guru honor swasta yang bekerja di sekolah swasta yang notabene mengandalkan pemasukan dari spp siswa, pandemi ini sangat mempengaruhi ritme gaji bulanan. Beberapa kolega guru bahkan terpaksa dirumahkan tanpa gaji karena rendahnya pemasukan sekolah. Padahal mereka telah mengabdi bertahun-tahun. Implikasi yang membuahkan keresahan kami semua.
Proses mitigasi penyebaran pandemi ini telah menelurkan empat kali perubaham keputusan sejak awalnya di tanggal 17 Maret 2020. Surat keputusan gubernur yang memerintahkan sekolah untuk mengadakan aktivitas pembelajaran di rumah melalui daring. Konsep pembelajaran yang kudengar akan diluncurkan bertahap melalui ujian dengan sistem digital di tahun 2017 an. Bedanya sekarang harus dilakukan di rumah dengan keterbatasan sarana dan pengawasan sekolah. Dengan kata lain, hampir semua aktivitas mengikutsertakan peran aktif keluarga di rumah. Privilage yang mungkin tak dimiliki semua siswa karena berbagai alasan termasuk masalah finansial.
Seperti yang dulu pernah kuceritakan, eh pernah gak ya? Lupa aku. Okeh, anggap saja sudah ya haha. Maksa ya?
Baiklah, bagi yang belum tahu akan kuceritakan sekilas tentang sekolahku. Nggak banyak, lho..
Sekolahku itu sekolah swasta yang berdiri di tahun 2004 dengan siswa yang awalnya hanya puluhan. Seiring perjalanan waktu dan hebatnya tim marketing sekolah yang melibatkan guru, siswa di sekolahku sekarang menginjak angka seribuan. Alhamdulillah, ya. Sayangnya, perubahan itu tidak diikuti dengan peminat SMK yang kisaran menengah ke bawah. Hal yang berimbas dengan tingginya angka tunggakan. Apalagi sekarang karena pandemi yang meniadakan kontak fisik guru dan siswa. Hingga tagihan bengkak di angka satu milyar lebih. Hal yang memungkinkan guru bakal tidak di gaji bulan depan. Sedih ya?
Jujur sih..bagiku dan teman-teman, harapan yang muncul di masa new normal yang memberi kelonggaran aktivitas di sekolah bikin kami semangat. Sejak senin kemarin kami semua menghubungi wali murid untuk mencicil tunggakan mereka. Usaha yang direspon positif dari pihak wali murid. Tentu saja semua dilakukan sesuai petunjuk pemerintah yang dikeluarkan gubernur. FYI, untuk SMK/SMA sederajat di Lampung, aturannya mengikuti SK Gubernur Lampung. Sedangkan SD dan SMP di Bandarlampung, mengikuti aturan dari Walikota Bandarlampung, Herman HN.
Sumber Keuangan Kedua Bagi Guru
Welll, seperti yang kita ketahui, sebagaimana siswa yang punya keahlian yang berbeda, guru pun punya skill beda-beda. So, usaha kami untuk mengatasi permasalahan kantong pun beda-beda. Ada yang ngojek, dagang online, atau bikin kue atau sayur mateng yang dijual di pasar. Aku, sendiri, berusaha dengan jualan. Lumayanlah, aku bisa dapet tambahan beli kuota buat pembelajaran daring.
Beberapa dari kami saling tukaran produk jualan agar nambah konsumen. Bahkan saling bertukar tips untuk nambah konsumen.
Begini nih tips simpel mendapatkan konsumen;
- Sering update status di medsos tentang produk jualan kita
- Rajin silahturahmi dengan temen sambil nawarin produk kita. So, dia kasian atau gak enak dan beli dagangan kita.
- Rajin promosi keunggulan produk kita sama temen-temen sambil maksa mereka untuk beli. Mengingatkan mereka betapa hidup tak utuh tanpa dagangan kita wkwk
- Deketin ortu, saudara, adik dan paksa dengan cara apa pun untuk beli. Janjikan pada mereka bahwa kamu akan lakukan hal yang sama jika mereka jualan juga.
- Jika semua tips gagal, ulangi terus sampai berhasil sambil cari cara terbaik untuk marketing dan memperbaiki produk. Pointnya sih, pantang nyerah aja. Kayak Jack Ma gitu gaes..
Okelah, demikian ceritaku hari ini yang mungkin bisa diambil hikmahnya. Moga masa new normal ini kita makin lebih rajin berdoa dan berusaha untuk kebaikan seluruh umat di dunia. Aamin.
Salam literasi!
Bandarlampung, 12 Juni 2020
Wednesday, 10 June 2020
Review Buku Tafsir Surat-Surat Pilihan, Mengungkap Hikmah Al-quran
Monday, 8 June 2020
Shahnameh: The Tragedy of Iranian's Kings
Karya klasik berlatar sejarah Iran kuno ini pun jadi rujukan ilmuwam untuk memahami tentang budaya Iran yang erat dengan nilai spiritual. Bagaimana orang Iran kuno memiliki ketaatan dan kesetiaan pada Ormuzd, penguasa semesta. Rasa taat yang kental hingga membutakan kesenangan diri dan rela melepaskan kenikmatan dunia. Bahkan mengorbankan nyawa sekalipun bukan suatu hal yang sulit dilakukan karena kepercayaan atas kehidupan abadi setelah dunia yang fana ini. Pengharapan atas balasan kehidupan lain setelah kematian. Surga. Hal yang membuat orang Iran tak pernah takut atas kematian. Karakter yang digambarkan dengan vivid oleh Ferdowsi dalam tokoh Sam, Zal dan Rostam. Tokoh-tokoh ksatria keturunan Feridoun yang membintangi Shahnameh ini.
Sunday, 7 June 2020
Review Buku Tales of Unease karya Sir Arthur Conan Doyle
Tales of Unease yang ditulis oleh Sir Arthur Conan Doyle ini terdiri dari lima belas cerita yang sarat dengan petualangan berlatar tempat-tempat yang belum pernah kukunjungi. Bahkan, penulis yang menghasilkan karya Sherlock Holmes bersama Watson ini menurutku dapat menceritakan detil fisik dan suasana yang dapat menjalin cerita dengan apik. Membuatku bisa membayangkan dan seolah menyaksikan kejadian tersebut.
Mungkin, profesi Conan Doyle yang juga seorang dokter lah yang menjadikan karyanya, termasuk The Tale of Unease ini seolah nyata. Selain keahliannya menjalin kata-kata sebagai storyteller, pencerita yang ulung. Seorang yang melenakan pembaca lewat kata dan membawa mereka jauh melewati imajinasi yang tak terbayangkan. Larut dalan cerita yang membaurkan mimpi dan kenyataan dalam sebuah buku.
Tale of Unease yang dimulai dengan kisah The Ring of Thoth yang melukiskan ide cerita dalam gambaran yang tak subtle tentang karakter Vansittart Smith, pelajar Inggris yang inconsisten dengan pilihan karir dan hidupnya serta bagaimana caranya meraih keinginannya. Hingga ia bertemu dengan seorang immortal berkebangsaan Mesir, Sosra yang punya satu keinginan. Mengakhiri hidupnya agar bisa bersatu dengan kekasihnya, Atma yang telah mati beratus tahun lalu.
Membaca kisah The Ring of Thoth ini pasti akan menghadirkan perbedaan persepsi tentang arti kehidupan ini. Membuat kita berhati-hati dengan apa yang kita inginkan. Karena kadang yang kita inginkan belum tentu yang terbaik bagi kita. Bahkan terkadang, keinginan bisa bikin hidup kita menderita. Seperti Sosra yang ingin hidup kebal dari penyakit dan kematian, menyesali hidupnya dan meratapi pilihannya karena ia tak bisa bersama Atma, kekasihnya. Kematian yang awalnya tak ia inginkan, justru menjauhkannya dari yang paling ia cintai.
Cerita selanjutnya berjudul The Lord of Chateau Noir. Berkisah tentang pembunuhan anak buah Kolonel Von Gramm. Kisah yang melibatkan polisi saksi, dan tertuduh yang diawali dengan bagaimana Von Gramm berusaha mengumpulkan bukti-bukti untuk menangkap si pembunuh. Berdasarkan kesaksian disimpulkan bahwa tersangka utama adalah seorang Count yang dianggap unstable sejak kematian anak satu-satunya. Penelusuran dari penyidikan polisi terus berlangsung. Bahkan Captain Baumgarten berhasil menggrebek kediaman Count of Chateau Noir. Sayang, Baumgarten awalnya tak berhasil menemui Chateau Noir. Hingga ia dijamu oleh Chateau butler dan tak menyadari bahwa dirinya dijebak.
Kisah berlatar perang ini menggambarkan kebencian Chateau Noir atas tentara German yang punya andil atas pembunuhan anaknya. Meski begitu, ia tak membalas kematian anaknya dengan membunuh Baumgarten. Meski tak bisa dijadikan pembenaran bahwa ia tak membunuh anak buah Van Gramm.
Sungguh, membaca kisah ini bikin aku terus menduga-duga dan penasaran. Membuatku berpikir bahwa penulis memang membiarkan pembaca untuk menyimpulkan sendiri akhir dari cerita ini. Menjadikan kita merasa addicted dengan cerita-cerita selanjutnya.
Terbayang kan gimana seseorang bisa ketagihan untuk terus membaca dan membaca cerita Conan yang mengasyikkan ini ? Bagaimana seorang Conan Doyle dengan pengetahuan akademis yang ia miliki bisa membawa latar suatu peristiwa bisa terkesan nyata. Hingga pembaca diajak untuk menyelidiki penyebab suatu, mengumpulkan bukti dan mencari jalan keluarnya. Mungkin ini yang jadi kekuatan buku-buku Conan Doyle di mata pembaca setianya..
Selain itu, kekuatan tulisan ini bisa jadi didasari oleh tempat-tempat eksotis yang pernah penulis kunjungi. Serta ketajaman intuisi penulis menuangkan ide cerita dalam buku hingga aku pun senang membaca buku yang bisa dibaca semua umur ini.
Eh, masih ada tiga belas cerita di buku ini yang belum kupahami. Sepertinya perlu kubaca ulang hehe. Tunggu besok, ya! See ya!
Anyway, thaks for dropping in^^
Bandarlampung, 7 Juni 2020
Koneksi Antar Materi Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis NIlai-Nilai Kebajikan Universal Sebagai Pemimpin
Assalamualaikum, bapak/ ibu hebat. . Tabik pun.. Salam bahagia. Setelah saya mempelajari modul 3.1, maka saya akan membagikan Koneksi Anta...
-
Aku suka sekali makan coklat. Tapi, aku nggak begitu suka ikan. Aku juga nggak suka bawang merah. Jika makan sayur, aku akan membuang bawang...
-
“… Saya tidak pernah meragukan kebenaran itu sejak (kebenaran) itu ditunjukkan kepada saya. Musa tidak merasa takut bagi dirinya sendiri, ...
-
Seorang pemuda mengerutkan dahinya, hatinya terenyuh melihat seorang ayah yang memukul anaknya di tepi jalan. Ia berjanji pada dirinya sendi...