Bicara tentang review buku dan kaitannya dengan perubahan cara pikir menurutku cukup relevan. Terlepas apa pun buku yang kita baca. Sederhananya, aku ambil contoh diriku sendiri yang mungkin bisa disebut impulsif dan sedikit pragmatis. Emosional. Sifat yang sering menjadikanku mengambil sikap tanpa memikirkan akibatnya.
Well, bukan berarti aku menganggap diriku buruk sekali. Bukan. Aku hanya berpikir bahwa aku harus berusaha berubah, dan bagiku, cara sederhana yang bisa kulakukan adalah dengan mempelajari hikmah cerita dari buku yang kubaca dan kutulis dalam bentuk review Jadi, aku tak perlu mengulang 'dosa' yang sama dari cerita itu sambil memberi hikmah yang sama pada yang membaca tulisanku. Paling tidak, kupikir caraku melihat dan menilai sesuatu jadi berbeda, lebih luas. Aku jadi lebih hati-hati dalam bertutur dan bertindak. Contohnya saja, saat aku membaca "The Bonesetter's Daughter" yang ditulis oleh Amy Tan. Buku ini mengisahkan tentang pergulatan warga perantauan China di tanah Amerika, tanah kebebasan. Buku ini menggambarkan tentang cinta, rasa malu, penyesalan, dan maaf yang hadir dalam hati manusia. Rasa yang tumbuh karena kasih sayang yang ada di hati. Penerimaan yang akhirnya membuahkan rasa damai.
Lalu, ada "Aroma Karsa" tulisan Dee Lestari yang berkisah tentang rasa keinginan, keserakahan manusia yang tak pernah habis, juga tentang cinta yang hadir. Kisah tentang Jati dan Suma yang punya penciuman tajam. Tentang Raras dan Janirah yang terbelenggu masa lalu. Cerita tentang 'nafsu' mencari dan memiliki benda yang dapat mengabulkan 'keinginan' yang tak berbatas. Cerita menawan yang menaburkan imajinasi ke ruang tertinggi dalam proses membaca kita.
Ada juga "Kisah-Kisah Hewan dalam Al-quran" karya Ahmad Bahjat. Kisah penuh hikmah tentang keutamaan ketaatan pada Allah. Kisah yang ditulis dengan bahasa bertutur indah yang dapat dipahami siapa saja, termasuk anak-anak.
Juga buku-buku lain yang dengan pemahaman sederhanaku berhasil kutuntaskan, yang sebagiannya kureview. Buku-buku yang menorehkan kesan yang istimewa di ruang pikirku.
Selanjutnya, dalam keseharianku, aku memandang wajah peserta didikku di SMK, dan sedikit merenung. Aku ingat pernah mendengar tentang Revolusi 4.0 yang telah membuat gagap generasi ini. Disrupsi informasi yang membanjiri kepala kita (termasuk anak SMK) yang belum siap secara mental. Bagaimana tidak, sebagian dari mereka langsung menelan mentah-mentah ribuan informasi yang tumpah itu, dan menyebarkannya. Tanpa memahami dan meneliti data-data itu dengan hati-hati. Tentu saja, efeknya bisa fatal baik dalam jangka pendek atau jangka panjang. Aku sendiri pernah lihat efek jangka pendek dari informasi bohong (hoax) ini, seperti: tawuran atau perkelahian antar pelajar. Sayang, kan? Padahal, mereka akan terhindar dari tindakan anarki itu jika mereka berpikir jernih. Pikiran yang jernih bisa muncul saat kita sadar tentang pentingnya menahan diri. Sikap yang bisa hadir dengan banyak diskusi dan membaca buku-buku yang berkualitas. Membuka ruang bagi pemikiran dari sudut pandang yang berbeda. Ruang yang mungkin "tidur" jika tidak dibangunkan.
Apa itu Society 5.0?
Aku jadi ingat tentang keprihatinan pemerintahan Jepang terkait isu disrupsi informasi teknologi yang menimpa sebagian besar warganya, terutama pelajar. Isu yang ditanggapi oleh pemerintah yang endingnya lebih terpusat pada kemaslahatan masyarakat. Human centered. Era Society 5.0 ini value baru dikreasikan melalui inovasi yang akan menghilangkan batas umur, gender, dan bahasa dan memberi provisi produk dan jasa yang lebih beragam demi pemenuhan kebutuhan kita. Value ini diharapkan dapat memajukan perkembangan dan memecahkan masalah sosial di masyarakat.
Kenapa harus review buku?
Praktisnya sih, menurutku, dengan mereview buku kita jadi lebih serius membaca dan mencatat hal-hal yang penting yang tersirat dalam buku. Otak kita akan terus bekerja dan berlatih untuk mengingat. Hal yang nantinya akan membantu kita dalam memenuhi kebutuhan hidup kita. Tentu saja, kita dapat mereview buku yang sesuai dengan kebutuhan kita. Contoh, jika aku seorang guru, aku akan membaca dan mereview buku-buku pendidikan atau buku materi pendidikan.
Aku juga pernah merasakan manfaatnya membaca buku dan mereviewnya saat menghadapi ujian PPG ku tahun 2017 lalu. Beberapa soal yang diberikan banyak terdapat di buku-buku yang kubaca. Bermanfaat, kan?
Anyway, reviewing books for me is just like digging up the deepest secret of human's mistery. You may find what you look for or you may keep searching and get something better. Then,be a better human.
So, gaes.. terus membaca dan belajar. Seperti kata orang dulu, "Tak ada kata terlambat dan tua untuk belajar. Dimana pun. Kapan pun. Kecuali kamu dapati dirimu dalam kebingungan dan ketidakbahagiaan." Semangat, ya!
Bandarlampung, 31 Januari 2020
Well, bukan berarti aku menganggap diriku buruk sekali. Bukan. Aku hanya berpikir bahwa aku harus berusaha berubah, dan bagiku, cara sederhana yang bisa kulakukan adalah dengan mempelajari hikmah cerita dari buku yang kubaca dan kutulis dalam bentuk review Jadi, aku tak perlu mengulang 'dosa' yang sama dari cerita itu sambil memberi hikmah yang sama pada yang membaca tulisanku. Paling tidak, kupikir caraku melihat dan menilai sesuatu jadi berbeda, lebih luas. Aku jadi lebih hati-hati dalam bertutur dan bertindak. Contohnya saja, saat aku membaca "The Bonesetter's Daughter" yang ditulis oleh Amy Tan. Buku ini mengisahkan tentang pergulatan warga perantauan China di tanah Amerika, tanah kebebasan. Buku ini menggambarkan tentang cinta, rasa malu, penyesalan, dan maaf yang hadir dalam hati manusia. Rasa yang tumbuh karena kasih sayang yang ada di hati. Penerimaan yang akhirnya membuahkan rasa damai.
Lalu, ada "Aroma Karsa" tulisan Dee Lestari yang berkisah tentang rasa keinginan, keserakahan manusia yang tak pernah habis, juga tentang cinta yang hadir. Kisah tentang Jati dan Suma yang punya penciuman tajam. Tentang Raras dan Janirah yang terbelenggu masa lalu. Cerita tentang 'nafsu' mencari dan memiliki benda yang dapat mengabulkan 'keinginan' yang tak berbatas. Cerita menawan yang menaburkan imajinasi ke ruang tertinggi dalam proses membaca kita.
Ada juga "Kisah-Kisah Hewan dalam Al-quran" karya Ahmad Bahjat. Kisah penuh hikmah tentang keutamaan ketaatan pada Allah. Kisah yang ditulis dengan bahasa bertutur indah yang dapat dipahami siapa saja, termasuk anak-anak.
Juga buku-buku lain yang dengan pemahaman sederhanaku berhasil kutuntaskan, yang sebagiannya kureview. Buku-buku yang menorehkan kesan yang istimewa di ruang pikirku.
Selanjutnya, dalam keseharianku, aku memandang wajah peserta didikku di SMK, dan sedikit merenung. Aku ingat pernah mendengar tentang Revolusi 4.0 yang telah membuat gagap generasi ini. Disrupsi informasi yang membanjiri kepala kita (termasuk anak SMK) yang belum siap secara mental. Bagaimana tidak, sebagian dari mereka langsung menelan mentah-mentah ribuan informasi yang tumpah itu, dan menyebarkannya. Tanpa memahami dan meneliti data-data itu dengan hati-hati. Tentu saja, efeknya bisa fatal baik dalam jangka pendek atau jangka panjang. Aku sendiri pernah lihat efek jangka pendek dari informasi bohong (hoax) ini, seperti: tawuran atau perkelahian antar pelajar. Sayang, kan? Padahal, mereka akan terhindar dari tindakan anarki itu jika mereka berpikir jernih. Pikiran yang jernih bisa muncul saat kita sadar tentang pentingnya menahan diri. Sikap yang bisa hadir dengan banyak diskusi dan membaca buku-buku yang berkualitas. Membuka ruang bagi pemikiran dari sudut pandang yang berbeda. Ruang yang mungkin "tidur" jika tidak dibangunkan.
Apa itu Society 5.0?
Aku jadi ingat tentang keprihatinan pemerintahan Jepang terkait isu disrupsi informasi teknologi yang menimpa sebagian besar warganya, terutama pelajar. Isu yang ditanggapi oleh pemerintah yang endingnya lebih terpusat pada kemaslahatan masyarakat. Human centered. Era Society 5.0 ini value baru dikreasikan melalui inovasi yang akan menghilangkan batas umur, gender, dan bahasa dan memberi provisi produk dan jasa yang lebih beragam demi pemenuhan kebutuhan kita. Value ini diharapkan dapat memajukan perkembangan dan memecahkan masalah sosial di masyarakat.
Kenapa harus review buku?
Praktisnya sih, menurutku, dengan mereview buku kita jadi lebih serius membaca dan mencatat hal-hal yang penting yang tersirat dalam buku. Otak kita akan terus bekerja dan berlatih untuk mengingat. Hal yang nantinya akan membantu kita dalam memenuhi kebutuhan hidup kita. Tentu saja, kita dapat mereview buku yang sesuai dengan kebutuhan kita. Contoh, jika aku seorang guru, aku akan membaca dan mereview buku-buku pendidikan atau buku materi pendidikan.
Aku juga pernah merasakan manfaatnya membaca buku dan mereviewnya saat menghadapi ujian PPG ku tahun 2017 lalu. Beberapa soal yang diberikan banyak terdapat di buku-buku yang kubaca. Bermanfaat, kan?
Anyway, reviewing books for me is just like digging up the deepest secret of human's mistery. You may find what you look for or you may keep searching and get something better. Then,be a better human.
So, gaes.. terus membaca dan belajar. Seperti kata orang dulu, "Tak ada kata terlambat dan tua untuk belajar. Dimana pun. Kapan pun. Kecuali kamu dapati dirimu dalam kebingungan dan ketidakbahagiaan." Semangat, ya!
Bandarlampung, 31 Januari 2020
Keren... Menginspirasi.
ReplyDeleteHari ini aku sempatkan baca beberapa lembar buku di perpustakaan, ternyata memang langsung berdampak kepada pola pikir. Serasa ada energi baru yang masuk.
Jadi tertantang untuk bikin reviewbjuga nih ..
Iya..pernah seorang siswa yang sudah lulus SMK dan menemuiku. Ia sekarang pun mengakui pentingnya membaca. Kemarin ketemu di perpus tapi tidak ngobrol. Kami sibuk baca hehe
DeleteAnyway..makasih udah mampir^^
Keren banget, tidak meluoakan apa yang sudah dibaca
ReplyDeleteWow mantap, dengan membaca kita akan jadi lebih kritis juga tentunya dengan segala yg terjadi di sekitar. Btw, aku pinjem aroma karsa dunk mb😁
ReplyDeleteBoleh..kita meet up aja hehe
Delete