Monday 29 June 2020

Review Buku Metode Penelitian Untuk Pengajaran Bahasa Inggris

Bismillah

Sebentar lagi Tahun Ajaran Baru 2020/2021. Momen yang berbeda dibanding tahun-tahun ajaran baru sebelumnya, mengingat kebijakan baru di ranah pendidikan yang mulai dicanangkan, seperti aturan penyerderhanaan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).

Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai kompetensi dasar.

Nah, aku nggak akan membicarakan tentang permen-permen dan kisi-kisi dari standar proses yang terdiri 23 item itu - yang Alhamdulillah telah disederhanakan jadi 3 item saja, dan disebut RPP Guru Merdeka. RPP yang beri kemudahan buat guru .

Aku akan mereview buku tulisan guruku sewaktu PPGDJ di Unila tahun 2017 lalu, Prof. Ig Bambang yang dikenal dekat dengan para mahasiswanya. Kepribadian dan integritasnya bikin beliau jadi idola di kalangan mahasiswi.

Well, mungkin tepatlah seperti yang orang bilang, "Cintailah gurumu, maka ilmu yang kau pelajari akan terasa mudah."

Kiranya ini tepat menggambarkan dosen yang senang membahas tentang filsafat ini.

Okey, kembali ke buku metodologi penelitian yang  covernya berwarna putih ini yang kupikir baik dijadikan referensi bacaan buat guru atau calon guru dalam membuat RPP dan PTK (Penelitian Tindakan Kelas). So, evaluasi seusai pembelajaran bisa lebih maksimal.



Buku yang terdiri dari tujuh belas bab ini diawali dengan bab pertama tentang Penelitian Dalam Pengajaran Bahasa Asing. Isu yang dibahas tuntas dan mendalam.

Sedangkan bab dua membahas tentang validitas dan reliabilitas. Di sini dijelaskan bahwa meski ilmu sosial hampit tak mungkin diukur validitas dan reliabilitasnya, keduanya wajib diperhatikan peneliti demi menghasilkan temuan-temuan yang dapat diandalkan.

Dikatakan bahwa validitas dan reliabilitas adalah unsur alat ukur yang relatif tak terpisahkan. Dalam ilmu sosial, penting untuk dipahami bahwa tak ada subjek dari penelitian yang betul-betul memiliki kondisi dan situasi yang sama dengan subjek dari penelitian yang lain. Sehingga validitas dan reliabilitasnya bisa berbeda dari penelitan satu ke penelitian yang lain.

Bisa dikatakan bahwa keduanya merupakan aspek penting dalam penelitian.

Selain menjelaskan tentang pengertian, contoh dan keutamaan dari kedua aspek dari penelitian ini, buku ini juga menjelaskan prosedur pengambilan sampel penelitian. Isu yang dijelaskan dengan cukup sederhana hingga peneliti mudah mengimplementasikannya di kelas.

Dengan kata lain, bahasan-bahasan di buku ini kupikir cukup berguna bagi mahasiswa jurusan pendidikan bahasa asing dan guru. Buku yang dapat membantu pembaca untuk merancang dan melaksanakan penelitian dalam bidang pengajaran bahasa asing.

Bandarlampung, 29 Juni 2020

Judul buku    : Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing
Penulis           : Ag. Bambang Setiyadi
Tebal buku    : 313 halaman
Penerbit         : Graha Ilmu

Sunday 28 June 2020

Review Buku Seri Pemuka Islam Ali Bin Abi Thalib

Bismillahirrohmanirohim

Selamanya kita tak akan bisa menyangkal tentang keutamaan dan kemuliaan manusia-manusia suci keluarga Rasulullah Saw. Keagungan dan tauladan seluruh umat manusia.



Buku karya Syed Mehdi Ayatullahi setebal 56 halaman ini kiranya bisa memperkenalkan tentang sekelumit kisah manusia agung ini. Ali bin Abi Thalib. Suami Fatimah Azzahra putri Rasulullah sekaligus keponakan Rasulullah. Seorang pemuda yang pertama kali masuk Islam.

Kecintaan dan ketaatan Ali pada Rasulullah Saw tergambar jelas dalam kisah ini. Bahkan banyak riwayat menyatakan keutamaan posisi Ali di sisi Rasulullah. 

"Siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpin, maka Ali juga adalah pemimpinnya. Ya Allah! Cintai orang yang mencintai Ali, dan musuhi orang yang memusuhi Ali. Tolonglah orang yang menolong Ali, dan musuhilah siapa saja yang menentangnya. Hendaknya hadirin menyampaikan kepada yang tidak hadir. Aku berharap mereka berkenan untuk mendengar dan mau menerimanya." 

Awal kisah dimulai saat kelahiran Ali bin Abi Thalib di tanggal tiga belas Rajab, dua puluh tiga tahun sebelum Rasulullah hijrah. Bayi mungil yang lahir ini memancarkan cahaya di semesta raya.

Diceritakan oleh Kunaab Mecci bahwa ia melihat Fatima binti Assad berjalan tertatih mengelilingi Kaabah. Mereka mendengarnya berdoa, " Ya Allah aku beriman pada Mu dan Nabi Ibrahim, yang atas perintah Engkau ia membangun Kaabah ini. Ya Allah aku bersumpah demi Nabi Mu dan demi putra yang ada dalam kandunganku. Berilah kemudahan padaku dalam melahirkan putraku."

Lalu, terjadilah peristiwa luar biasa. Allah mengabulkan doa Fatima. Tembok Kaabah terbuka, dan masuklah Fatima ke dalamnya.

Melihatnya Abbas dan orang-orang bingung dan heran. Mereka berusaha membantu. Tapi pintu Kaabah tidak terbuka. Hingga 4 hari kemudian keluarlah Fatima bin Assad bersama bayinya. 

"Tuhan telah memilih aku di antara wanita-wanita Mekkah, dan Dia telah menjadikan aku sebagai tamu Nya. Aku bertamu ke rumah Nya, para malaikat menyuguhiku makanan dan minuman dari Surga."

Inilah gambaran awal betapa sejak kelahirannya yang suci, kehidupannya pun selalu berada dalam bimbingan langsung manusia pilihan Allah. 

Sebagaimana yang tertulis dalam Nahjul Balaghah, 

"Saudaraku Nabi Muhammad Saw selalu memangkuku di dalam pangkuannya, dan senantiasa memeluk aku dengan kasih sayang. Beliau selalu mengunyahkan makanan untukku, dan memasukkannya ke dalam mulutku."

Aku juga pernah membaca tentang kecintaan pengikut Ali karena cintanya pada Rasulullah, hingga di pintu rumahnya terukir kata-kata, " La fata ila Ali wa la saifa ila zulfikar.." 

Nah, selanjutnya buku ini pun menceritakan rentang perjalanan hidup masa remaja Ali bin Abi Thalib yang tak jauh dari bayang-bayang Rasulullah. Bagai "Laron yang mengitari Lentera."

Ali remaja juga selalu mendampingi Rasulullah dalam peperangan dengan keberanian dan ketaatannya. Bahkan, Ali bin Abi Thalib mampu mengangkat benteng Khaibar dengan kedua tangannya. Benteng yang seharusnya diangkat dua puluh orang ini dapat diangkat Ali bin Abi Thalib sendirian. 

Kisah pengorbanan diri, kepemimpinan dan kasih sayangnya pada umat kiranya dapat dijadikan inspirasi bagi generasi milenia.


Aku terkesan akan rasa kasih sayang Ali bin Abi Thalib pada orang miskin. Hingga saat shalat pun, Ali bin Abi Thalib mampu bersedekah.


So, bisa dibilang buku yang disajikan bergambar ini cukup baik dibaca semua umur. Selain penyampaian pesan yang simple, buku ini pun menginformasikan pada kita bahwa kecintaan dan pengorbanan itu berjalan bersama. Dan, sungguh bahwa yang mencintai akan selalu bersama dengan yang dicintai. Insya Allah.

Marilah kita memohon pada Allah, semoga kecintaan kita  pada yang dicintai Rasulullah menjadikan kita berhak atas syafaat Nya. Aamiin

Bandarlampung, 26 Juni 2020

Judul Buku   : Ali bn Abi Thalib Ra
Penulis          : Syed Mehdi Ayatullahi
Tebal buku   : 56
Penerjemah  : Akhmal
Editor             : Sandy, U. Bashir, S.Ag
Penerbit        : Penerbit Al Huda Dream

Happy Moments of First Baby, Pregnancies, and Its Myths

Kebahagiaan itu sederhana. Sebagamana sebuah keluarga yang menanti kehadiran seorang bayi pertama yang dinanti. Apalagi bagi seorang pria sekaligus suami yang menantikan detik-detik menjadi seorang ayah untuk pertama kalinya. Perasaan excited dan antisipasi yang tak terkira pasti memenuhi relung hati. Ditambah rasa syukur pada nikmat yang Allah berikan atas amanah yang luar biasa.


Mungkin rasa itu juga yang terlukis seperti yang disampaikan oleh tulisan ini, Kenginan yang dalam seorang suami untuk ikut berkontribusi dalam proses kehamilan dan kelahiran tak mengurangi berjuta rasa resah membuncah karena menunggu kelahiran si buah hati.

Desire to be a part of the pregnancy and childbirth does not reduce a man's anticipation of discomfort regarding an... Nowhere is the socioeconomic programming so 'hardwired" as in the intense pressure fathers feel to provide financial.(Parenthood in America: An Encyclopedia - Volume 1 page 228)
Bahkan di berbagai budaya,  peran suami atau pasangan hidup yang intense dapat membantu bumil melewati masa kehamilan dan kelahiran dengan baik.

Meski budaya kuno terkait pregnancy and childbirth lebih bernilai spiritual, dibandingkan sekarang. But, somehow.. moment ini pasti memberi pengharapan.


Momen Berkesan Kehamilan dan Persalinan

Persiapan menyambut kelahiran bayi can be rewarding and challenging for both expecting parents, especially for a new father. 

Sebagai calon ayah, kamu harus mempersiapkan diri menghadapi proses kehamilan dan melahirkan. Berusaha mengorganisir segalanya agar dapat memberikan yang terbaik bagi si bayi, sebagai amanah terindah Allah.

Kamu juga mungkin akan sangat kelelahan karena sibuk menemani dan membantu istri yang sedang hamil mengerjakan pekerjaan sehari-hari. Apalagi, ditambah tugasmu untuk tetap bekerja demi keluarga kecilmu. 

Bahkan, saat kelahiran nanti kamu akan super rempong. Terutama dalam 6 - 8 minggu kelahiran si bayi. Saat di mana si bayi butuh perhatian ekstra untuk makan dan tidur. 


Membawa pulang bayi pertama pasti memberi kesan mendalam bagi sang ayah baru. Perasaan yang mungkin tak bisa dilukiskan oeh kata-kata. Apalagi jika si bayi telah lama dinanti-nanti oleh keluarga besar. Kebahagiaan yang hadir datang bersama doa-doa.

Nah, bersama bahagia itu, bayi yang hadir dalam keluarga pun membawa banyak pengaruh fisik dan emosi  bagi kedua orang tuanya, termasuk sang ayah. Hal yang juga merubah ritme rutinitas harian ayah. Pastinya si ayah baru nggak bisa nongki bareng konco-konco sementara waktu karena harus berbagi tanggung jawab dengan istri dalam pengasuhan si buah hati.

Secara fisik, ayah akan mengalami kelelahan karena menemani sang istri melahirkan. Apalagi jika istri menjalani proses rumit C-section. Otomatis, pekerjaan rumah tangga akan dikerjakan oleh ayah sampai istri pulih. Kebayang kan capeknya? Maklum aja sih, ayah belum terbiasa kan?

Sedangkan secara emosi, ayah akan merasakan ikatan batin yang mendalam dengan  bayi. Perasaan akan campur aduk. Bahagia dengan kelahiran bayi. Khawatir jika tak sanggup mendidik si bayi dengan baik. Meski, nanti kamu akan merasakan kehilangan alone time dengan istri. So, ayah (suami) harus memastikan untuk sekali waktu mengatur date dengan istri agar istri selalu bahagia. Karena happy wife is happy family, ya kan?



How to Cope?

Seorang teman bilang padaku, nggak ada madrasah how to be a parent? Mungkin yang ada adalah sharing group bagi sesama orang tua untuk mengatasi permasalahan yang timbul saat pertama kali menjadi seorang ayah. Like what people said "Knowledge is weapon". Jadi, pengalaman-pengalaman sesama orang tua mungkin dapat dijadikan hikmah.

Berikut tips yang mungkin bisa dijadikan referensi untuk menghadapi the Big day

1. Siapkan makanan siap saji, Jika merasa ingin masak, buat double porsi dan bekukan. Siapkan juga menu take-out food restaurants handy. Termasuk yang siap antar.

2. Tata ulang sistem laundry menggunakan satu hamper per anggota keluarga, agar mempermudah menyortir dan merapikannya. Laundry merupakan salah satu masalah keluarga baru. 

3. Jika memungkinkan, gunakan produk yang bisa dipakai bersama, misalnya: stroller berwarna hijau, cribs, bassinets atau produk lain yang terkesan netral. Jadi bisa menghemat waktu dan uang.

4. Siapkan selimut, diaper, atau baju di mobil. 

5. Minta anggota keluarga untuk menghabiskan waktu bersama istirimu pada malam bayimu lahir. Selain keluargamu akan senang, istri juga bisa istirahat sebentar.

6. Jika memungkinkan, asistern rumah tangga dapat membantu meringankan pekerjaan istri di rumah.

7. Jangan lupa memanjakan istrimu. Biarkan ia menikmati kesenangan sederhana seperti mendengarkan musik atau menonton agar istri relax setelah lelah seharian.

Gimana? Tips simpel, kan? Pastinya sih, being a super daddy is a challenge. But, something is sure, Kebahagiaan istri adalah kebahagiaan keluarga, ya kan ya kan?

Ah, membayangkannya aja udah bikin seneng ya wkwk..

Anyway, ayah juga mungkin harus tahu bahwa bahagia juga akan lengkap jika bayi terlahir sehat. Aku sih pernah dengar beberapa mitos di beberapa negara mengenai fregnancy and childbirth, seperti: saffron yang katanya bisa bikin bayi terlihat fairer atau lebih putih. Atau mitos bahwa saat hamil, ibu nggak boleh mengkonsumsi makanan bernutrisi karena khawatir sulit melahirkan. Hingga bayi lahir dalam keadaan malnutrisi. 

Nah, mengingat banyaknya mitos-mitos di seluruh dunia yang mungkin nggak relevan di zaman ini, mungkin ada baiknya ayah  dan teman ayah tahu, ya? Yuk, kita baca.




Seperti yang kita ketahui bahwa mitos mengenai ibu hamil dan melahirkan beredar kental di seluruh dunia. Mitos yang berkembang bersama budaya yang usianya bahkan lebih tua dari usia kita semua. So, butuh pengetahuan dan riset yang tepat untuk mengetahui kalau mitos itu benar atau tidak.

Mitos kebiasaan makan

Menurut Parmar, di India dilaporkan ada 31, 7% responden percaya bahwa konsumsi saffron dapat menghasilkan fairer skin of the child. Padahal konsumsi berlebihan saffron pada hewan mengakibatkan embryonic malformation. Hingga penggunaan saffron dihindari pada bumil.

Bahkan ada mitos tentang bumil "eating for two". Padahal bumil hanya memerlukan kalori dalam jumlah tertentu.  Sekitar 300 kalori tambahan bagi ibu hamil, dibandingkan jumlah kalori yang dibutuhkan wanita dewasa sekitar 2500 kalori. Dikhawatirkan konsumsi nutrisi dan sugar berlebihan akan menyebabkan overweight yang akan berakibat buruk pada kesehatan ibu dan bayi..

Literatur di India dan Malaysia melaporkan bahwa beberapa buah dan sayur dipercaya berbahaya pada ibu hamil. Pepaya, salak, bitter gourd, dan nanas dipercaya dapat mengakibatkan keguguran.

Di Kenya, sayuran berdaun hijau dipercaya dapat mengakibatkan bayi cegukan dan tersengal selama menyusui.  Sementara di Italia, gula dipercaya dapat mengobati pusing dan keletihan selama kehamilan. Lalu, penelitian tentang dietary patterns and development of gestational diabetes mellitus (GDM), Shin et al, melaporkan tingginya konsumsi refined grains, fat, gula, dan rendahnya intake buah dan sayur menimbulkan tingginya risiko GDM.

Mitos Physical Activities

Marshal et al (22) menyatakan bahwa komunitas di selatan USA, aktivitas bumil biasanya tidak dibatasi mengingat kepercayaan bahwa kegiatan sehari-hari dapat memberikan latihan yang cukup. Ada juga yang percaya bahwa istirahat lebih penting bagi keselamatan ibu dan bayi.  Sementara yang lain percaya bahwa aktivitas fisik berbahaya bagi kehamilan.

Berbeda dengan bumil di Maasai, Tanzania yang dengan stabil menambah beban kerjanya  selama trimester kedua dan ketiga hingga kelelahan, dan melewati check antenatal. Itu dilakukan sebagai persiapan postnatal saat bumil tinggal di rumah. Sementara di Pakistan, Atif et al, melaporkan bahwa 76, 4 % responden percaya mengangkat beban dapat mengakibatkan keguguran.

Rekomendasi dari Center for Disease Control and Prevention, aktivitas fisik adalah 150 menit per minggu dengan latihan intens yang moderat seperti: jalan santai selama atau setelah melahirkan. Sementara bagi bumil yang sudah terbiasa melakukan aktivitas fisik yang sangat intens bisa dilanjutkan, asalkan bumil bisa mejaga kesehatannya. Untuk diketahui bahwa immobility adalah salah satu penyebab deep vein thrombosis. So, bumil diharapkan untuk tetap aktif bergerak.

Mitos Proses Melahirkan

Ada artikel yang berasal dari  Australia dan USA  menyatakan bahwa melahirkan adalah proses alami, dan perawatan medis modern dianggap mengganggu proses ini.

Sementara bumil di Ethiopia menghindari hospital delivery karena takut dengan  prisedur C-section. Bahkan di Paskistan orang-orang percaya bahwa setelah melahirkan dengan C-section, kegemukan akan berlangsung lebih lama. Hal yang tak selalu benar karena kegemukan bisa jadi disebabkan oleh minimnya aktivitas fisik dan pola makan ibu. 

Nah, di negara Swedia dan Brazil ditemukan risiko C-section lebih tinggi dibanding prosedur kelahiran normal   (vaginal delivery). Bukti bahwa C-section bukanlah jawaban super dibanding vaginal delivery, kecuali dalam kasus tertentu.


Myths Birth Attendants (dukun bayi/bidan/dokter kandungan)

Seorang doula (dukun beranak) dipercaya punya pengetahuan dan skill melebihi trained birth attendants untuk mengatasi komplikasi dalam proses melahirkan. Kepercayaan old yang sekarang mungkin tak dipegang seerat dulu. Menurut data tahun 1990-2015 di negara-negara seperti Srilangka, Malaysia, Thailand, Mesir, Honduras, Indonesia dan Bangladesh dilaporkan bahwa bidan terlatih kasih kontribusi penurunan maternal mortality.


Myths Placenta dan Umbilical Cord

Pernah dengar plasenta bayi yang dikubur atau dikonsumsi?

Nah, di Australia ditemukan laporan bahwa responden memilih meninggalkan plasenta (lotus birth) menempel pada bayi. Mereka percaya bahwa lotus birth adalah hak bayi dan memotongnya berarti mengambil yang bukan milikmu. Beberapa kepercayaan bahkan menganggap dengan mengkonsumsi plasenta dapat menjaga kesehatan. Padahal peneliti mengklaim bahwa diperlukan studi khusus untuk mengetahui pengaruh lotus birth bagi tubuh manusia.

Sedang di Nepal dan Laos, praktek memotong lotus birth menggunakan bambu, silet atau alat cukur, dan memadukkan minyak sayur, lem, dan abu ke dalamnya. Data WHO menyebut kisaran 34, 019 bayi mati karena kasus neonatal tetanus di tahun 2015.

Bahkan ada juga yang memasukkan kain ke mulut ibu agar muntah untuk mengeluarkan plasenta. Praktik yang membahayakan ibu. 

Sedang di tempatku, lotus birth dipercaya punya hubungan khusus dengan bayi. So, lotus birth dikubur bersama pen, pensil, kertas dan lain-lain. Lalu, diterangi oleh lilin. Aku sendiri sih belum paham dengan tujuan praktik ini. Mungkin, ada kaitannya dengan harapan akan kebahagiaan ya?


Diskusi

Kepercayaan yang dianut berbagai budaya di seluruh dunia tentang pregnancies dan childbirth adalah isu yang penting diketahui sebagai referensi. Meski mungkin beberapa praktik yang dilakukan dianggap nggak realistis karena erat dengan kepercayaan pada hal gaib, seperti bumil yang wajib bawa peniti atau gunting guna mengusir roh jahat. 

Aku sih percaya bahwa pengetahuan yang relevan dan cukup mengenai isu ini akan bikin ayah lebih siap menghadapi moment bahagia ini. Selebihnya, serahkan pada yang ahli saja. Sambil terus yakin bahwa medical care yang baik ditambah cinta dan perhatian ayah baru akan membuat ibu dan bayi sehat dan bahagia. Insya Allah.

Btw.. congrats for you mr. Zein. Moga sang buah hati jadi kebanggaan keluarga^^

Aamiin..

Salam literasi^^

Bandarlampung, 26 Juni 2020

Thursday 25 June 2020

Kebijakan Pendidikan di Indonesia Selama Covid 19

Belajar tanpa berpikir itu tidaklah berguna, tapi berpikir tanpa belajar itu sangatlah berbahaya (Soekarno)
 

Kebijakan pemerintah Indonesia di ranah pendidikan dalam mitigasi covid 19 dibuat demi mencegah penyebaran pandemi di kalangan siswa didik kita. Menyelamatkan generasi penerus yang kelak akan membangun negara tercinta kita. Sekaligus memberikan kenyamanan dan ketentraman semua pihak yang berkepentingan dalam sektor pendidikan. Tentunya dengan melibatkan peran aktif keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.


Peran signifikan keluarga yang memberikan pengertian pada anak bahwa kebijakan pendidikan ini penting untuk dipahami dan dilakukan. Kebijakan pendidikan yang mewajibkan para peserta didik untuk belajar di rumah selama pandemi. Hal yang membutuhkan peran aktif seluruh anggota keluarga untuk membimbing dan membantu anak selama belajar di rumah saja - mengingat akses internet dan gawai belum bisa dinikmati oleh semua anak.


Sebagai guru SMK yang bersentuhan langsung dengan anak dan wali murid, aku menyadari kendala pembelajaran di kelas daring selama belajar di rumah. Kendala yang menimbulkan banyak keluhan siswa dan wali murid. Apalagi pembelajaran daring ini dilakukan tanpa perencanaan dan persiapan yang matang. 


Sebelum aku cerita lebih jauh, mungkin kita semua ingat bahwa kebijakan pendidikan selama COVID 19 ini sudah berlangsung sejak tanggal 18 Maret 2020. Dan, telah mengalami perubahan selama beberapa kali, hingga akhirnya diputuskan untuk diserahkan pada kebijakan sekolah masing-masing selama masa New Normal ini.


Nah, aku akan ceritakan sedikit tentang respon pemerintah atas status kedaruratan covid-19 yang memaksa pemerintah mengambil beberapa tindakan preventif pencegahan pandemi di lingkungan sekolah. 


Kemendikbud yang merupakan perpanjangan tangan dari pemerintah juga melakukan penyesuaian pembelajaran yang tidak membebani guru dan siswa, namun sarat dengan penguatan karakter seiring dengan status Covid-19. 


Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanganan Covid -19 di lingkungan Kemendikbud serta Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19 pada Satuan Pendidikan merupakan penyesuaian yang dilakukan mengikuti status kedaruratan Covid-19 .


Pemerintah juga mendorong para guru untuk tidak menyelesaikan semua materi dalam kurikulum. Guru diharapkan dapat membimbing peserta didiknya agar terlibat aktif dalam pembelajaran yang relevan seperti keterampilan hidup, kesehatan dan empati. Begitu yang disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim.


Serangkaian kebijakan lain juga dibuat dalam rangka menyikapi meningkatnya status covid -19 di Indonesia, seperti : kebijakan pembatalan UN, UP (uji praktek), UK (uji kompetensi ) dan penyesuaian pembelajaran  dan ujian daring serta pendaftaran peserta didi baru secara online - sesuai dengan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Desease (Covid-19).


Kemendikbud juga mengeluarkan 3 kebijakan untuk mendukung mahasiswa dan sekolah terdampak covid, yaitu:
  1. Ketentuan penyesuaian UKT dalam permendikbud 25/2020
  2. Dana bantuan UKT mahasiswa di tahun 2020
  3. Kebijakan BOS afirmasi dan BOS kinerja

Kebijakan kemendikbud yang diharapkan dapat meringankan beban yang ditanggung sekolah dan universitas di seluruh Indonesia dengan anggaran sebesar Rp405 miliar untuk penanganan Covid-19.

Kebijakan ini juga meliputi peraturan proses pembelajaran yang dapat diaplikasikan pihak sekolah dan universitas sesuai dengan keadaan dan status pandemi di daerahnya. Misalnya, untuk daerah Bandarlampung yang masuk zona hijau, New Normal yang berlaku di sekolah akan lebih longgar dibandingkan daerah dalam zona merah. 


Untuk sekolah tempatku bekerja, pembelajaran aktif  Tahun Ajaran Baru akan dimulai pertanggal 20 Juli 2020. Tentu saja dengan mengikuti aturan protokol kesehatan covid 19, seperti: mengenakan masker, rajin cuci tangan, dan jaga jarak. Hal yang wajib dilakukan dalam upaya menjaga kesehatan seluruh warga sekolah.


Kebijakan yang lain adalah dengan lebih mengoptimalkan belajar di rumah menggunakan media daring. Proses belajar dengan pengurangan waktu belajar di sekolah menjadi hanya 4 jam saja dan tidak diadakannya untuk sementara kegiatan ekskul. Tujuannya untuk meminimalkan kontak fisik antar siswa-siswa atau siswa dan guru yang memungkinkan tersebarnya covid 19. 


Memang sih, beberapa wali murid menyatakan kekhawatiran tentang anak-anak di sekolah. Hal yang dimengerti mengingat anak-anak  berada dalam usia yang sulit dibatasi untuk berinteraksi dengan teman sebayanya. 


Untungnya, anak-anak di sekolahku sudah termasuk dewasa dan mudah diberi pengertian, jika dibandingkan dengan anak TK atau SD. Walaupun anak-anak ini tetap saja harus sering diingatkan. Apalagi sekolahku ada di depan pasar tempel Sukarame yang cukup ramai. Bahkan pihak satpol PP pun sering  ke sekolah untuk mengecek keadaan sekolah. Mengingatkan siswa dan wali murid yang datang ke sekolah untuk mengenakan masker.


Nah, mungkin itu sebabnya beberapa sekolah masih memberlakukan proses pembelajaran di rumah saja lewat daring. Kebijakan yang diambil sekolah melalui rapat komite sekolah yang melibatkan wali murid dan guru. Hingga dibentuklah rapat komite sekolah menjelang ajaran baru 2020/2021 dengan agenda sosialisasi pembelajaran daring di rumah saja.


Program yang diharapkan dapat mengakomodasi keinginan wali murid, siswa dan sekolah yang bertujuan mengoptimalkan pembelajaran daring di rumah saja. Tujuan yang insya Allah dapat mengatasi kendala proses pembelajaran daring sebelumnya.


Berikut 3 tips pembelajaran yang dapat dilakukan selama Belajar di rumah saja agar berjalan optimal:

  • Membuat jadwal. 
Orang tua dapat membuat jadwal belajar secara fleksible sesuai dengan ritme kegiatan anak. Tujuannya sih, dengan jadwal dan perencanaan belajar yang sistematis. Kebijakannya di serahkan penuh pada orang tua dengan mengacu keputusan dalam rapat komite sekolah. 

  •  Membuat suasana belajar nyaman dan menyenangkan
Selanjutnya, pembelajaran daring selama belajar di rumah saja akan terasa tak membosankan jika suasana belajar dibuat asyik dan santai. Misalnya, orang tua bisa menggunakan sarana video atau gambar atau bahkan mengubah suasana rumah agar lebih menyenangkan.

  •  Menggunakan metode belajar sambil bermain
Orang tua juga dapat menggunakan metode belajar sambil bermain dengan sarana yang ada di rumah, seperti: gawai untuk pembelajaran komputer, atau kebun di samping rumah untuk pembelajaran pengetahuan alam.

Tips di atas hanya contoh kegiatan yang dapat dilakukan dengan melibatkan peran aktif seluruh anggota keluarga. Orang tua juga dapat berperan sebagai guru, pendamping dan pembimbing anak selama proses pembelajaran daring di rumah saja.


Harapannya, kebijakan pendidikan yang dibuat dapat saling bersinergi dan membantu peserta didik dalam mengakses pembelajaran sesuai dengan bakat yang dimilikinya. Kita, sebagai orang tua dan anggota masyarakat kiranya dapat menyadari bahwa tak ada peristiwa di dunia ini yang tak ada tujuan. Begitu pun kejadian kemanusiaan luar biasa akibat pandemi ini dapat menyadarkan kita bahwa pendidikan itu adalah sebuah proses panjang pemikiran. Proses belajar yang membutuhkan kesiapan kita semua untuk saling membantu demi generasi penerus bangsa ini. (dikutip dari berbagai sumber)


Salam literasi^^

Bandarlampung, 25 Juni 2020

Wednesday 24 June 2020

Review Buku Akhirnya Kutemukan Kebenaran



Pernah mendengar tentang kisah perjalanan mencari kitab suci seorang pendeta Budha bersama pengikutnya dalam mencari kebenaran? Kisah perjalanan ke Barat yang penuh liku dan penderitaan. Kisah yang mempresentasikan akan sulitnya seorang manusia yang tulus dan jujur dalam mencari kebenaran.

 

Pertanyaannya sekarang, apakah semua orang beruntung bertemu dan berhasil dalam menemukan apa yang dicari? Apakah kebenaran itu sendiri merupakan jawaban akan semua masalah yang ada dalam kehidupan kita? Lalu, setelah menemukannya, apakah manusia beruntung tersebut dapat melepaskan pemahaman yang ia miliki sebelumnya jika itu tak sesuai dengan kebenaran yang ia temui setelahnya ? Atau mengambil sebagian dan melepaskan sebagian demi keselamatan diri?

 

Nah, pertanyaan dan jawaban dari apa yang menderu di dada manusia yang terus mencari ini terlukis dalam kisah nyata sederhana di buku bersampul biru ini. Buku yang berjudul “Akhirnya Kutemukan Kebenaran” yang berjudul asli Tsuma tadaitu karya Dr. Muhammad Al-Tijani Al-Samawi ini mengisahkan perjalanan spiritual sang penulis dalam pencariannya menemukan kebenaran. Sebuah kisah yang sangat mengena di hatiku karena kejujuran penulis yang pasti bisa diambil hikmahnya.

 

Penulis yang namanya diambil karena kecintaan pada aliran tarekat Tijaniah yang beraliran Maliki yang banyak dianut di Tunisia. Sebuah nama istimewa mengingat keluarga Tijani merupakan pengikut tarekat yang pertama kali sejak kedatangan salah satu anak Syaikh Sayyidi Ahmad Tijani yang datang dari Jazair mengunjungi kota Qafsyah dan tinggal di rumah keluarga as Samawi.

 

FYI  bahwa tarekat Tijaniyah ini tersebar luas di Maghribi, Jazair, Tunisia, Libya, Sudan, dan Mesir. Para pengikutnya dikenal cukup taasub atau fanatik hingga tak datang menziarahi kuburan wali lain. Mereka percaya semua wali belajar secara silsilah, kecuali Syaikh Ahmad Tijani. Beliau dipercaya  belajar langsung pada Nabi Muhammad saw secara yaqazatan, yakni  secara nyata. Bukan mimpi. Meski jarak zaman terpisah selama 15 abad. Bahkan tarekat ini percaya bahwa sembayang sempurna yang dilakukan Syaikh lebih baik 40 kali dari mengjhatamkan Al quran.

 

Buku yang diawali dengan perjalanan awalnya mengenal dunia spiritualisme melalui sang ibu. Bagaimana kehidupan keluarga yang begitu kental dengan sentuhan keagamaan dan semangat sang ibu untuk membesarkan Tijani kecil dengan cinta yang begitu dalam- terpisah dengan tarekat sufi yang begitu menjamur di utara Afrika.

 

Dikisahkan bahwa Tijani merupakan orang pertama seusianya yang menginjakkan kaki di tanah suci,   terutama di kota Qafsah.

Usiaku delapan belas tahun tahun ketika Gerakan Pramuka Tunisia menunjukku untuk mewakili negara dalam Seminar Pertama Penelitian Arab dan Islam di Mekkah. …(hal. 13)

 

Perjalanan Tijani ke beberapa kota lain seperti Athena, Amman, sebelum akhirnya tiba di Mekkah untuk mengikuti seminar dan melaksanakan ibadah haji dan umroh ini membuatnya terkenal dan dikagumi. Ia pun mengenal beberapa ulama besar yang membuatnya mempertanyakan tentang dirinya. Kesadaran yang membuatnya mengkritisi keyakinannya selama ini.

 

Dialog-dialog bernas yang ditulisnya dibuku ini pun membawa kita lebih jauh tentang beberapa kekeliruan pemahaman karena sumber data yang tidak valid. Bahwa kita tak bisa menilai sesuatu atau seseorang berdasar dari orang-orang yang tak berilmu atau dugaan saja. Sebagaimana kita tak bisa menuduh seseorang berbohong, atau mencuri kecuali orang itu mengakui kejahatannya atau kita memiliki bukti yang valid atas tuduhan tersebut.

 

So, membaca buku ini Insya Allah bisa membuka ruang pemikiran baru tentang khazanah perbedaan. Kita jadi lebih mengetahui bahwa perbedaan itu kiranya tidak menjadikan manusia itu tak layak untuk dikasihi dan dicintai. Paling tidak, kita harus mengetahui dengan jelas tentangnya. Tentu saja hal itu dapat dilakukan dengan banyak mendengar, membaca dan belajar. Berusaha untuk open minded atas segala perbedaan dan merenungkannya. Bukankah manusia itu tercipta berbeda-beda dalam bentuk tubuh, warna kulit, cara hidup, dan cara ibadah? Tapi, yakinlah bahwa semua mahluk itu beribadah dengan caranya dan pengetahuannya masing-masing. Tiap diri nanti akan dimintai pertanggungan-jawabnya di hadapan Allah tanpa kecuali. So, tak ada yang berhak menilai sesuatu atau menghakimi kecuali Allah.


Salam literasi^^


Judul buku               : Akhirnya Kutemukan Kebenaran Kisah Pengembaraan Intelektul dan Spiritual

Judul asli                 : Thumma Ihtadaitu

Penulis                     : Dr. Muhammad al-Tijani al-Samawi

Edisi Bahasa Arab : Cetakan Beirut, Lebanon 1411 H

Penerjemah            : Hesein Shahab

Penerbit                  : Pustaka Pelita

Tebal buku             : 264 halaman

 

Bandarlampung, 24 Juni 2020


Monday 22 June 2020

Review Buku Lukisan Keabadian karya Kahlil Gibran



Mungkin sudah banyak yang familiar dengan Sang Nabi dari Lebanon yang bagai matahari di zamannya ini. Kahlil Gibran, seorang penyair yang sangat concern dengan eksistensi manusia sebagai bagian dari semesta luas ciptaan Sang Khalik ini. Seorang penyair yang mengingatkanku akan penyair Iqbal dan Rumi. 

Penyair yang lahir di tahun 1883 ini menciptakan karya-karya abadi yang membumi. Penuh dengan amarah dan kritis sekaligus kekaguman akan dunia ini hingga ia tenggelam dan mabuk dalam kefanaan ini. Hingga keabadian ini diraih melalui pemikiran yang mengkristal di lubuk hati pecintanya.

Sebagaimana buku karya Khalil Gibran "Lukisan Keabadian" ini menohok zona pikirku yang terlanjur ada di zona nyaman. Zona yang melenakanku hingga lupa hingga bertemu dengan buku ini. Lagi. Membuatku kembali ingat dan memohon ampun pada Allah atas kelalaianku. Astagfirullah.

"Manusia begitu tergantung pada perkara profan yang membekukan bagai salju. Tapi aku mendamba pendar cahaya cinta kasih yang kan menyucikan hati dan menghanguskan ketamakan dengan apinya." (hal.4)

Kutipan puisi ini merefleksikan betapa manusia itu sering meributkan hal-hal yang di permukaan terlihat serius. Lalu, melupakan perkara signifikan yang seharusnya diselesaikan. Sedangkan seorang pemikir sufi ini telah melepaskan kesenangan dunia. Ia berusaha menyucikan diri sebersih-bersihnya demi meraih cinta kasih Tuhan. Bebas dari ketamakan yang tanpa batas ini.

Sementara itu, Iqbal pun menjelaskan betapa sebagian cara pikir sebagian manusia itu keliru. Bahkan selalu berusaha mencari pembenaran atas yang dilakukan dengan dalih memberi kebaikan pada orang lain karena menyerahkan harapan mahluk lain akan pahala.

"...Dan apabila bukan karena saya tiada 'kan didirikan rumah ibadat, tiada menara atau istana. Akulah api keberanian yang membangun ketetapan hati.. Akulah sumber buah pikiran yang asli. ..Akulah tangan yang menggerakkan tangan manusia.... Akulah setan yang hidup abadi. Akulah setan yang selalu diperangi agar manusia selalu diperangi agar manusia dapat hidup lestari. Jika mereka menghentikan perlawanan terhadapku, kecerobohan bakal mematikan pikiran, perasaan dan jiwa, sesuai hukuman mitos besar mereka."

Kata-kata yang seolah membenarkan keberadaan penjahat di tengah masyarakat. Pendapat yang menyatakan bahwa seorang polisi seharusnya melestarikan keberadaan penjahat demi lestarinya pekerjaan mereka. Bahkan berterima kasih pada penjahat karena berkat mereka polisi punya pekerjaan dan harapan masa depan yang baik. 

Sudut pandang setan yang terluka dan hampir mati hingga ia memohon belas kasihan pada sang  pendeta ini mengingatkanku akan cerita dialog antara setan dan Tuhan yang pernah kubaca. Kisah yang kurang lebih menyatakan tentang kebaikannya membantu Tuhan menguji ketaatan manusia. Menurut setan, ia bisa menyortir manusia karena ia tak bisa menggoda manusia-manusia yang tulus ikhlas. Berkat dirinya, hanya manusia-manusia hina yang jatuh dan terjerembab bersamanya di neraka. Abadi.

Sang pendeta yang sejenak ragu ini pun luluh dengan argumentasi setan atas kebermanfaatan eksistensinya di dunia ini. Dalam pemikiran sang pendeta, umat manusia akan tenggelam dalam kenyamanan dan lupa pada Tuhan jika mereka tak lagi harus berperang melawan setan. Bukankah sebagian doa-doa yang meluncur dari bibir-bibir pendoa adalah agar dijauhkan dari godaan setan. Nah, jika setan mati, maka manusia akan berhenti beribadah. Mereka mungkin akan melupakan gereja-gereja dan masjid-masjid. Kenapa harus beribadah, sementara alasan beribadah telah mati? Lalu, sang pendeta pun berusaha menyelamatkan setan dengan susah payah demi menyelamatkan iman manusia.

Kritik tulisan ini jelas bersentuhan dengan keyakinan seorang anak manusia. Bagaimana sudut pandang rasional yang diambil sang pendeta adalah yang paling mungkin kita ambil. Padahal cara pandang ini masih melekatkan sesuatu dari hal yang sifatnya material. Padahal alasan penciptaan dunia ini adalah semata-mata karena Allah, untuk menyembah Allah. Beribadah karena Allah. Bukan beribadah karena sekedar melepaskan diri dari godaan setan. 

Penghambaan mahluk juga bukan pada  benda-benda atau pada yang mewakili. Meski manusia pun terus larut tanpa sadar. Bahkan tertipu oleh manisnya anggur dunia dan berharap abadi di dalamnya. 

Memang sih, tak ada salahnya menikmati manisnya dunia ini sebagaimana seorang kafilah yang melakukan perjalanan menuju tujuannya. Ia tak akan berlama-lama meski tempat itu indah dan makanannya enak. Ia hanya sejenak singgah dan segera bergegas melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Seberapa menyenangkannya pun tempat singgah, manusia akan rindu pulang (kembali pada Allah melalui kematian).

Ada juga dialog antara Najib dan Aminah yang juga membuka mataku tentang pemahaman 'kebenaran'. Sebuah dialog tentang Tuhan dan iman. Bahwa sesungguhnya indra pun dapat meraih keberadaan Tuhan karena imannya. Sebagaimana "Mustahil bagi danau yang untuk memperhatikan di kedalamannya bayangan gunung mana pun, jikalau tidak berada di dekat danau itu". (hal. 183). Bukankah yang tak ada tak bisa menghadirkan yang ada?

Well, membaca sambil merenungkan  tentang kedalaman buku karya Sang Nabi dari Lebanon ini pastilah akan memperkaya khazanah batin kita. Mengatupkan kembali keping cinta yang tercecer demi rasa cinta pada Tuhan dan alasan penciptaan dunia ini. Semoga buku ini bisa jadi inspirasi kebangkitan pemikiran kita. So, yuk baca lagi..

Salam literasi^^

Judul buku  : Lukisan Keabadian
Judul asli      : A Treasury of Kahlil Gibran
Penulis         : Kahlil Gibran
Penterjemah : Dewi Chandraningrum
Penyunting    : Saat Langit Lembayung
Desain Cover : Hitam Studio
Penerbit          : Fajar Pustaka Baru
Tebal                : 297 halaman


Bandarlampung, 22 Juni 2020

Monday 15 June 2020

Review Buku Al Huda: Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Islam


Buku kumpulan jurnal Al-Huda yang ada di tanganku ini kiranya masih relevan mengahadapi perubahan zaman. New normal yang menjadi keadaan sebagai mitigasi pandemi yang melanda umat seluruh dunia. Perubahan yang juga membutuhkan strategi baru demi mengatasi kebutuhan perut. Hal yang niscaya dilakukan adalah beradaptasi dalam segala bidang termasuk mencari sumber keuangan kedua.  Respon alami mengingat pergerakan orang yang terbatas mengakibatkan sumber keuangan utama tergoyahkan.

Nah, kali ini aku nggak membahas tentang New Normal dan upaya masyarakat demi menjaga keberlangsungan kehidupannya. Aku hanya akan membahas tentang nafs dalam konsep pemikiran Islam yang mungkin jadi penggerak utama dalam menghadapi perubahan new normal ini. Isu yang dibahas oleh penulis dengan rinci dan gamblang.

Pengertian Nafs

Nafs, anti sosial yang maknanya adalah esensi, jiwa yang menghidupkan, psikis, ruh, pikiran, kehidupan, dan hasrat. Kecenderrungan nafs adalah memaksakan hasrat-hasrat dalam pemuasan diri sendiri. Walaupun kepuasan tersebut tak akan pernah terpenuhi. Istilah yang dalam terminologi sufi, istilah nafs secara implisit merujuk pada al-nafs al-ammarah, yaitu jiwa yang rendah yang dikendalikan oleh sifat-sifat jahat.(hal.55)

Penjelasan terperinci tentang nafs ini menjanjikan pada kita tentang pemahaman lebih bahwa nafs ini menggiring manusia pada upaya pencarian cara baru pemuasan diri yang tanpa henti. Hasrat yang menjerumuskan manusia pada apa yang disebut dalam terminologi psikoloanalisis sebagai "the culture of narcissism" - manusia yang mencari ketenaran, popularitas, publisitas dirinya sendiri.

Berbanding terbalik dengan konsep tersebut, kaum sufi, tidak mencari-cari ketenaran tersebut. Mereka menyembunyikan diri dalam jubah kerendah-hatian untuk mencapai kemuliaan. Mereka tidak ingin dimuliakan atau dikenal.(hal. 55)

Konsep kaum sufi yang mengingatkanku dengan beberapa tokoh seperti Muhammad Jalaludin Rumi dan Muhammad Iqbal. Tokoh-tokoh yang melepaskan diri dari konsep hedonisme yang melulu memikirkan diri sendiri. Mereka memiliki kekhawatiran mendalam tentang masa depan generasi muda bahkan sebelum bencana kemanusiaan akibat pandemi ini terjadi. 

Well, aku tahu, menjadikan kaum sufi sebagai tolak ukur bagiku yang awam ini mungkin terlalu tinggi. Meskipun begitu, pengetahuan tentang pemahaman sufi dan nafs ini penting sebagai penyeimbang kehidupan kita menghadapi perubahan New Normal dan pedoman standar mencari sumber keuangan kedua. Konsep yang menjaga keberlangsungan hidup semua mahluk di bumi ini.

Beberapa hal yang mengganggu pemikiranku tentang pembahasan hasrat dan nafs di buku ini adalah bagaimana nafs dianggap sebagai mesin hasrat. Bagaimana nafs menjadi desiring machine. yang mengabaikan semua aturan dan kebiasaan sosial. Hal yang pastinya bertolak belakang dari tujuan New Normal yang menitikberatkan kepentingan masyarakat.
 
Sedangkan dalam pandangan sufisme, nafs yang memeliki kecendurangan sifat-sifat rendah ini tidak dihilangkan keberadaannya. Hasrat-hasrat ini dikendalikan, dimurnikan dan dibersihkan dari sifat rendah duniawi. Hingga tercapailah level nafs yang lebih tinggi, an-nafs al-muthma'inah, nafs yang tenang. Nafs yang bahkan dapat menjadi bara kecintaan pada Tuhan.

Nah, hasrat an-nafs al-muthma'inah ini juga yang jadi motor penggerak perubahan kebudayaan menuju kondisi yang lebih baik. Positive desire yang mendorong kehidupan manusia menuju keadaan masyarakat yang hidup dalam kenyamanan,kemajuan dan kesejahteraan. Keadaan yang diharapkan pada masa New Normal ini.

Sebut saja dorongan positive desire ini dapat menciptakan kebudayaan baru yang lebih sehat. Harmonis dengan alam. Bagaimana sekarang kita lebih menjaga kesehatan diri dengan rajin berolah raga, cuci tangan, dan menggunakan masker. Kebiasaan baru yang dapat mengubah kita lebih sensitif dengan keadaan sekitar kita. Mengendalikan nafs yang berlebihan.

So, gaes.. buku bernas yang berisi jurnal-jurnal keislaman ini membahas tentang banyak hal. Percaya deh, membacanya pasti bikin kita makin mengerti tentang isu-isu sekitar kita.

Bandarlampung, 15 Juni 2020

And The Mountains Echoed: Harapan dalam Keputusasaan

Manaar tergeletak di kasur tipis, butut dan bau   di antara kasur-kasur serupa di ruangan sempit itu. Tubuhnya kurus dengan benjolan membesa...