Monday 8 June 2020

Shahnameh: The Tragedy of Iranian's Kings


Shahnameh yang ditulis oleh Ferdowsi selama lebih dari 30 tahun ini mengingatkanku akan cerita Beawulf. Cerita klasik yang menggambarkan tentang kepahlawanan, keberanian, keteguhan hati, kesetiaan dan cinta. Kisah yang berakar dari mitos kuno yang membumi dalam budaya masyarakat. Pemikiran yang terefleksi dari karya fenomenal ini adalah bukti kekayaan imajinasi manusia. 

Karya yang aslinya berbentuk syair terpanjang dalam sejarah Iran ini teediri dari ribuan kata hikmah tentang kehidupan. Gambaran bagaimana tak ada hal yang baru di atas bumi ini. Bahwa sejak dulu kala kebaikan itu selalu menentang kejahatan. Bahwa manusia itu dengan ijin Tuhan dapat merubah nasibnya dengan berusaha sungguh-sungguh.

Karya klasik berlatar sejarah Iran kuno ini pun jadi rujukan ilmuwam untuk memahami tentang budaya Iran yang erat dengan nilai spiritual. Bagaimana orang Iran kuno memiliki ketaatan dan kesetiaan pada Ormuzd, penguasa semesta. Rasa taat yang kental hingga membutakan kesenangan diri dan rela melepaskan kenikmatan dunia. Bahkan mengorbankan nyawa sekalipun bukan suatu hal yang sulit dilakukan karena kepercayaan atas kehidupan abadi setelah dunia yang fana ini. Pengharapan atas balasan kehidupan lain setelah kematian. Surga. Hal yang membuat orang Iran tak pernah takut atas kematian. Karakter yang digambarkan dengan vivid oleh Ferdowsi dalam tokoh Sam, Zal dan Rostam. Tokoh-tokoh ksatria keturunan Feridoun yang membintangi Shahnameh ini.

Dalam cerita ini akan kita temukan  kehidupan di Iran saat masih menyembah dewa-dewa. Kepercayaan kuno tentang kekuatan gaib yang menyertai penguasa semesta (Ormudz),  kekuatan penguasa jahat (Ahriman) dan putranya (Deev) dan malaikat penolong (Oshrmogh). Mereka percaya bahwa Tuhan yang membimbing, atau menghukum manusia sesuai perbuatannya. 

Shahnameh berturur tentang penyesalan, penderitaan, keserakahan, cinta dan dendam  menenggelamkan kewarasan manusiayang. Bagaimana mereka tergantung akan kebijakan dan keberanian dari Feridoun dikarenakan raja, Shah mereka yang lemah, bodoh dan serakah. Hingga berkali-kali Shah terjebak oleh tipu daya Ahriman dan menjadikan keadaan kerajaan kacau-balau dan hampir musnah. Untunglah, berkali-kali juga Sam dan keturunannya berhasil menyelamatkan kerajaan. Meski karena itu juga tanpa sengaja Rostam putra Zal putra Sam membunuh anaknya sendiri, Sohrab. Peristiwa yang berujung kesedihan berkepanjangan bagi Rostam. Padahal putra Zal yang perkasa ini hampir tak pernah terkalahkan.

Okeh, biar tambah penasaran kuceritakan sedikit cuplikan Shahnameh ini. 

Alkisah dulu Persia dikuasai oleh Kaiumers yang menduduki tahta sebagai penguasa dunia. Kejayaannya bagai matahari. Kemasyurannya membuat Ahriman iri dan bersatu bersama balatentaranya yang dibantu oleh Sang Perkasa Deev untuk menghancurkan Kaiumers serta Saiamuk putra Kaiumers.  

Serosch, malaikat penjaga yang membela manusia dari jeratan Deev, yang mengelilingi bumi selama tujuh kali setiap malam demi menjaga anak-anak Ormuzd, menyadari ancaman Ahriman. Ia mengingatkan Kaiumers. Lalu, mengirimkan Saiamuk untuk melawan Deev. Sayang, Deev ternyata lebih perkasa. Saiamuk hancur di tangan Deev.

Kabar duka ini membuat Kaiumers berkabung selama setahun. Bahkan, binatang buas dan burung-burung pun ikut menangis bersama Kaiumers hingga kesedihan menyelimuti bumi. Langit pun gelap. Serosch pun meminta Shah mengangkat kepalanya untuk menuntut balas. Kaiumers setuju dan mengirim Husheng, putra Saiamuk untuk memimpin pasukan yang terdiri dari mahluk-mahluk buas hingga Deev hitam ketakutan dan kalah. Husheng pun naik tahta.

Husheng, memimpin dengan bijak dan adil selama empat puluh tahun. Keadilan memakmurkan negeri. Kemudian, Tahumers putra Husheng pun bukan penguasa yang tidak hebat. Tahumers membuka mata manusia akan seni menulis dan mendengarkan suara mereka. Hal yang membuat Deev makin iri dan berusaha menyebarkan kejahatan pada manusia.

Tahumers memerintah selama tiga puluh tahun, hingga digantikan oleh Jamshid yang hatinya penuh dengan nasihat ayahnya. Jamshid menguasai tanah yang kejayaannya berusia 700 tahun, dengan Deevs, burung-burung, dan para peri yang patuh padanya. Dunia pun lebih bahagia, tak ada kematian, dan kesedihan. Ia juga membagi manusia dalam kelompok-kelompok; pendeta, tentara, dan suami. Ia pun membagi tahun dalam periode-periode. Dan, dengan bantuan Deev, ia membangun proyek raksasa, Persepolis yang hari ini disebut Tukht-e-Jemsheed yang berarti meaneth the throne of Jamshid. Saat selesai, manusia berkerumun dari seluruh bumi untuk berpesta, Neurouz atau New Day. Kejayaan Jamshid makin harum, dan dunia damai. 

Kemasyuran Jamshid melalaikannya akan sumber dari berkah yang ia dapatkan. Jamshid bahkan menganggap dirinya Tuhan, dan membangun image untuk disembah. Mubid yang mendengarnya menundukkan kepala, Tuhan melepaskan diri dari Jamshid, raja-raja dan tentara memberontak, dan Ahriman menguasai dunia.

Lalu, di sebuah padang pasir Arabia hiduplah seorang raja bernama Mirtas yang bijak dan adil. Mirtas memiliki putra bernama Zohak. Ahriman pun menyamar sebagai saudagar untuk menggoda Zohak untuk meninggalkan nilai kebaikan. Ia berkata pada Zohak, " If thou wilt listen to me, and enter into covenant, I will raise thy head above the sun."

Nah, godaan Ahriman ini menyelimuti hati Zohak hingga tanpa sadar membantu Ahriman untuk menjebak Mirtas. Setelah itu Zohak meletakkan mahkota Thasis di kepalanya. Ahriman juga mengajarkannya seni magic untuk memerintah rakyatnya dalam kebaikan dan keburukan. 

Zohak, yang terpedaya dengan kekuatan magic dari Ahriman, menganggap dirinya berkuasa melebihi Sang Pencipta.  Ia pun menutup telinga dari semua keluhan. Bahkan menjadikan dirinya sebagai penguasa Arabia dan Iran. Penguasa yang lalim hingga kegelapan menutupi dunia.

Namun, Ormuzd tergerak dengan kasih sayangnya pada manusia, dan mengumumkan bahwa mereka tak seharusnya menderita karena dosa Jamshid. Ia pun menjadikan cucu Jamshid lahir ke dunia, Feridoun.

Saat kelahiran Feridoun, Zohak bermimpi tentang seorang pemuda seperti cypress yang menghantamnya ke bumi dengan cow-headed mace. Sang lalim gemetar dan memanggil Mubids untuk menafsir mimpinya. Mubids gelisah mendengarnya, khawatir sang Lalim akan gusar dengan tafsir mimpinya. Mereka pun butuh waktu tiga hari untuk memberanikan diri menyatakan arti mimpi tersebut.

Demikianlah, mubids lari ketakutan dengan amarah Zohak setelah menggambarkan arti mimpinya. Menjadikan Zohak menderita. Pahit dan tak bahagia. 

Sedang ibu Feridoun ketakutan Shah akan membinasakan anaknya. Ia pun menyembunyikan Feridoun di hutan dan dirawat oleh sapi hebat, Purmaieh yang rambutnya bagai peacock keindahan. Purmaieh merawat Feridoun selama tiga tahun di hutan hingga sang ibu yang ketakutan meminta seorang petapa di Gunung Alberz.

Kekejaman Zohak menimbulkan penentangan dari seorang pandai besi, Kaweh yang memiliki tujuh belas putra. Semuanya dibunuh oleh anak buah Shah kecuali satu putra, hingga Kaweh menuntut keadilan. Shah yang takut dengan amarah Kaweh, melepaskan satu putra Kaweh. Ia juga dengan berani menentang Shah dan bergabung menuju istana Feridoun.

Setelah enam belas tahun berlalu, Feridoun turun dari Gunung Alberz. Ia mencari sang ibu untuk mengetahui asal-usulnya dan bersumpah untuk menumpas Zohak dan kroninya menjadi debu. Feridoun memohon doa sang ibu dan bergabung bersama Kaweh. 

" Mother, I go to wars, and it remaineth for thee to pray God for my safety."

Feridoun membawa gada raksasa yang polanya hingga ke bumi, dengan ujungnya adalah kepala sapi sebagai pengingat atas pengasuhnya, Purmaieh. Ia juga menggunakan standar Kaweh dari brokat indah Roum dengan permata yang menggantung. Saat siap, mereka bergerak mencari Zohak yang ada di Ind karena mencari Feridoun. Lalu, mereka pun menuju Baghdad yang ada di tepi Tigris. Mereka berhenti dan meminta penjaga membuka gerbang penyebrangan. Para penjaga menolak, kecuali merela menunjukkan stempel raja. Feridoun pun dengan berani menyebrangi Tigris diikuti pasukannya. Kuda-kuda mereka yang berani berhasil menyebrangi Tigris hingga ke tepian. Mereka pun tiba di kota yang sekarang disebut Jerusalem, dan berdiri di depan bangunan megah yang Zohak bangun. Saat Feridoun memasuki kota, orang-orang yang membenci Zohak mengelilingi Feridoun yang akhirnya membasmi Zeev dan memutuskan kejahatan yang menaungi tembok kota. Berkat izin Tuhan dan restu ibu, Feridoun menaiki singgasana dan meletakkan mahkota di kepalanya dan menyebut dirinya Shah.

Selanjutnya, Zohak yang mengetahui berita tersebut, kembali ke kota. Tapi tentara Feridoun melawannya bersama rakyatnya. Sepanjang hari bebatuan jatuh dari dinding, panah dan tombak pun menghujani bagai awan gelap hingga Feridoun berhasil menaklukkan Zohak. Tapi Serosch melarang Feridoun untuk membunuh Zohak, "Not so, strike not, for Zohak's hour is not  yet come." Seroch meminta Feridoun mengikat Zohak di sebuah batu dengan rantai. Feridoun membawa Zohak ke gunung Demawend dan meninggalkannya di sana menderita. Matahari panas yang membakar di lereng tandus, tak ada semak atau pohon yang menaunginya, serra rantai yang mengelupas di kulitnya, lidahnya pun mengering kehausan. Akhirnya, bumi pun menimbun Zohak si zalim. Sementara Feridoun bertahta.

Gaes.. FYI ini baru bagian awal cerita dari karya epic ini, masih ada kisah Zal yang dibesarkan oleh The Birth of God, kisah cinta Zal dan Rodabeh, Rostam putra Zal, The March into Mazandaren yang berkisah tentang shah lemah yang jatuh di pelukan godaan Ahriman, dan kisah-kisah lain yang sayang jika tak dibaca. Kisah-kisah kuno yang mungkin menginspirasi kisah legendaris yang datang setelahnya. Sebagaimana kisah Shakespeare yang mungkin terinspirasi oleh cerita sebelumnya. 

Okeh, kembali ke kisah Feridoun yang bakalan menjaga keberlangsungan tahta Shah. Kita akan mengetahui tentang kisah tragis yang bikin kita berpikir dan menyadari bahwa cinta itu abadi  dan berjalan beriringan bersama kesedihan, kematian, pengorbanan dan keberanian. 

Hal yang begitu menyentuh hatiku adalah bagaimana hancurnya hati Rostam saat ia mengetahui bahwa pemuda perkasa yang tak sengaja ia bunuh adalah Sohrab, putranya sendiri. 

"Bearest thou about thee a token of Rostam, that I may know that the words which thou speakest are true? For I am Rostam the unhappy, and may my name be struck from the list of men!"

Penderitaan Rostam karena dosanya membunuh putranya seolah tak tertanggungkan. Ia bahkan bersumpah untuk tak akan mengangkat pedangnya lagi. Rostam tenggelam dalam duka.

"I that am old have killed my son. I that am strong have uprooted this mighty boy. I have torn of my child, I have laid low the head of a Pehliva."

Ratapan Rostam ini adalah gambaran betapa perang bisa menutupi rasa kasih sayang. Menyisakan segala yang seolah kemenangan dan kejayaan kecuali ketenangan jiwa dan kebahagiaan. 

Membaca kisah ini juga bikin kita makin mengerti bahwa kebahagiaan dan kekayaan itu bukan dari kekuasaan dan kecantikan dunia, tapi dari ketaatan dan kepatuhan pada Tuhan dan orang tua kita. Kisah epik yang apik dibaca buat semua umur.

Bandarlampung, 8 Juni 2020

8 comments:

  1. seneng aku lho kalo ke blog kakak nih, jd tertarik buat baca bukunya utuh hehee

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak.. ini aslinya syair yg panjang berbahasa parsi. Yang kubaca ini terjemahan dalam bentuk pdf berbahasa Inggris..^^

      Delete
  2. Hikmah dari buku ini cukup menyentuh ya. Memang harta dan tahta bukan sebuah sumber kebahagiaan tapi kepatuhan terhadap Tuhan dan orang tua. Semoga kita menjadi orang yang selalu belajar lebih baik lagi.

    ReplyDelete
  3. Aamiin mbak.. moga kita selalu jadi orang-orang beruntung bersama orang yang dikasihi Allah..

    ReplyDelete
  4. Bukunya dalam bahasa Inggris ya Mba. Luar biasa deh. Aku kangen baca novel/buku cerita berbahasa Inggris, ya walau mungkin genre yang dipilih berbeda hehe

    ReplyDelete
  5. Seru nih klo baca bukunya. Tapi klo bahasa Inggris mah, kudu baca dua buku,sama kamus heuheu. Diriku mah nunggu review Mbak Yoha aja, ah

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya mbak Desi.. ini bagus ceritanya. Tentang Iran zaman dulu yang masih menganut kepercayaan animisme..

      Delete

And The Mountains Echoed: Harapan dalam Keputusasaan

Manaar tergeletak di kasur tipis, butut dan bau   di antara kasur-kasur serupa di ruangan sempit itu. Tubuhnya kurus dengan benjolan membesa...