Saturday 13 June 2020

New Normal: Sebuah Harapan Perubahan

Well, ngomongin new normal ini sesaat alam pikirku yang awam ini terbesit tentang sesuatu yang nggak normal. Seperti kalau seseorang yang diminta untuk jangan menoleh ke kanan, secara nggak sadar kita malah menengok ke kanan. Entahlah, kenapa begitu. Kupikir hal ini kuserahkan pada ahlinya saja.

Secara harfiah bahasa yang kupahami, new normal itu berarti suatu hal normal yang baru. Mungkin perubahan perilaku Entah deh, karena beberapa konsep normal pun menurutku berbeda tiap orang. Sebagai contoh; Seorang yang terbiasa hidup mewah dan kecukupan yang terbiasa dengan makanan enak dan barang branded akan berbeda konsep normalnya dengan orang miskin yang biasa makan seadanya sekedar pengganjal perut dan barang yang sangat terbatas. Atau konsep new normal yang tujuannya adalah keselamatan bersama yang menggunakan azas gotong royong. Bukan bersama dalam konteks sebagian saja. Sementara sebagian yang lain ditinggalkan atau hanya diperhatikan secara sesaat saja. Artinya di sini konsep gotong royong yang hanya berdasar unsur kepentingan 'baju' sebagian saja.



Sedangkan konsep new normal yang lain adalah persiapan kebiasaan hidup baru yang lebih harmonis dengan alam dalam nuansa gotong-royong sebagai akibat dari peristiwa luar biasa  pandemi ini. Konsep yang lebih ramah dengan sekitar dan menjaga keberlangsungan kehidupan masyarakat. Menumbuhkan rasa simpati pada sesama dan lingkungan berikut yang hidup di dalamnya. Sebut saja perubahan prilaku dengan rajin cuci tangan dan memakai masker, kita akan melindungi diri kita dan orang lain dari bahaya menyebarnya pandemi ini. Insya Allah. Apalagi kalau kita mau sedikit berbagi dengan orang sekitar yang menerima dampak langsung dari pandemi ini. Yah, nggak usah muluk-muluk sih, aku biasanya beli kebutuhan pokok dari warung terdekat rumah. Tujuanku ya, selain membantu diriku aku juga ikut menjaga keberlangsungan usaha kecil tetanggaku.

Wuih, gaes.. aku pun nggak ngerti aku ngomong apaan. Okelah, nggak apa ya. New normal di era digital ini juga kan membuka ruang hijau pemikiran, meski yang kupikir ini pun bukannya baru dan normal sekali. Bingung? Aku  juga. Mungkin sama bingungnya dengan para pedagang atau orang awam yang nggak ngerti tentang istilah-istilah yang belakangan muncul sejak pandemi ini. Mereka sih lebih ngerti dengan harga cabe yang melorot hingga di angka dua ribuan perkilo dari tangan petani.  Harga yang dipicu rendahnya permintaan pasar dan banyaknya supply.


Okey, kembali ke new normal yang mungkin erat kaitannya dengan banyak hal mengingat pandemi ini mempersempit ruang gerak hampir semua orang yang dipaksa stay at home sebagai mitigasi penyebaran Covid 19. Hal yang menyisakan hancurnya perekonomian banyak pelaku bisnis di seluruh dunia.


Barusan aku ngobrol dengan beberapa teman yang bisnis tenda dan tata rias pengantin selama tiga bulan ini nol pemasukan. Bahkan seorang teman yang bisnis percetakan curhat kalau ia rugi puluhan juta karena sekolah yang udah pesen untuk cetak soal ujian semester dan US, membatalkan dan menarik semua uang mereka. Padahal kertas sudah dibeli dan sebagian naskah sudah naik cetak. So, ia sekarang harus menjual beberapa barang miliknya untuk menutupi hutang. Begitu pun bisnis lain yang terpaksa menghentikan usaha sementara demi kebaikan bersama.

Nah, gaes.. terlepas apa pun pengertian new normal menurut jumhur ahli yang bicara di telivisi, bagi pemain kelas bawah aka akar rumput ini adalah harapan untuk memperoleh sumber penghasilan kedua. Tentunya dengan tidak meninggalkan sumber penghasilan pertama yang sekarang belum pulih. Contohnya begini, seorang petani cabe yang pendapatannya anjlok hingga terjun bebas di angka dua ribu musti aka kudu cari pendapatan lain. Usaha yang bisa dilakukan berkat mulai dibukanya pasar-pasar dan mal juga warung makan sebagai sarana baru mengais rezeki yang baru. Petani tersebut bisa saja bekerja sampingan sebagai pedagang buah atau menjual langsung produk yang dihasilkan agar memperoleh pendapatan tambahan. Sambil terus mengumpulkan modal untuk menanam cabe nanti. Pointnya sih, ya gitu. Sekarang semua orang harus bisa bertahan hidup dengan menanggulangi kebutuhan perut yang hampir sulit dipenuhi jika stuck at home unless you have savings.

Bagi aku yang seorang guru honor swasta yang bekerja di sekolah swasta yang notabene mengandalkan pemasukan dari spp siswa, pandemi ini sangat mempengaruhi ritme gaji bulanan. Beberapa kolega guru bahkan terpaksa dirumahkan tanpa gaji karena rendahnya pemasukan sekolah. Padahal mereka telah mengabdi bertahun-tahun. Implikasi yang membuahkan keresahan kami semua.


Proses mitigasi penyebaran pandemi ini telah menelurkan empat kali perubaham keputusan sejak awalnya di tanggal 17 Maret 2020. Surat keputusan gubernur yang memerintahkan sekolah untuk mengadakan aktivitas pembelajaran di rumah melalui daring. Konsep pembelajaran yang kudengar akan diluncurkan bertahap melalui ujian dengan sistem digital di tahun 2017 an. Bedanya sekarang harus dilakukan di rumah dengan keterbatasan sarana dan pengawasan sekolah. Dengan kata lain, hampir semua aktivitas mengikutsertakan peran aktif keluarga di rumah. Privilage yang mungkin tak dimiliki semua siswa karena berbagai alasan termasuk masalah finansial.

Seperti yang dulu pernah kuceritakan, eh pernah gak ya? Lupa aku. Okeh, anggap saja sudah ya haha. Maksa ya?
Baiklah, bagi yang belum tahu akan kuceritakan sekilas tentang sekolahku. Nggak banyak, lho..

Sekolahku itu sekolah swasta yang berdiri di tahun 2004 dengan siswa yang awalnya hanya puluhan. Seiring perjalanan waktu dan hebatnya tim marketing sekolah yang melibatkan guru, siswa di sekolahku sekarang menginjak angka seribuan. Alhamdulillah, ya. Sayangnya, perubahan itu tidak diikuti dengan peminat SMK yang kisaran menengah ke bawah. Hal yang berimbas dengan tingginya angka tunggakan. Apalagi sekarang karena pandemi yang meniadakan kontak fisik guru dan siswa. Hingga tagihan bengkak di angka satu milyar lebih. Hal yang memungkinkan guru bakal tidak di gaji bulan depan. Sedih ya?

Jujur sih..bagiku dan teman-teman, harapan yang muncul di masa new normal yang memberi kelonggaran aktivitas di sekolah bikin kami semangat. Sejak senin kemarin kami semua menghubungi wali murid untuk mencicil tunggakan mereka. Usaha yang direspon positif dari pihak wali murid. Tentu saja semua dilakukan sesuai petunjuk pemerintah yang dikeluarkan gubernur. FYI, untuk SMK/SMA sederajat di Lampung, aturannya mengikuti SK Gubernur Lampung. Sedangkan SD dan SMP di Bandarlampung, mengikuti aturan dari Walikota Bandarlampung, Herman HN.

Sumber Keuangan Kedua Bagi Guru 

Welll,  seperti yang kita ketahui, sebagaimana siswa yang punya keahlian yang berbeda, guru pun punya skill beda-beda. So, usaha kami untuk mengatasi permasalahan kantong pun beda-beda. Ada yang ngojek, dagang online, atau bikin kue atau sayur mateng yang dijual di pasar. Aku, sendiri, berusaha dengan jualan. Lumayanlah, aku bisa dapet tambahan beli kuota buat pembelajaran daring.


Beberapa dari kami saling tukaran produk jualan agar nambah konsumen. Bahkan saling bertukar tips untuk nambah konsumen.

Begini nih  tips simpel mendapatkan konsumen;
  1. Sering update status di medsos tentang produk jualan kita
  2. Rajin silahturahmi dengan temen sambil nawarin produk kita. So, dia kasian atau gak enak dan beli dagangan kita.
  3. Rajin promosi keunggulan produk kita sama temen-temen sambil maksa mereka untuk beli. Mengingatkan mereka betapa hidup tak utuh tanpa dagangan kita wkwk
  4. Deketin ortu, saudara, adik dan paksa dengan cara apa pun untuk beli. Janjikan pada mereka bahwa kamu akan lakukan hal yang sama jika mereka jualan juga.
  5. Jika semua tips gagal, ulangi terus sampai berhasil sambil cari cara terbaik untuk marketing dan memperbaiki produk. Pointnya sih, pantang nyerah aja. Kayak Jack Ma gitu gaes..
Kalau ngulik dikit dari buku yang kubaca sih, manusia dalam upaya mempertahankan keberlangsungan hidupnya, selalu memanfaatkan sesamanya sebagai alat, dan menjadikan mereka sebagai pelayan atau budak. (Al Huda Volume 1 2006: hal 105)

Pendapat yang dikolaborasi  oleh Allamah dan Muthahari dari pandangan Darwinian mengenai struggle for life. Sedikit beda dengan  pandangan filsafar eksistensial Heidegger bahwa wilayah eksistensi manusia adalah alat atau sarana memperluas dan pengembang eksistensi masing-masing wujud. 

Eh, mulai ngelantur aku, hehe

Point yang aku mau garis bawahi di sini adalah masa new normal ini adalah masa harapan bagi perubahan yang memberi nilai kebermanfaatan lebih dari tiap individu. Nilai kemanusiaan yang menumbuhkan rasa kasih sayang pada ciptaan Tuhan. Kiranya perenungan selama stay at home menetaskan perombakan pola pikir yang diimplementasikan oleh gaya hidup harmonis yang sehat. Misalnya; kita bisa memanfaatkan kebaikan temen dan keahliannya demi membangun rumah kita. Tentu saja dengan membayar upah sesuai kerja kerasnya. Sikap yang menyeimbangkan hubungan saling memanfaatkan antar sesama yang lebih manusiawi. 

Okelah, demikian ceritaku hari ini yang mungkin bisa diambil hikmahnya. Moga masa new normal ini kita makin lebih rajin berdoa dan berusaha untuk kebaikan seluruh umat di dunia. Aamin.

Salam literasi!

Bandarlampung, 12 Juni 2020

10 comments:

  1. Terimakasih untuk ide sumber penghasilan ke dua dan tips mendapatkan konsumennya.

    ReplyDelete
  2. Seru bacanya. Jadi dapet tips nih. Mbak Yoha keren

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya.. nulisnya pun seru. Sambil ngecek tagihan.. ^^

      Delete
  3. Bener banget nih mbak Yoha. Aku tiap hari selalu update status WA nawarin jualan telur. Hehehe. Corona memaksaku "tak tahu malu"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak Maria.. kita jadi lebih berinovasi ya ^^

      Delete
  4. Paksa saudara 🙈untuk beli, malah minta gretongan enggak ya???

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pasang muka sedih, mungkin ya.. cerita aja kalo perlu beli beras hehe

      Delete
  5. kak, anchor text ke blogku kok gabisa dibuka yaa, hehehe :)

    bagus kak tulisannya :)

    ReplyDelete

And The Mountains Echoed: Harapan dalam Keputusasaan

Manaar tergeletak di kasur tipis, butut dan bau   di antara kasur-kasur serupa di ruangan sempit itu. Tubuhnya kurus dengan benjolan membesa...