Sunday 28 June 2020

Review Buku Seri Pemuka Islam Ali Bin Abi Thalib

Bismillahirrohmanirohim

Selamanya kita tak akan bisa menyangkal tentang keutamaan dan kemuliaan manusia-manusia suci keluarga Rasulullah Saw. Keagungan dan tauladan seluruh umat manusia.



Buku karya Syed Mehdi Ayatullahi setebal 56 halaman ini kiranya bisa memperkenalkan tentang sekelumit kisah manusia agung ini. Ali bin Abi Thalib. Suami Fatimah Azzahra putri Rasulullah sekaligus keponakan Rasulullah. Seorang pemuda yang pertama kali masuk Islam.

Kecintaan dan ketaatan Ali pada Rasulullah Saw tergambar jelas dalam kisah ini. Bahkan banyak riwayat menyatakan keutamaan posisi Ali di sisi Rasulullah. 

"Siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpin, maka Ali juga adalah pemimpinnya. Ya Allah! Cintai orang yang mencintai Ali, dan musuhi orang yang memusuhi Ali. Tolonglah orang yang menolong Ali, dan musuhilah siapa saja yang menentangnya. Hendaknya hadirin menyampaikan kepada yang tidak hadir. Aku berharap mereka berkenan untuk mendengar dan mau menerimanya." 

Awal kisah dimulai saat kelahiran Ali bin Abi Thalib di tanggal tiga belas Rajab, dua puluh tiga tahun sebelum Rasulullah hijrah. Bayi mungil yang lahir ini memancarkan cahaya di semesta raya.

Diceritakan oleh Kunaab Mecci bahwa ia melihat Fatima binti Assad berjalan tertatih mengelilingi Kaabah. Mereka mendengarnya berdoa, " Ya Allah aku beriman pada Mu dan Nabi Ibrahim, yang atas perintah Engkau ia membangun Kaabah ini. Ya Allah aku bersumpah demi Nabi Mu dan demi putra yang ada dalam kandunganku. Berilah kemudahan padaku dalam melahirkan putraku."

Lalu, terjadilah peristiwa luar biasa. Allah mengabulkan doa Fatima. Tembok Kaabah terbuka, dan masuklah Fatima ke dalamnya.

Melihatnya Abbas dan orang-orang bingung dan heran. Mereka berusaha membantu. Tapi pintu Kaabah tidak terbuka. Hingga 4 hari kemudian keluarlah Fatima bin Assad bersama bayinya. 

"Tuhan telah memilih aku di antara wanita-wanita Mekkah, dan Dia telah menjadikan aku sebagai tamu Nya. Aku bertamu ke rumah Nya, para malaikat menyuguhiku makanan dan minuman dari Surga."

Inilah gambaran awal betapa sejak kelahirannya yang suci, kehidupannya pun selalu berada dalam bimbingan langsung manusia pilihan Allah. 

Sebagaimana yang tertulis dalam Nahjul Balaghah, 

"Saudaraku Nabi Muhammad Saw selalu memangkuku di dalam pangkuannya, dan senantiasa memeluk aku dengan kasih sayang. Beliau selalu mengunyahkan makanan untukku, dan memasukkannya ke dalam mulutku."

Aku juga pernah membaca tentang kecintaan pengikut Ali karena cintanya pada Rasulullah, hingga di pintu rumahnya terukir kata-kata, " La fata ila Ali wa la saifa ila zulfikar.." 

Nah, selanjutnya buku ini pun menceritakan rentang perjalanan hidup masa remaja Ali bin Abi Thalib yang tak jauh dari bayang-bayang Rasulullah. Bagai "Laron yang mengitari Lentera."

Ali remaja juga selalu mendampingi Rasulullah dalam peperangan dengan keberanian dan ketaatannya. Bahkan, Ali bin Abi Thalib mampu mengangkat benteng Khaibar dengan kedua tangannya. Benteng yang seharusnya diangkat dua puluh orang ini dapat diangkat Ali bin Abi Thalib sendirian. 

Kisah pengorbanan diri, kepemimpinan dan kasih sayangnya pada umat kiranya dapat dijadikan inspirasi bagi generasi milenia.


Aku terkesan akan rasa kasih sayang Ali bin Abi Thalib pada orang miskin. Hingga saat shalat pun, Ali bin Abi Thalib mampu bersedekah.


So, bisa dibilang buku yang disajikan bergambar ini cukup baik dibaca semua umur. Selain penyampaian pesan yang simple, buku ini pun menginformasikan pada kita bahwa kecintaan dan pengorbanan itu berjalan bersama. Dan, sungguh bahwa yang mencintai akan selalu bersama dengan yang dicintai. Insya Allah.

Marilah kita memohon pada Allah, semoga kecintaan kita  pada yang dicintai Rasulullah menjadikan kita berhak atas syafaat Nya. Aamiin

Bandarlampung, 26 Juni 2020

Judul Buku   : Ali bn Abi Thalib Ra
Penulis          : Syed Mehdi Ayatullahi
Tebal buku   : 56
Penerjemah  : Akhmal
Editor             : Sandy, U. Bashir, S.Ag
Penerbit        : Penerbit Al Huda Dream

2 comments:

  1. Baca kisah Ali membuat kita malu dan sangat tak berharga dibanding beliau.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya.. jadi lebih mawas diri. Semoga kita dikumpulkan kelak bersama yang kita cintai ya.. Aamiin

      Delete

And The Mountains Echoed: Harapan dalam Keputusasaan

Manaar tergeletak di kasur tipis, butut dan bau   di antara kasur-kasur serupa di ruangan sempit itu. Tubuhnya kurus dengan benjolan membesa...